bab 6

" Tumben kamu hawatir sama anak itu sayang? " Ucap toni meragukan sikap widia.

Wida cepat menoleh dan menatap suaminya detik berikutnya ia memalingkan wajahnya kearah lain.

" Kamu lupa dia putriku, walau kadang aku tanpa sengaja menyakitinya tapi aku sangat menyayanginya. Kesalahnku padanya hanya satu. " ucap widia.

" Kesalahan? Apa itu? " tanya toni.

Wida lantas menoleh dan menatap lekat wajah toni, laki-laki yang membuat alasan widia melakukan keslahan terhadap putrinya.

" Kamu tidak sadar toni jika kamu adalah alasan atas kesalahanku padanya. Aku yang sudah membuatnya menjauh dariku. Aku merebut kamu darinya. " Ucap widia penuh sesal. Wajahnya sangat memperlihatkan betapa ia sangat menghawatirkan putrinya.

" Kamu menyesal menikah denganku widia? Apa kamu juga akan menyalahkanku atas kepergiannya? Ck, ini tidak lucu widia! " Ucap toni dengan kasar kemudian toni pergi karna merasa kesal dengan istrinya.

Melihat sikap toni membuat widia semakin pusing. Tak ada niat dalam hatinya membuat suaminya marah apa lagi hingga mengabaikannya. Jika saja widia bisa mengungkapkan isi hatinya lebih jujur sebenarnya dia hanya merasa bersalah dan kasian dengan putrinya tapi juga dia tak bisa menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.

" Astaga kamu ini kemana si feb! " Widia menatap keluar rumahnya, langit memang sudah gelap namun tak ada tanda-tanda kepulangan putrinya.

🕊🕊🕊🕊🕊🕊

Febby semakin jauh dari reza, saat merasa dia sudah jauh dari reza febby lantas berjalan menuju ketengah laut bahkan widia sama sekali tak menghiraukan ombak laut malam yang semakin besar .

Rintik hujan mulai perlahan menetes, febby tetap berdiri diantara ombak berusha tetap berdiri dan bertahan dari deburan ombak, tak perduli dengan rasa dingin yang kian terasa menusuk tulang.

" Jika bunuh diri bukanlah sebuah dosa maka aku akan melakukannya Tuhan. Aku terlalu takut menghadapi dunia ini, namun aku lebih takut akan kematian. Astaga aku harus apa, aku tak mungkin kembali bekerja dipabrik sementara mentalku terus saja terkikis bahkan aku sangat takut mendengar cacian dan hinaan dari semua orang. Apa salahku Tuhan apa salahku!! " Teriak febby sekencang mungkin .

Hatinya terlalu letih dan telinganya tak sanggup mendengar gunjingan orang-orang yang bahkan menghujatnya tanpa tau jika dia adalah korban dari dua orang yang hati nurani dan akal sehatnya tertutup nafsu.

Berkali-kali febby berteriak,mengadukan semua rasa sakitnya kepada sang lautan. Berharap duka dan laranya terbawa gulungan ombak.

" Tidak febby kamu harus kuat dan bangkit, kamu tidak boleh lemah. Iyaa aku harus tetap bertahan. Aku harus bisa melewati semua ini, biarkan merek menghujatku, menggunjingku sampai mereka merasa jengah dan lelah lalu berhenti. " Gumam febby seorang diri.

Fabby masih berdiri dan kini ia memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam dibawah rintikan air hujan dan deburan ombak.

Plap

 Febby membuka matanya kala ia merasakan sedikit kehangatan ditubuhnya.

Febby menoleh kebelakang sesaat setelah ia merasakan seseorang memakaikan jaket kepadanya dari arah belakang.

" Kamu! " Seru febby dan tangannya hendak melepaskan jaket tersebut namun cepat-cepat ditahan oleh orang tersebut.

" Jangan dilepas feb, sudah terlalu lama kamu menahan dinginnya angin laut, apa lagi rintik hujan semakin deras. Tempo hari aku sudah bilang, kamu boleh marah dengan siapapun yang melukai perasaan kamu tapi jangan siksa diri kamu dengan cara seprti ini. " ucap orang yang tak lain tak bukan adalah reza.

Reza berhasil mengejar febby dan reza tetap berdiri dibelakang febby tanpa febby tau. Reza hanya ingin memberikan ruang untuk febby meluapkan semua perasaannya.

