bab 5

" Re-reza! " bagh bugh bagh bugh

febby berkali kali memukul dada reza dengan kuat.

Reza hanya bisa diam tanpa perlawanan karna dia tau febby benar-benar ketakutan. Bahkan tanganya sedingin es.

" Kenapa berhenti? " ucap reza kala febby berhenti memukulnya.

" Hiks aku takut kamu kesakitan za. " ucap febby disela isakannya.

" Tak sebanding dengan rasa sakit yang kamu rasakan bukan? Hatimu sedang sakit dan terluka tapi kenapa masih memikirkan rasa sakit orang lain? " Pertanyaan reza membuat febby dengan cepat menoleh dan menatap lekat wajah reza.

" Aku tak sejahat itu za, aku bukan toni atau ibuku. Aku febby jangan samakan aku dengan mereka. " Ucap febby namun kini ia memalingkan wajahnya.

" Bukan itu maksudku feb, ah sudahlah. Em, apa kamu masih mau memeluku seperti ini? Ngomong-ngomong aku takut dilihatin banyak orang. " Kekeh reza.

Karna tanpa sadar mereka masih berdiri dengan saling berpelukan satu sama lain.

Spontan febby melepaskan tangannya dan memalingkan wajahnya yang bersemu merah.

" Dih dia sendiri yang meluk duluan, dia juga yang sewot. Mana tau kalau lagi muram durja begini dapat pelukan jadi agak tenang. " lirih febby namun masih bisa didengar oleh reza.

" Oke baiklah kalau begitu tetap peluk aku sampai kamu benar-benar nyaman dan tenang. Jangan hawatir gratis ko malah dapet bonus. Bonusnya aku peluk balik jadi kita saling peluk. " ucap reza.

Febby melotot mendengar ucapan febby dan sepersekian detik berikutnya febby kembali memukul reza dan berpura-pura marah dengan apa yang Reza katakan.

" Aelah ni bocah malah mau ambil kesempatan dalam kesedihan. " Gumam febby.

Sementara reza hanya terkekeh mendengar tuduhan febby.

Beberapa detik berikutnya febby baru tersadar kembali mengenai kehadiran reza.

Febby menatap reza penuh selidik.

Yang ditatap mundur selangkah karna tatapan febby mengisyaratkan sebuah pertanyaan.

" Reza kamu itu kaya jaelangkung ya datang gak diundang pulang ajakin bareng. Kamu selalu datang disaat yang gak tepat, kamu.."

" Tunggu-tunggu kenapa disaat yang gek tepat. Bukankah aku datang setiap kamu dalam kesusahan?" Ucap reza penuh penekanan.

" Mana bisa dibilang epat za! Kamu selalu muncul saat aku lagi nangis, ingusan bahkan kacau dan berantakan. Dan parahnya kamu yang selalu menjadi penolongku disaat aku dalam ketakutan, pertama bertemu dikegelapan malam dan sekarang juga? Oh reza sebenarnya kamu malaikat yang Tuhan tugaskan khusus untuk menolongku atau kamu memang kebetulan datang za? " Ucap febby tanpa sadar membuat Reza tersenyum tipis nyaris tak terlihat.

" Febby kemarilah. " reza duduk diatas hamparan pasir pantai dan menatap jauh ombak yang bergulung didepannya.

Febby menurut dan duduk disebelah reza.

Reza menoleh febby dan menatapnya sesaat lalu kembali menatap gulungan ombak didepan matanya.

Reza berkali-kali menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

" Febby bisa kan saat marah jangan membahayakan diri kamu sendiri. Aku tau seprti apa perasaan kamu tapi sayangi juga nyawa kamu. Tidakkah kamu menyayangi diri kamu sendiri? Apa kamu benar-benar ingin mati? " Reza menatap febby lagi. Kali ini tatapannya dalam dan sedikit lama.

" Maksud kamu? " tanya febby.

" Tadi siang aku gak sengaja liat kamu naik motor ngebut. Aku coba ikutin kamu dari belakang karna aku takut kamu melakukan hal nekat lagi seperti tempo hari. Aku sempat kehilang jejak kamu tapi pada ahirnya aku menemukan kamu lagi. Aku fikir kamu bertemu seseorang disni, aku terus mengikuti kamu sampai kamu keatas tebing sana. Aku fikir kamu mau bunuh diri lagi dengan menjatuhkan diri kelaut. " jelas reza panjang lebar membuat febby tercengang.

