"Bos disini..!" Pekik seorang pria yang tengah berdiri di samping mobil sport berwarna hitam legam.
Mobil itu terparkir di bangunan gelap, dengan sedikit cahaya lampu yang memudar. Itu bukan tempat parkir melainkan sebuah gudang terbengkalai.
Zheren berbalik, menatap pria dengan setelan jas hitam juga terlihat kekar itu, lalu mendekat. "Mikro, apa yang kau lakukan disini? Dan siapa yang berani-beraninya mengirimiku pesan terus menerus?!" Kesal Zheren, ia lalu melipat payung penarik perhatian itu dan masuk kedalam mobil.
"Itu saya bos, apa bos tidak membaca pesannya? " Tanya Mikro sambil ikut masuk.
"Tidak, aku tidak yakin itu pesan yang penting." Zheren kembali memawang wajah bosan.
Mikro menghela nafas panjang sebelum ia kembali berucap. "Stive dan yang lain berhasil menangkap satu bawahan Blisterz, itu pesan yang saya kirim bos. "
"Apa?!" Zheren terperanjat, ia lalu memegang pundak Mikro yang duduk di kursi pengemudi, "Kenapa tidak bilang dari tadi?!"
Seketika pundak Mikro mati rasa. Hanya dipegang saja sudah terasa kejatuhan batu besar. "S-saya kan sudah kirim pesan dari tadi bos. "
"Tunggu apa lagi, ayo jalan!"
"Baik bos. " Mikro lalu menyalakan mesin dan melajukan mobil secepat mungkin karna tahu bosnya pria yang sangat tidak sabaran.
...***...
Zheren sampai disebuah bangunan bertingkat yang terletak diujung kota. Memiliki gang sempit yang gelap, terlihat tidak terjamah satupun manusia.
Saat ia sampai, sebuah gerbang langsung dibuka oleh beberapa pria kekar berjas hitam. Mereka begitu menakutkan, tubuhnya yang kekar seakan masih terlihat meski terbalut jas tebal.
"Selamat datang bos. " Mereka menunduk dan membiarkan pria muda dalam mobil itu lewat.
Mobil Zheren berhenti tepat di halaman, dan lagi-lagi beberapa pria berjas hitam menghampiri untuk membuka pintu mobil sport miliknya.
Pria muda itu turun sambil mendongak sombong. Ia yang hanya berbalut kemeja putih berlengan panjang langsung diselimuti mantel hitam yang disiapkan anak buahnya.
"Dimana? " Tanya Zheren sambil menghisap cerutu gurkha black dragon
"Dilantai lima bos. " Jawab salah satu anak buah Zheren yang membantu menyalakan pemantik.
Zheren berjalan memasuki lift, menyusuri lorong dengan mata yang menyorot tajam bak mata elang.
"Selamat datang bos. " Disetiap jalan yang Zheren lewati, ia terus mendapat sapaan.
Sampai ia akhirnya tiba di lantai lima, terlihat Stive yang sedang menahan pria asing di kursi kayu.
"Bos, selamat datang. " Ucap Stive sambil datang menghampiri Zheren
"Jadi kau Stewardzario? Tampangmu boleh juga. " Ucap pria yang diduga bawahan Blisterz
"Siapa yang mengizinkanmu bicara? " Zheren mendekat, lalu menekan perut pria yang tengah terikat itu dengan kakinya.
"Ugh.. " Pria itu merintih
"Jadi, dimana Blisterz? " Tanya Zheren tidak sabar.
"Kau pikir aku pria yang mudah? Aku ini cukup setia. " Pria itu balas dengan seringai angkuh
"Haa? Kau pikir aku pria yang lembut? Aku juga cukup kasar. " Zheren mendekatkan wajahnya sambil balas menyeringai kecil.
Pria itu bergidik sejenak, "Aku tidak takut padamu. " Ucapnya percaya diri.
Jawaban singkat dari pria itu seketika membuat emosi Zheren memuncak. Ia sendiri tipe pria yang tidak suka banyak bertanya. Memiliki kepribadian buruk dan emosi yang mudah tersulut. Itulah sosok asli Zheren.