" Keapa kamu begitu peduli za! Kamu bukan siapa-siapa bagiku, kamu hanya orang asing yang kebetulan menolongku. Kenapa kamu begitu peduli za biarkan aku sendiri jangan hiraukan aku, pergi za pergi! " Teriak febby.

" Maaf feb aku tidak bisa meninggalkan kamu sendirian disini, ini sudah malam bahaya feb! " reza masih berusha tenang menghadapi febby.

" Tinggalkan aku sendiri za, jangan sok perduli denganku. Apa kamu dengar za, pergi za pergi! " Teriak febby.

" Diam feb diam! Sekali lagi kamu berteriak kepadaku maka aku akan menarik paksa kamu dan kita sama-sama menceburkan diri kelautan lepas! " teriak reza sukses membuat febby bungkam.

Tes tes

Air mata febby semakin deras bersaman dengan derasnya air hujan.

Reza menarik febby dengan paksa ketepian karna ombak semakin bersar dan bahaya juga karna bahkan hujan turun semakin deras. Pantai sudah sangat sepi hanya ada mereka berdua karna hari memang sudah malam.

Tanpa perlawanan febby mengikuti reza , setelah sampai ketepian reza kembali menarik febby namun kali ini reza menarik febby kedalam pelukannya.

Reza memeluk erat tubuh febby yang sudah kedinginan dan bahkan menggigil.

" Tenang febby tenang, peluk aku feb agar tubuhmu sedikit menghangat. " bisik reza ditelinga febby karna febby tak membalas pelukannya.

Dengan gerakan pelan dan perlahan febby mulai mengarahkan tangannya, perlahan namun pasti febby kini memeluk reza. Semakin lama semakin erat dan febby kini mulai tergugu dipelukan reza.

" Menangislah feb, menangislah. Maaf jika aku sudah lancang memelukmu. Aku hanya tak mau melihatmu kedinginan karna kamu bisa sakit. Kamu terlalu lama didalam laut feb. Peluk aku sampai kamu merasa tubuhmu menghangat ." bisik reza.

Reza bahkan meniup tengkuk febby menyalurkan kehangatan untuk febby. Entah berapa lama merek dalam posisi seprti itu hingga febby tersadar dan melepaskan pelukannya.

" Aku mau pulang. " ucap febby tanpa menoleh reza karna bahkan febby kini merasa malu sudah memeluk reza begitu lama.

Reza tersenyum melihat tingkah febby yang lucu dan menggemskan menurutnya. Reza lantas berjalan mengikuti febby dari belakang.

" Tunggu feb! " teriak reza karna febby bahkan sudah jauh didepannya.

Febby menahan senyumannya dan tetap pura-pura tak mendengar panggilan reza.

Saat mereka sampai diparkiran febby berdiri membelakangi reza karna merasa malu dan tak siap melihat wajah reza.

" Feb kamu yakin mau pulang sendiri? " Tanya reza.

Tanpa menjawab febby hanya mengangguk.

" Feb ini sudah malam bahaya kalau kamu sendirian bawa motor apa lagi perjalanan kita sangat jauh. " Ucap reza.

" Terus maksud kamu apa? Aku harus pulang naik apa? " Tanya febby tanpa menoleh pura-pura sibuk dengan mencari kunci motornya didalam tas.

" Tetap naik motor tapi sama aku! " jawab reza.

Febby dengan cepat menoleh kesana kemari memang dia tak melihat motor lain selain motornya yang terparkir.

" Motorku dibawa temen tadi karna kebetulan aku sama temen disini dan aku minta dia buat pulang duluan bawa motorku. " papar reza.

Febby menoleh dan menatap lekat wajah reza.

" Niat banget sih pengin nemenin aku sampe motornya dibawa pulang segala. Katanya gak mau dikira cari kesempatan deketin janda baru, ini apa? Kamu malah mepetin terus janda barunya.

Puk

Febby melempar kunci motornya dan mengenai dada reza.

Reza terkekeh melihat febby yang kini bibirnya tampak meruncing menggemaskan.

Terpopuler

Comments

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

Reza 🤣🤣🤣🤣🤣

2024-04-01

1

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

cari kerja lain aja itu Mak Lo tinggal aja biar dia bahagia

2024-04-01

1

Tanz>⁠.⁠<

Tanz>⁠.⁠<

ringan kali bibirnya bilang gak sengaja

2024-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!