"I-ini.. Enak. " Ucap Stecy sambil tersenyum kaku. Ia lalu memalingkan wajahnya dari Zheren, mengatur ekspresinya yang terlihat menahan mual.
"Apa itu asin? " Tanya Zheren. Ia mendekat, lalu perlahan mengangkat wajah Stecy yang tengah menunduk. "Muntahkan itu kesini. " Zheren mengulurkan tangannya di bawah dagu Stecy.
"T-tidak, ini benar-benar enak Zhe. " Stecy membantah, lalu menjauhkan tangan Zheren dari dagunya.
Zheren mengernyit, "Benarkah? " Ia lalu berjongkok di bawah kaki Stecy, mendongak menatap gadis yang tengah sibuk memakan sarapan gagalnya. "Aah..." Zheren membuka mulut
"Apa yang kau lakukan dibawah sana? " Tanya Stecy bingung.
"Aah.. " Zheren kembali membuka mulut, menunggu sesendok nasi masuk sambil sedikit terpejam.
Sementara Stecy terdiam heran, menatap lembut Zheren dengan mata redupnya. Seakan ia sedang mendapat sebuah pengakuan dari seorang pria.
Siapa yang tidak bingung, tiba-tiba seorang pria berjongkok minta disuapi. Memang terasa biasa, tapi suasana itu sangat baru bagi Stecy.
"Mulutku kram rasanya." Zheren kembali terbungkam. karna lama menunggu membuat mulutnya terasa pegal dan sedikit gatal.
Stecy tersadar, ia terlalu lama menatap heran Zheren. "M-maaf.. Ini, buka kembali mulutmu." Ia lalu mengambil sesendok nasi untuk diberikannya pada Zheren.
"Aah.. " Zheren kembali membuka mulut. Terasa pegal tapi mau bagaimana lagi, moment itu sangat langka.
Sesuap nasi masuk dari tangan Stecy yang selembut sutra, membuat detak jantung Zheren berdetak dua kali lipat dari sebelumnya.
Dug dag dug dag
Terlalu mendalami suasana, membuat nasi yang terasa seperti air lautpun tidak Zheren hiraukan.
"Rasanya.. Bagiamana?" Dengan ragu Stecy bertanya, ia tidak berani mengulas sendiri.
"Ini manis. " Bagaimana bisa, rasa asin berubah menjadi manis hanya karna disuapi seorang gadis cantik.
"Jangan ngelantur. Jelas-jelas itu asin. " Stecy balas mengernyit kala Zheren menjawab.
"Kenapa kau menahannya? Jika tau asin maka jangan memakannya Sty." Zheren berdiri, menggeser meja yang tengah mengunci tubuh Stecy, lalu mendekat.
Zheren melingkarkan lengannya pada leher Stecy yang tengah termangu, menatap lurus gadis lugu bermata redup itu.
"Ada apa? " Suara lirih stecy benar-benar melambung di udara, menerobos masuk ke dalam dada Zheren yang hanya berbalut apron kuning.
Dug dag dug dag
Lagi-lagi jantung Zheren berdetak sangat keras, seakan hampir melompat keluar.
"Stecy.. Aku.. " Zheren terhenti kala ia mengingat, bahwa hati Stecy sudah terisi oleh Duke.
Zheren kembali melepas lengannya yang melingkar indah, lalu menjauh. Hanya butuh beberapa keberanian lagi untuk membuat Zheren jujur akan perasaannya pada Stecy.
"Sial. Aku terlalu terbawa suasana. " Batin Zheren bergumam. Zheren melepas apron dari tubuhnya, lalu kembali menatap Stecy yang masih terdiam bingung.
"Ayo cari makan diluar, kau pasti sangat lapar. " Ajak Zheren, ia mungkin tidak sadar dengan tubuhnya yang masih telanjang dada.
Zheren pergi ke arah Sofa, mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja, lalu berniat membuka pintu.
Entah itu lupa atau memang tidak tahu malu, Zheren terlihat biasa dengan dadanya yang terbuka. Wanita mana yang mau diajak keluar oleh pria yang terlihat mesum seperti itu.
Langkah Zheren terhenti kala Stecy memegang tangannya. "Pakai kembali kemejamu, kau akan jadi pusat perhatian jika keluar begini."
"Tapi kemeja itu penuh darah Sty, aku bisa di cap buronan jika memakainya kembali. " Bantah Zheren, tanpa menoleh ia menjawab.
"Aku sepertinya punya jaketmu, tunggu dan aku akan segera kembali. " Stecy kembali melepas Zheren, lalu berlari menuju kamarnya.
Benar saja, Stecy kembali dengan jaket hitam milik Zheren, yang entah kapan itu tertinggal.
"Ini Zhe, pakai cepat. "
"Oke. "
Jaket itu dengan sempurna menutupi tubuh kekar Zheren. Bahkan Zheren jadi terlihat seperti pria tanpa otot di tubuhnya.
Meski terlihat tanpa otot, Zheren masih memiliki aura beringas di bagian mata. Memang sosok sempurna.
"Yuk.. Berangkat. " Zheren menarik lembut pergelangan tangan Stecy, lalu membuka pintu.
"Tunggu, aku bahkan belum bersiap. " Stecy menepis.
Zheren menoleh, melihat Stecy dari atas ke bawah secara rinci, memang terlihat berantakan.
Rambut yang hanya di ikat masal, dengan piama pendek agak kusut memang tidak cocok di bawa ke tempat ramai.
Zheren menghela nafas berat sesaat, "Pergilah bersiap lalu susul aku. Aku akan memanaskan mobil di bawah. "
"Baik Zhe!"
Tidak butuh waktu lama Stecy berdandan rapih, mengganti piamanya lalu merias sedikit rambutnya. Terlihat indah, meski hanya sedikit dipulas pewarna dibagian bibir.
Stecy tiba di tempat parkir, dimana mobil Zheren berada. "Zhe.. !" Stecy melambai, memberitahukan Zheren keberadaannya.
Tentu mata selalu mengenali sang pemilik hati, tanpa Stecy melambai Zheren sudah tahu akan kedatangannya.
Stecy lalu memasuki mobil Sport Zheren, disana tercium aroma tembakau kuba yang cukup kuat.
"Ini.. bau tembakau. " Batin Stecy, ia tidak berani mengulas karna takut membuat Zheren gundah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
𝄞❤️⃟Wᵃfꪖỉ ꪑỉƙꪮ🗡🏠⃟✨࿐
tapi aku rasa air laut pun tak se-asin itu tau
2024-05-28
1
Stefany
kasian Zheren/Frown/
2024-01-06
0