" Sejauh itu? Apa jangan-jangan kamu mengikutiku dari rumah? " Tanya febby penuh selidik.

" Ngaco kamu ngapain aku ngikutin janda yang baru saja ditinggal suaminya. Tar dikira aku lagi memanfaatkan keadaan. " Ucap reza.

Lagi-lagi ucapan reza membuat terkejut sekaligus sedih.

" Pergi za! "

Reza cepat-cepat menoleh dan keningnya tampak berkerut.

" Kenap? "

" Tadi kamu bilang ngapain ngikutin janda, apa kamu tidak sadar kalau sekarang kamu lagi sama janda! " Ucao febby dengan ketus.

Sementara reza menepuk jidatnya karna ia sudah keceplosan mengatakan hal itu didepan febby.

" Astaga aku gada maksud feb. " Seru reza namun sudah terlambat karna bahkan febby sudah lari

menjauh dari reza.

Febby lari sambil mengusap air matanya. Febby fikir reza satu-satunya orang yang bisa mengerti dia dan memahaminya namun ternyata salah, febby menganggap reza sama seprti mereka yang membullynya.

" Febby tunggu feb! " Seru Reza namun tak diperdulikan oleh febby.

Reza yang panik dan merasa bersalah lantas berdiri dan mengejar febby yang semakin menjauh.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Sementara toni kini baru saja sampai kerumahnya.

Istrinya ibunya febby sudah menunggunya diteras rumah dengan senyum termanisnya.

" Hai sayang, tumben agak telat pulangnya. Bagaimana kerjaan kamu dipabrik apa baik hum? " tanya Widia ibunya febby.

" Ah ya sayang hari ini banyak banget pekerjaan jadi aku terlambat pulang. Em, febby mana? " tanya toni sembari melongok kedalam.

Mendengar toni menanyakan putrinya widia lantas murung.

Toni yang sadar jika istrinya langsung menariknya kedalam rumah, mendorongnya hingga terjatuh diatas sofa.

Toni menutup pintu lalu berjalan mendekati widia dan menindihnya dari atas. Toni mengusap lembut bibir widia yang ranum.

" Sayang kamu.."

Toni dengan cepat membekap mulut widia dengan bibirnya, melumat habis sampai widia kewalahan. Widia mendorong pelan dada toni.

" Sayang kenapa kamu nanyain anak itu si, dia belum pulang. Apa kamu mulai merindukannya? " Widia memalingkan wajahnya saat mengatakan itu. Dia memang sangat cemburu dan takut jika dalam hati toni masih ada ruang untuk febby putrinya.

" Sayang, kamu cemburu? " Kekeh toni membuat widia semakin kesal. Widia mendorong toni hingga toni sedikit bergeser dan hampir saja terjatuh jika saja dia tak bertumpu pada kakinya.

" Maaf sayang. " ucap widia penuh sesal.

" Tidak apa sayang, aku tau kamu cemburu. Tapi aku ingin kamu tau satu hal sayang, tak ada tempat lagi dihatiku untuk dia. Aku hanya mencintai kamu, hanya kamu widia mantan ibu mertuaku. Aku hanya sedikit hawatir walau bagaimana dia putrimu yang juga sekarang menjadi putriku walapun dia tak mungkin menganggapku dan menerimaku sebagai ayahnya. " jelas toni.

" Apa maksud kamu sayang? " Tanya widia tampak penasaran.

" Dia pergi dari pabrik pagi tadi, semua orang menggunjing dan mengolok-olok dia. Dia lari dan pergi entah kemana, aku fikir dia pulang. Tapi jika dia tidak pulang ada dimana dia sekarang? " Toni bangkit dan kini menatap kearah jendela.

Dari jendela toni bisa melihat jika diluar sudah gelap bahkan adzan isa sudah berkumandang namun belum ada tanda-tanda jika putri sambungnya alias mantan istrinya pulang.

" Astaga kemana anak itu! " Ucap widia. Kali ini widia tampak begitu hawatir dengan putrinya.

Terpopuler

Comments

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

duh Mak yang tak tau diri ya 😜😜😜

2024-04-01

1

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

ihhhh kok nyinyik ya 😜😜😜

2024-04-01

1

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

bener Reza minimal bonus tambahan 🤣🤣🤣🤣🤣

2024-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!