"Ayo-ayo kita mulai latihannya!" Pekik senior robert, ia lalu mulai membagikan kertas naskah.
"Siap senior!"
Mereka mulai berlatih, dari bagian Emilie yang seorang tokoh utama, lalu dilanjut hingga sampai pada adegan dimana Stecy di perlihatkan.
"Aku mencintaimu Star. Aku sangat mencintaimu! bisakah kamu menerimaku? Ini membuatku gila." Ucap Stecy mengikuti tulisan dalam naskah. Ia terlihat mendalami sosok gadis yang ia perankan, yaitu Seina.
Suara Stecy melambung di udara, penampilannya yang saat ini sedang memerankan gadis muda yang sangat terobsesi pada idolanya terlihat begitu nyata.
Zheren yang melihatnya langsung berimajinasi jika saja Star adalah dirinya. Matanya membola, ia langsung diam mematung, melihat Stecy dengan seorang pria yang berperan sebagai pasangannya di teater.
Seketika pikiran itu dipenuhi Stecy yang menyatakan perasaan dengan cara yang sama, tapi sosok Star itu berganti menjadi zheren. Begitu indah imajinasinya, sampai ia terlelap dalam lamunan.
"Seina, aku tidak bisa. Maafkan aku.." Star menjawab, ia menunduk dalam sambil memejam. "Kau tahukan, kita punya kehidupan yang berbeda. Aku tidak bisa menerimamu."
"Aku tau.. Hiks.. Aku tau bahwa aku hanya seorang gadis miskin. Tapi Star, aku benar-benar mencintaimu, ini perasaan yang nyata!" Perlahan air mata Stecy yang berperan sebagai Seina mulai menetes, membasahi pipinya lalu ia usap dengan telapak tangan.
Suara Stecy yang kini terdengar dengan nada tinggi seketika menyadarkan lamunan Zheren. Pria itu kini membola menatap wajah Stecy yang dibasahi air mata.
"Oke, itu luar biasa Stecy!" Senior robert menghentikan latihan karna hari sudah mulai gelap. "Kita akan berlatih lagi minggu depan. Untuk acara akhir tahun, kita harus menampilkan teater ini sebagus mungkin. Semangat semuanya!"
"Baik Senior!"
"Stecy memang yang terbaik. " Celetuk Zheren sambil mengulum senyum diiringi matanya yang menyorot lembut. Terasa sangat berbeda dengan Zheren biasanya.
Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruang latihan, lalu diikuti Stecy dan Zheren. "Zhe.. Bagaimana aktingku?" Stecy bertanya, disusul alisnya yang perlahan naik.
"Ya, itu cukup bagus. " Zheren balas tersenyum tipis.
"Aku tau itu.. Haha.."
Mereka kembali menyusuri lorong yang sama, lalu berjalan keluar bangunan. Saat mereka hendak pergi menuju tempat parkir, tiba-tiba Duke menghampiri keduanya.
"Stecy, tadi kamu keren banget." Ucap Duke sambil menyungging senyum manis, membuat Stecy merona dibuatnya.
"Ah.. T-terimakasih, senior. " Ia gelagapan, rasa gugup karna berhadapan langsung apalagi sampai di puji oleh sang pemilik hati, membuat Stecy sampai menahan napasnya.
Sementara Zheren, ia seakan di ter-kam sebuah pedang tepat di dadanya. Merasa sesak juga sangat terasa sakit. Ia hanya bisa diam mematung, melihat keduanya terus bertukar kata.
"Oh iya, apa besok ada janji? Jika tidak, mau menemaniku mencari pemandangan untuk melukis?" Dengan percaya diri Duke memberi ajakan pada Stecy, apalagi di hadapan Zheren.
"Haa?!" Stecy tentu terkejut, itu memang yang ia inginkan selama ini. "T-tentu senior, aku mau."
Zheren benar-benar diambang kesabaran. Rasanya seperti seluruh tubuhnya ditutup kobaran api, sangat panas.
Dari ekor matanya, Stecy melirik Zheren yang berdiri tegak di sampingnya. Raut wajahnya terlihat dingin bahkan kilat matanya membuat Stecy bergidik. Zheren yang sekarang terlihat sangat berbeda dengan yang ia hadapi beberapa saat lalu. Tidak ada kelembutan atau kehangatan di matanya hingga membuat Stecy bertanya-tanya, ada apa?
"Aku akan menjemputmu besok, berikan aku nomor dan alamatmu." Duke memberikan ponselnya pada Stecy, lalu Stecy dengan cepat menyimpan nomor dan alamatnya diponsel Duke.
Rahang Zheren kembali mengeras disusul kedua tangannya yang mengepal kuat. Garis rahang kuat dan tajam, lalu garis leher keduanya mulai menonjol. Sikap Duke sungguh sangat kelewatan.
"Sudah cukup dengan itu. Sampai kapan kau akan menunda kepulangan Stecy? ini sudah hampir malam!" Geram Zheren. Matanya yang menyorot tajam diiringi raut wajahnya yang sedingin kutub utara, membuat ia semakin terlihat menakutkan.
Duke hanya meringis sambil memegang dahinya, "Maaf Zhe, karna terlalu menikmati mengobrol dengan Stecy aku jadi lupa waktu."
"Stecy, sampai jumpa besok." Duke sedikit melambai sambil melangkah pergi.
"Ayo pulang." Zheren dengan cepat menyambar pergelangan Stecy, lalu menariknya pergi.
"S-sakit Zhe.. " Stecy merintih lantaran pergelangan tangannya di tarik kasar oleh Zheren. "Ada apa denganmu?!" Stecy berusaha menepis, tapi kekuatannya tidak setara dengan kepalan tangan Zheren.
"Zheren!" Lagi-lagi Stecy berusaha menepis, tapi kepalan itu malah semakin kuat. "Zheren! Apa yang kau lakukan?!"
Zheren terhenti, ia sadar akan apa yang ia lakukan malah membuat Stecy takut. "Maafkan aku Sty.. Maaf.." Ia lalu melepas cengkraman kuatnya lalu mencium memar di pergelangan tangan Stecy.
"Maafkan aku.." Ia menunduk menyesal.
"Apa yang salah denganmu?" Lirih Stecy, ia lalu membingkai wajah Zheren dengan tangannya. "Ada apa Zhe?"
"Stecy... Aku mencintaimu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
𝄞❤️⃟Wᵃfꪖỉ ꪑỉƙꪮ🗡🏠⃟✨࿐
bang Zhee jujurlah sebelum terlambat.. jangan jadi macam aku.. selalu bohong loh bangg.. hehe
2024-06-17
1
Eci Rahmayati
horor di cintai laki" modelan zeren 🤭
2024-02-13
0