"Stive!" Zheren memberi isyarat, lalu Stive mengangguk paham
Blam sebuah pukulan mendarat di pipi sebelah kiri
"Jawab! " Bentak Stive
"Tidak. "
Blam kini ditimpa sebelah kanan
"Jawab! "
"Tidak. "
Stive menarik rambut pria itu, lalu menodongkan sebuah pistol tepat di lehernya, "Jawab atau ma-ti? "
"Ma-ti. "
Pria itu tetap bungkam meski nyaris kehilangan nyawanya. Ia terlihat begitu santai menanggapi sosok Stive yang kini terlihat begitu mengintimidasi.
"Cih.. Bajingan keras kepala." Decih Zheren, ia lalu mendekat dan menjauhkan Stive dari pria itu.
"Jawab atau cerutu ini akan menempel di matamu. " Ia mendekatkan cerutunya pada wajah si tahanan, membuat Pria itu gemetar hebat. Ia lebih takut pada sebuah cerutu dari pada sebuah pistol hitam legam.
Pria itu tetap diam meski pelupuk matanya terus berair. "Masih tidak mau buka mulut? Sepertinya cerutu memang kurang. " Zheren melanjutkan.
Sheesh..
"Arrghh.. Arrghh.. "
Cerutu Zheren mendarat tepat di lengan pria itu yang terikat di sandaran tangan.
"Dimana Blisterz?! " Bentak Zheren, matanya melebar dengan urat di rahang yang mulai mengeras, kerutan dalam muncul diantara alis, dan bahkan urat tebal pun muncul di dahi.
"A-aku tidak akan menjawab. " Lagi-lagi pria itu menolak untuk buka mulut. Ada bekas air mata kering di matanya yang basah. Bibirnya yang kering terbuka tak berdaya dan menghembuskan napas pendek.
"Haa.. Kau benar-benar membuatku kesal setengah ma-ti. " Zheren mengangkat rambutnya yang terurai sambil mendongak kesal. Raut wajahnya tidak berubah.
"Ku katakan sekali lagi, aku setia pada tuanku. " Saut pria itu sambil ikut mendongak menatap Zheren. Keberaniannya itu patut diacungi jempol.
Zheren kembali menatap tajam pria itu, membuang cerutu yang sudah tidak menyala karna tekanan di lengan sebelumnya. "Stive, ambilkan aku sarung tangan. "
"Baik. " Stive mengangguk dan pergi. Tidak butuh waktu lama ia kembali dengan sarung tangan hitam milik Zheren.
"Ini bos. " Stive menyodorkannya, lalu Zheren dengan cepat mengambilnya.
Sarung tangan itu terpasang rapih di lengan kekar Zheren. Ia kemudian memegang wajah pria itu dan mulai membuka paksa mulutnya.
"Apwa yang kwa- Khk.. "
Jari telunjuk dan jari tengah Zheren masuk dengan kasar. "Ugh.. khk.. " Wajah pria itu seketika memerah karna sulit bernafas. Keringat mulai bercucuran di wajahnya yang gemetar.
"Jawab atau kuro-bek mulutmu. " Senyuman devil Zheren tunjukan, terlihat lebih menakutkan dari devil sekalipun.
Zheren memegang mulut bagian atas dan bawah pria itu yang terbuka, seakan benar-benar berniat mero-beknya. Tapi hal itu memang sudah terniat dalam pikirannya, karna sifatnya yang memang diluar nalar manusia.
Hal itu tentu membuat pria tersebut merintih, tidak berani berontak tapi berharap Zheren bisa melepasnya. "B-bwaiklah Akwu akan menjawab. " Pria itu akhirnya membuka mulut.
Zheren sontak terkejut, ia tidak menyangka hanya dengan sedikit ancaman bisa membuat pria itu takut. Ya, siapapun bisa takut jika mulutnya hendak di ro-bek.
"Ayo katakan, dimana Blisterz?"
"D-dia.. berada di negara--"
Dorr
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Lyn
keren kok cerita othornya ni..
2024-07-14
1
𝄞❤️⃟Wᵃfꪖỉ ꪑỉƙꪮ🗡🏠⃟✨࿐
waduhhh ternyata psycho benaran🤧🤧🤧
2024-05-26
1
fllw ig: @Mlniptriii__
Waduh, benar ternyata 🤭🤭
2024-01-14
0