Brukk
Preman itu terlempar pada gang sempit. Tubuh besar dan tinggi itu seakan tidak berguna dihadapan Zheren.
Bukk.. Bakk..
Blam..
Pu-ku-lan demi pu-ku-lan terus menghantam tubuh si preman, membuat ia tidak bisa berkutik. Preman itu hanya bisa merintih dan menghela nafas pelan.
"Jika kau berani menyakiti gadisku lagi, kup4t4hkan lehermu." Suara parau Zheren benar-benar membuat preman itu terbungkam.
Ia lalu mengelapkan baju preman itu pada tangannya yang diselimuti d4r4h. Setelahnya, ia kembali masuk lalu duduk menunggu Stecy.
Dengan santainya ia duduk kembali, mengabaikan pandangan beberapa pelanggan yang terlihat sedikit ketakutan.
"Ada apa?" Zheren memperlihatkan wajah polosnya sambil menyunggingkan senyum manis, sehingga pandangan orang langsung berubah tentang Zheren.
Benar-benar raja drama.
"K-kamu.. Siapa namamu?" Tanya salah satu gadis yang duduk di samping meja Zheren.
"Aku? Zheren." Lagi-lagi Zheren menyunggingkan senyum manis sehingga membuat gadis itu merona dibuatnya.
"T-tubuhmu.. bagus banget." Mata gadis itu turun melirik perut kekar Zheren, Membuat Zheren tersadar dirinya yang tengah telanjang dada.
Mungkin Zheren memang hobi telanjang dada di depan seorang gadis. Terlihat mesum, tapi wajah yang dipahat sempurna menolak sebutan itu.
"Ini maksudmu?" Zheren melebarkan kedua tangannya, menunjukkan sixpack-nya yang memanjakan indra penglihatan. "Ini aset milik Stecy."
Gadis itu langsung terdiam malu, pipinya memerah, ia lalu menunduk memalingkan wajahnya dari Zheren. "M-maaf.. Aku tidak tau kamu sudah punya pacar."
"Tidak masalah. " Ucapnya sambil tersenyum tipis.
Beberapa detik setelahnya, Stecy keluar dari toilet sambil menggosok rambutnya menggunakan jaket Zheren. Tetes demi tetes air dari rambut Stecy membasahi bajunya, terlihat sangat menawan dimata Zheren.
"Maaf Zhe, jaketmu jadi basah." Ucap Stecy sambil kembali duduk di kursinya.
"Tidak masalah, aku punya banyak di rumah." Zheren balas tersenyum miring.
Stecy terkekeh geli, ada rasa tak percaya yang menggelitik dalam hatinya. Ia lalu membingkai wajahnya dengan dua tangannya, "Kau terdengar sombong Zhe."
"Kau tidak percaya? Mau kerumahku setelah ini?" Zheren kembali menyungging senyum miring.
"A-apa benar boleh?" Stecy termangu tidak percaya. rasa penasaran menjejal hatinya, bertanya-tanya bagaimana eloknya rumah yang Zheren sembunyikan selama ini.
Ah, meskipun mereka berteman sangat lama, Stecy tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di rumah Zheren.
Mereka menjadi teman saat masih menduduki kursi SMP, sudah sangat lama tapi Stecy tidak tahu sedikitpun tentang Zheren, kecuali nama dan ia yang dibesarkan di panti asuhan.
"Tentu, ayo pergi sekarang." Zheren dengan cepat berdiri, menggenggam tangan Stecy lalu membawanya pergi.
Diperjalanan Stecy terlihat sumringah, debaran hebat di dadanya membuat ia menahan napas. Bagaimana tidak, rasa penasaran itu akhirnya terobati.
\=\=\=
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 Km, mereka sampai di salah satu vila Berlin. Terlihat terawat dan benar-benar elok.
"Zhe.. Ini.." Stecy membelalak, melihat betapa besar nan indahnya tempat tinggal Zheren.
"Ayo masuk." Zheren membuka dua pintunya lalu melangkah masuk. Suara hentakan sepatu Zheren terdengar nyaring karna luasnya tempat itu.
Beberapa perabot tertata rapih di berbagai ruangan, memiliki tangga dengan paduan warna silver di railing tangga kaca stainless.
"Ini benar-benar sangat luas dan cantik. Berapa uang yang kau habiskan untuk menyewa vila ini Zhe?"
".. Ekhem!" Zheren berdehem kemudian melanjutkan. "Aku membelinya."
Stecy melongo mendengar ucapan Zheren. sekali lagi ia dibuat penasaran, sebenarnya dari mana Zheren mendapat uang sebanyak itu? Siapa Zheren sebenarnya?
Lupakan karakter untuk sekarang karna Stecy belum mengetahuinya. Namun, tidak terlintas satupun pikiran negatif di kepala Stecy tentang sahabatnya, Zheren.
"Kamu bisa melihat-lihat, aku akan membuatkanmu teh hangat." Zheren mempersilahkan Stecy untuk melihat semua penjuru ruangan.
Tentu tidak ada tolakan dari Stecy, karna memang itu niatnya datang kesana.
\=\=\=
Stecy memasuki ruang perpustakaan, kamar Zheren, balkon, lalu kemudian gudang. Langkah Stecy terhenti kala melewati satu ruangan yang terlihat dari ujung lorong. Memiliki satu buah pintu berwarna coklat tua, dengan desain pintu bangsawan.
"Hm? Apa itu kamar tamu?" Stecy perlahan mendekat, sampai ia akhirnya menggenggam handle pintu, berniat membukanya.
Clack..
Pintu tersebut ternyata tidak dikunci, sepertinya bukan ruang pribadi. Stecy perlahan membuka.. Penasaran akan isi di dalamnya.
"Apa yang kau lakukan disana Sty?" Suara parau seorang pria tiba-tiba terdengar. Stecy berbalik dan tepat di belakangnya ada Zheren yang tengah berdiri sambil membawa beberapa kunci.
"Kau membuatku takut. Aku hanya penasaran dengan ruangan ini, boleh aku melihatnya?" Stecy masih memegang handle pintu, tinggal ditambah sedikit dorongan, ruangan itu akan terbuka penuh.
"Tidak Sty.." Zheren lalu menggenggam lengan Stecy yang tengah berada di handle pintu, lalu menutup kembali ruangan itu. "Ruangan ini penuh debu, dan sangat berantakan."
Zheren lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Stecy, perlahan melepas tangan Stecy dari handle pintu, lalu mengelus lembut rambut Stecy yang masih sedikit basah.
"Mandilah.." Bisiknya, ia menyungging senyum manis lalu melanjutkan. "Kau bau mie pedas Sty.."
Stecy termangu, suara berat Zheren menyadarkan lamunannya. "B-benarkah?" Ia gelagapan, wajahnya memerah dan pipinya terasa panas.
"Iya." Zheren menggigit bibir, kilat matanya menyiratkan sesuatu yang membuat Stecy salah tingkah. "Mau ku bantu? Menggosok punggungmu?" Goda Zheren.
"Tidak! Dasar mesum. " Stecy mendorong dada zheren sekuat tenaga, membuat ia terpu-kul beberapa langkah.
Sementara Zheren, ia tak bisa berhenti tersenyum kala melihat Stecy yang terlihat kesal. Raut wajah Stecy yang sok galak itu terlihat lucu dan menggemaskan.
"Aku becanda. Pergilah mandi, dan aku akan menyiapkan baju untukmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments