Stecy Milikku!

"Apa ini sebuah ancaman?" Duke kembali mendekat. Tidak mau kalah dari Zheren yang kini terasa mendominasi.

Zheren tidak menjawab. Untuk sementara, mereka hanya bertukar pandang. Dilihat dari sisi manapun, keduanya terlihat memiliki keinginan yang sama. Mendapatkan Stecy.

Mudah untuk Duke, tapi cukup sulit untuk Zheren. Tapi hal itu tidak penting, karna Zheren sosok pria yang bisa menghalalkan segala cara untuk kepentingannya.

"Kau boleh menganggapnya begitu. " Zheren berseringai. Bagaimana bisa pria itu terlihat begitu sombong?

Ia kembali masuk ke dalam apartemen Stecy, terlihat manik matanya bergilir bak meledek. "Tunggu di luar saja, kau tidak diterima disini." Ia kembali menyeringai kecil, tapi dimata Duke itu terlihat menyebalkan.

Clack..

Pintu apartemen itu kembali tertutup. Mengabaikan sosok pria yang tengah berdiri di hadapannya. Bisa-bisanya seorang tamu ditelantarkan.

"Sial, ada apa denganku? Aku langsung menyukai Stecy karna melihat aktingnya kemarin. Lalu sekarang, aku malah mendapat perlakuan tidak wajar dari Zheren. Apa dia juga jadi menyukai Stecy karna kemarin? " Batin Duke bergumam.

"Sty.. Duke menolak masuk, dia akan menunggumu diluar katanya..!" Pekik Zheren dari dalam.

Sementara Duke terasa di permalukan, ia tidak terima. Sikap Zheren benar-benar kelewatan.

"Zheren.. Kau benar-benar pria gila."

Ia dengan sabar menunggu di luar, sambil duduk memeluk lututnya sendiri. Terlihat sedikit menyedihkan.

Sementara Zheren di dalam menikmati setiap waktunya menatap Stecy yang sedang mempercantik dirinya. Tapi mau bagaimanapun, Stecy berdandan untuk Duke.

"Zhe, kamu benar-benar membiarkan senior Duke diluar sendiri?"

Zheren mengangkat bahu tidak peduli. "Aku sudah mengajaknya masuk, tapi dia menolak."

"Benarkah? kalau begitu kau harusnya memberi dia segelas air, perjalanan dari rumahnya kesini pasti jauh."

Lagi-lagi Zheren balas acuh tak acuh. Ia dengan enggan beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju dapur. Zheren mengambil segelas air lalu ia minum setengah, tanpa sepengetahuan Stecy.

Dia lalu kembali pada Duke yang kini tengah duduk di depan pintu. "Duke, mau minum?" Zheren memberikan segelas air itu pada Duke, tapi tentu ia enggan mengambilnya.

"Kau pasti memasukkan racun ke dalamnya." Duke balik berdiri, menepuk-nepuk celanannya lalu mendekat.

Tatapan tajam dari keduanya membuat suasana jadi suram. "Kau tidak sopan, padahal Stecy yang menuangkannya khusus untukmu." Lagi-lagi Zheren berseringai.

Mau tak mau Duke mengambil segelas air itu lalu mulai meminumnya. Sementara Zheren malah tertawa geli melihatnya. "Haha.." Ia terlihat makin menyebalkan dimata Duke.

"Ha.. Kau tau Duke, air itu bekasku." Dengan suara lantang ia menunjuk air yang memang tersisa setengah, yang kini berada di mulut Duke.

"Kau pikir ini lucu? Kau benar-benar kelewatan, kenapa dari tadi kau terus menggangguku?" Duke benar-benar dibuat naik darah kali ini, memang harus dipertanyakan kelakuan Zheren.

Dia lalu menarik kerah Zheren, kepalan kuat mulai terlihat di tangan kanannya, berniat memukul wajah Zheren yang kini hanya melihatnya saja membuat emosi memuncak.

"Kau tau kenapa Duke? Karna kau mencoba mengambil sesuatu yang menjadi milikku."

Duke seketika terdiam, apa yang menjadi milikmu? Ia lalu merengut, disusul rahangnya yang mengeras. "Apa maksudmu Stecy?!"

"..ha " Zheren lalu mendongak sambil mengangkat rambutnya yang kini terurai, menatap langit-langit bangunan, disusul mulutnya yang kini mengernyih kecil. "Siapa lagi kan? Ku katakan sekali lagi, Stecy Milikku! " Ia kembali menatap Duke, tapi tatapan itu seketika membuat Duke merinding. Ia dengan cepat kembali menjaga jarak.

"Stecy punya kebebasan! Sampai kapan kau akan terus menempel padanya? Suatu hari dia harus memiliki pasangan dan menikah!"

Duke memindai setiap Ekspresi Zheren yang terus berubah-ubah. Merasa sedikit takut, tapi Zheren memang harus diluruskan.

"Senior, aku sudah siap."

Keduanya terhenti, kala seorang gadis melangkah keluar dari pintu. Ia terlihat sangat cantik. Tubuhnya yang ramping, dibalut baju berlengan panjang, lalu di tambah rok setinggi lutut. Terlihat begitu menawan.

"Ayo pergi sekarang Stecy.." Duke dengan cepat membawa Stecy pergi dari hadapan Zheren.

"Stecy...! " Zheren memekik, ia tidak terima jika Stecy pergi begitu saja. "Kau harus segera kembali." Suara parau itu melambung diudara, ditambah wajahnya yang benar-benar bisa membuat seseorang menggigil jika terlalu dekat, terlihat sangat mengerikan.

"Dia akan makan malam dirumahku, jangan menunggunya Zheren. " Saut Duke, setelah berhasil memprovokasi Zheren, ia memasang ekspresi puas.

"Eehh? Tapi senior.. " Timpa Stecy, ia gugup tak tahu harus membalas Duke seperti apa.

"Sudah-sudah, ayo pergi."

Zheren menggeram, kerutan dalam terbentuk diantara alis, dan bahkan urat tebal pun muncul di dahi. Ia lalu menggigit bibirnya yang kering, menahan emosi yang kini meledak-ledak.

Sementara keduanya asik mengobrol sambil berjalan menyusuri lorong, menuruni tangga, lalu menaiki mobil.

"Stecy.. Kamu harus berhati-hati dengan Zheren." Ucap Duke setengah besbisik, ia takut tiba-tiba pria gila itu muncul.

"Kenapa begitu?"

"Karna Zheren lebih berbahaya dari apa yang kamu tau Stecy.. Dia bisa saja menyakitimu."

Stecy terdiam, ia sangat tau bagaimana sifat sahabatnya. Tapi ia juga tidak mau mengabaikan Senior yang saat ini sedang mencemaskannya.

Ia lalu mengangguk pelan, senyum tipis tergambar di wajahnya yang cantik. Tapi ia masih bertanya-tanya, kenapa Duke mengatakan hal itu?

"Senior kan teman Zheren, jadi senior juga tau kan Zheren orang seperti apa. Dia tidak mungkin menyakitiku."

Mendengar ucapan Stecy, Duke langsung tau, ia tidak mungkin bisa menjauhkan Stecy dari Zheren. Keduanya benar-benar terikat tali persahabatan yang kuat.

Sementara itu kembali pada Zheren yang kini diambang kewarasannya. Setelah beberapa menit berlalu, ia memutuskan untuk mengikuti keduanya.

"Sial, kemana mereka pergi?"

Ia mulai berjalan melewati lorong, juga tempat parkir yang sama. Tapi ia bingung, kemana keduanya pergi?

"Aku akan mendapatkanmu."

Zheren menyalakan mobil, melaju tanpa tujuan. Mengingat keduanya pergi mencari pemandangan, mungkin mereka pergi ke dataran rendah?

Di pikirannya terbesit satu tempat, dimana Duke memang selalu melukis hal yang sama setiap bersama Zheren.

Itu pemandangan kota Berlin.

Tidak ada harapan, karna kota Berlin sangatlah luas. "Sia-lan, apa aku biarkan mereka saja?" Zheren berhenti di pinggir jalan sejenak, mengatur emosi dan napasnya yang terasa tercekat dari tadi.

"Kemana Duke membawa Stecy.." Ia mulai putus asa.

Mungkin pegunungan? Atau tempat wisata? Tidak ada satupun tempat yang terbesit di benak Zheren. Karna ia juga memang tidak terlalu sering menanyakan sesuatu pada Duke.

Setelah membendung pikiran yang sama terus menerus, ia memilih untuk putar balik dan menunggu keduanya pulang.

...***...

Waktu berjalan sangat lambat. Menunggu kepulangan Stecy terasa menunggu datangnya tahun baru. Ia mulai gelisah. Sendirian di apartemen seorang gadis, bahkan sekali-kali ia berusaha tertidur supaya waktu tidak terasa, tapi mata tidak bisa diajak bekerja sama.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, tapi sosok Stecy masih belum terlihat. Kemana Duke membawa gadis itu pergi? Ia memang mengatakan akan makan malam bersama di rumahnya, tapi ini sudah cukup larut untuk seorang gadis.

"Aku harus menghubunginya." Zheren memutuskan untuk menelpon Stecy. Menanyakan dimana ia sekarang, berniat menjemput dan membawanya pulang.

"Halo Zhee? " Untungnya Stecy mengangkat, membuat kekhawatiran Zheren mengurang.

"Ini sudah larut malam, kapan kau akan pulang?"

"Oh, aku sedang diperjalanan. Bentar.." Ia lalu memutus panggilan, tapi itu sudah cukup. Menerima kabar bahwa Stecy akan segera sampai membuat kegelisahan Zheren pergi.

Clack..

"Zhee? Kau masih disini kan?" Akhirnya Stecy menampakkan batang hidungnya.

"Stecy..! " Zheren berjalan cepat, menghampiri Stecy yang baru melangkah masuk. "Kenapa malam sekali?" Ia merengut, penasaran dengan alasan Stecy.

"Maaf Zhe.. Senior Duke butuh waktu lama untuk menyelesaikan lukisannya. "

"Pergilah mandi. Apa kau sudah makan?" Zheren kembali bertanya, ia terasa seperti seorang ibu yang tengah mengomel.Terlihat lucu tapi tatapan dingin itu tidak berubah.

Stecy mengangguk pelan. "Aku makan dirumah senior Duke, apa kau tau Zhe.. Rumahnya cukup besar."

Zheren hanya mengulum senyum menanggapi Stecy yang terlihat memiliki semangat bercerita. "Tidak heran, dia kan anak konglomerat."

"Kau benar Zhe.. Tapi rumahmu lebih besar. "

Stecy perlahan duduk, menikmati nyamannya rumah sendiri. Dari tadi ia terus dilanda rasa gugup karna bertamu di rumah Duke.

"Haa.. Melelahkan sekali." Ia mulai membaringkan tubuhnya di atas sofa, lalu perlahan terpejam.

"Sty.. Mandilah dulu, kau bau keringat." Zheren mendekat, menyadarkan Stecy kembali. "Hm.. " Stecy menggeliat, rok setinggi lutut itu perlahan naik.

"Sial, zona bahaya!" Zheren dengan cepat memalingkan wajahnya.

"Mandilah cepat, kenapa kau malah tidur disana?" Ia kembali membangunkan Stecy, tapi matanya berfokus pada tempat lain.

"Iya.. Zhe.." Stecy perlahan bangun dari baringannya. Ia terhuyung karna rasa kantuk yang cukup kuat, sampai ia akhirnya terjatuh ke dalam pelukan Zheren.

Bruk..

Keduanya saling pandang tanpa bertukar kata. Mata Stecy yang setengah terpejam kini membola, apa ini? Ia secara langsung menyerahkan dirinya?

Zheren tentu enggan melepaskan, ia ingin terus mendekap Stecy dalam pelukannya. Tapi gadis itu menjauh. "Maaf Zhe.. Aku benar-benar mengantuk." Ia kembali berjalan menuju kamar tidur.

"Kau tidak mandi? Mau kubantu mandikan?"

"Biarkan aku langsung tidur Zhe.. Mataku benar-benar tidak kuat." Stecy membaringkan tubuhnya diranjang, lalu tanpa butuh waktu lama ia langsung terlelap dalam tidurnya.

Disisi lain, Zheren yang dari tadi menunggu kepulangan Stecy merasa kecewa. Tiba-tiba ditinggal tidur begitu saja?

"Ha.. Menyebalkan." Zheren lalu kembali menuju balkon, menyalakan pemantik dan menghisap cerutu.

Seketika bau asap tajam memenuhi udara. Tapi hal itu malah membuat ia rileks. "Ha.." Ia mendongak, meratapi bulan dan beberapa bintang yang menghiasi malam yang dingin.

"Rasanya kesal, dan aku sangat marah padamu.. " Ia bergumam.

"Apa yang harus aku hancurkan untuk mendapatkanmu?"

Ia terpejam sesaat, menikmati angin yang berhembus mengenai bulu matanya yang lentik. Saat ini sosok Zheren terlihat begitu tenang, tidak ada ekspresi yang haus akan da-rah, juga macan yang butuh makan.

Jika dilihat sekarang ini, tidak ada sedikitpun aura gangster dalam dirinya. Kenapa demikian? Apa yang membuat pria itu begitu tenang?

"Aku butuh alkohol. Dicampur cerutu yang mengandung sedikit rasa pahit sepertinya cocok."

Zheren menatap cerutu yang terjepit di sela-sela jari telunjuk dan jari tengahnya, menikmati aroma demi aroma yang menguar keluar.

Pemikiran tentang mendapat alkohol itu ia simpan. Tidak mungkin ia minum di rumah Stecy.

Setelah cerutu di tangannya mulai memendek, Zheren melemparnya lalu berjalan masuk. Menutup kembali pintu menuju balkon, dan seperti biasa ia berkumur sebelum akhirnya tidur.

Ia berbaring di ranjang yang sama dengan Stecy, menatap punggung gadis kecil yang tengah terlelap itu dengan intens, lalu mendekapnya.

Tapi kali ini gadis itu malah terbangun. "Zhe..?" Ia sedikit bingung, kenapa tubuhnya menempel pada tubuh Zheren? Lalu lingkaran indah dari lengan Zheren membuat ia sulit bergerak.

"Kau bangun? Mau kumandikan? " Zheren kembali bertanya hal yang sama sambil menyungging senyum tipis.

"Kenapa kau memelukku?" Stecy balik bertanya. Tubuhnya masih terkunci dalam dekapan Zheren.

"Karna malam ini terasa sangat dingin. Aku takut kau terkena flu."

Alasan konyol macam apa itu?

Stecy hanya terkekeh mendengar jawab Zheren yang menurutnya tidak masuk akal. "Kau bisa melepasku sekarang." Ia menggeliat minta di lepas.

Zheren terpaksa melepas kembali Stecy, membuat ia memiliki jarak dengannya. "Kau yakin tidak mau mandi?"

"Haish.. Jam berapa ini Zhe.. Kau masih menyuruhku mandi? Kenapa?"

"Karna aku tidak mau ada sedikitpun aroma Duke yang tertempel padamu."

Episodes
1 Gangster Misterius
2 Interogasi
3 Baku tembak
4 Pulang
5 Menginap
6 Makan diluar
7 Pria gila
8 Ruang rahasia?
9 Kau milikku!
10 Apa kau akan pergi jika aku seorang penjahat?
11 Latihan
12 Aku mencintaimu
13 Pria misterius
14 U115
15 Izinkan aku tidur disini
16 Siapa kamu sebenarnya?
17 Zarachy
18 Ancaman
19 Stecy Milikku!
20 Interogasi Mr. Darwin
21 Kamu tidak menginap hari ini?
22 Davies peterson
23 kediaman Peterson
24 Kerja paruh waktu
25 Hari pertama bekerja
26 Rekan kerja
27 Perkelahian
28 Gangster brutal
29 Ayo pulang
30 Kenapa kau ada disini?
31 Makan malam
32 Aku benci alkohol dan peminumnya!
33 Flashback
34 Aku akan selalu menjaganya.
35 William?
36 Negosiasi with Scarlet
37 Scarlet Sweetsant Lomonosov
38 Hanya kamu
39 Latihan
40 Akting
41 Akan kubuat kau menyukaiku.
42 Pengakuan
43 Tantangan
44 Hadiah
45 Minum teh
46 Rencana
47 Boleh aku menciummu?
48 Munchen
49 Wilayah Mark Miller
50 Prisknach
51 Teater
52 Maafkan aku
53 Promosi: Don't kill me, Mr. Psycho
54 Alasan
55 Kencan
56 Kau mengerikan
57 Persiapan
58 Kebenaran
59 Untukmu
60 Permintaan
61 Rusia
62 Kediaman Lyubov
63 Berkunjung
64 Pembohong
65 Flashback Zarachy
66 Eksperimen
67 Perubahan
68 Pemberontak
69 Kehidupan baru
70 Sekolah
71 Berlatih
72 Pertemuan
73 Penguntit
74 Mulai bekerja
75 Apa sekarang aku layak?
76 Tragedi
77 Aku seorang gangster
78 Perubahan
79 Pindah
80 Akhir flashback
81 Aku merindukanmu
82 Pulang
83 Bertemu kembali
84 Warning!
85 Pernyataan
86 I love you too
87 Menginap
88 End
89 Promosi; Splash
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Gangster Misterius
2
Interogasi
3
Baku tembak
4
Pulang
5
Menginap
6
Makan diluar
7
Pria gila
8
Ruang rahasia?
9
Kau milikku!
10
Apa kau akan pergi jika aku seorang penjahat?
11
Latihan
12
Aku mencintaimu
13
Pria misterius
14
U115
15
Izinkan aku tidur disini
16
Siapa kamu sebenarnya?
17
Zarachy
18
Ancaman
19
Stecy Milikku!
20
Interogasi Mr. Darwin
21
Kamu tidak menginap hari ini?
22
Davies peterson
23
kediaman Peterson
24
Kerja paruh waktu
25
Hari pertama bekerja
26
Rekan kerja
27
Perkelahian
28
Gangster brutal
29
Ayo pulang
30
Kenapa kau ada disini?
31
Makan malam
32
Aku benci alkohol dan peminumnya!
33
Flashback
34
Aku akan selalu menjaganya.
35
William?
36
Negosiasi with Scarlet
37
Scarlet Sweetsant Lomonosov
38
Hanya kamu
39
Latihan
40
Akting
41
Akan kubuat kau menyukaiku.
42
Pengakuan
43
Tantangan
44
Hadiah
45
Minum teh
46
Rencana
47
Boleh aku menciummu?
48
Munchen
49
Wilayah Mark Miller
50
Prisknach
51
Teater
52
Maafkan aku
53
Promosi: Don't kill me, Mr. Psycho
54
Alasan
55
Kencan
56
Kau mengerikan
57
Persiapan
58
Kebenaran
59
Untukmu
60
Permintaan
61
Rusia
62
Kediaman Lyubov
63
Berkunjung
64
Pembohong
65
Flashback Zarachy
66
Eksperimen
67
Perubahan
68
Pemberontak
69
Kehidupan baru
70
Sekolah
71
Berlatih
72
Pertemuan
73
Penguntit
74
Mulai bekerja
75
Apa sekarang aku layak?
76
Tragedi
77
Aku seorang gangster
78
Perubahan
79
Pindah
80
Akhir flashback
81
Aku merindukanmu
82
Pulang
83
Bertemu kembali
84
Warning!
85
Pernyataan
86
I love you too
87
Menginap
88
End
89
Promosi; Splash

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!