bab 11

Setelah selesai berbicara pada pak kades febby lantas masuk kedalam rumahnya. Didalam ruang tamu toni sedang duduk menatap feby penuh dengan amarah apa lagi widia yang juga sedang menunggunya.

Febby hanya berhenti dan menatap dua orang tersebut sejenak. Setelah itu febby melanjutkan langkahnya menuju kekamarnya.

" Tunggu febby! "

Febby hanya berhenti namun tak mau menoleh sedikitpun saat widia memanggilnya.

" Ibu minta kamu pergi dari rumah ini. Ibu malu feb malu, kamu sudah mempermalukan ibu didepan semua orang. Ibu tidak menyangka belum selesai masa idah kamu tapi kamu sudah keluyuran sama laki-laki lain. " Ucap widia dengan lantangnya.

Mendengar ucapan ibunya membuat febby menitkan air mata namun dengan cepat febby menghapusnya.

Febby menoleh perlahan menatap wajah ibunya yang tak terlihat sedikitpun penyesalan dalam wajahnya.

Selangkah demi selangkah febby berjalan mendekati ibunya, menyisakan sejengkal saja febby berhenti.

" Ibu! " lirih febby

Widia mendongak menatap wajah putrinya, namun tak ada belas kasihan apa lagi iba. Widia justru menatap febby penuh kemarahan .

Febby tersenyum tanpa humor menatap wajah seorang wanita yang ia sebut sebagai ibu. Ibu yang dengan tega menghancurkan hidup putrinya dan kini secara sadar mengusirnya.

" Bu, tidakkah ibu malu dengan tindakan ibu? Jika aku memang membuat malu itu hanya karna aku belajar dari ibu! "

Plaaaak plaaak

Wida menampar febby dengan kuat hingga suaranya menggem dipenjuru rumah itu.

" Berani kamu berkata seprti itu pada ibu febby? Ibu ini ibu kamu febby, ibu kamu! " Sentak widia.

Amarahnya terlihat semakin memuncak. Widia merasa tak terima atas apa yang febby ucapkan.

" Tamparan ini tak sebanding dengan rasa sakit dalam hatiku bu. Jika ibu merasa aku anak ibu lalu mengapa ibu menghancurkan hidupku bu? Kenapa bu?

Febby menjeda ucapannya sejenak, mengisi oksigen dalam dadanya yang semakin terasa sesak.

" Seorang ibu takan mungkin menghancurkan hidup putrinya, apa lagi mengusirnya hanya demi laki-laki brengsek itu. "

" Tutup mulut kamu febby! " Teriak toni, bahkan toni sampai berdiri saat mengatakan itu. Toni merasa tak terima disebut brengsek oleh mantan istrinya yang kini berstatus sebagai putrinya.

" Kamu yang tutup mulut toni! Saya sedang berbicara dengan wanita yang mengaku sebagai ibu saya. Diam dan jaga batasanmu toni! " Sentak febby membuat toni meradang namun ia tetap menuruti permintaan febby.

Toni kembali duduk meskipun tangannya mengepal erat, giginya bahkan menggeratuk merasakan kesal yang amat sangat akan sikap febby.

" Ibu dengar baik-baik, tanpa ibu minta febby akan pergi jauh dari rumah ini. Febby tidak ingin hidup satu atap dengan manusia-manusia tak berhati. Perlu ibu tau satu hal bu, bukan febby yang membuat ibu malu. Tapi ibu sendiri yang mempermalukan diri ibu sendiri. Mungkin ibu tidak sadar dan sekarang febby ingatkan lagi. Febby menjadi janda karna ibu bu KARNA IBU! jadi febby minta jangan ungkit terus karna semua ini tidak akan pernah terjadi jika ibu bersikap selayaknya seorang ibu bukan seperti wanita penggoda dan perusak rumah tangga orang.

Kadang febby ragu apa febby ini anak kandung ibu atau hanya anak pungut. "

Setelah mengatakan itu febby lantas meninggalkan widia dan toni yang sedang duduk dengan tatapan mata nyalang.

Braak

Febby membanting pintu dengan kasar, febby lantas mengambil tas besar dan mengemasi semua pakaiannya.

" Aku benar-benar bisa gila kalau terus-terusan ada disini. Gak perduli mau tinggal dimana dan tidur dimana nanti yang jelas hari ini juga aku harus pergi dari desa ini. Persetan dengan pabrik toh aku bisa cari kerjaan dikota. Jadi kuli ke, art ke atau apa yang jelas aku harus pergi sekarang juga. " Gumam febby sambil tangannya sibuk mengemasi barang-barangnya.

Febby membawa barang-barang penting dan juga berkas - berkas pentingnya untuk keperluan dia mencari pekerjaan nantinya. Febby tak mau meninggalkan jejaknya dalam rumah yang penuh dengan kebusukan.

🌸🌸🌸🌸🌸

" Bapak tidak menyangka ibu sampai melakukan hal seperti itu, Apa ibu tidak memikirkan reputasi bapak dikampung ini bu? Bapak ini kades bu! Kenapa si selalu saja berbuat yang membuat citra bapak jadi buruk. " omel Setio kepada istrinya.

" Loh ko bapak jadi nyalahin ibu si? Harusnya reza dan febby pak yang bapak salahin. Terutama si reza itu, ngapain coba dia pake deketin janda gatel itu. Kaya gada wanita lain saja, gadis itu banyak za! " Santi justru menyalahkan si reza atas apa yang terjadi.

" Sudah-sudah jangan melempar kesalahan ibu pada orang lain. Mau dengan siapa dia berteman dan kepada siapa dia jatuh hati itu bukan urusan ibu. Itu hak reza bu hak reza! Sikap ibu udah bikin bapak malu bu malu! " Setio terus saja memarahi istrinya namun sepertinya santi tipikal orang yang bebal saat diberi nasehat.

" Cukup paman, bibi kalian tidak usah berdebat lagi. Maaf jika reza sudah membuat kalian malu terutama bibi. Bi reza hanya berniat membantu febby tidak lebih, terlepas dia seorang janda atau bukan reza hanya merasa kasian dengan dia. Reza juga nyaman berteman dengan dia, dia wanita yang kuat, wanita yang baik dia hanya korban kejahatan orang-orang terdekatnya. " jelas reza yang ditanggapi anggukan kepala oleh setio.

" Kamu benar za, febby adalah wanita yang baik. Dia hanya butuh dukungan dan juga semangat hidup. Apa yang reza lakukan hal yang wajar dan sama sekali tak merugikan bu. Ibu yang terlalu berlebihan mengartikan pertemanan mereka, kalaupun mereka saling mencintai itu sah-sah saja bu. Jangan selalu mencela orang lain dan menganggap diri ibu orang suci. Jadilah panutan yang baik bagi warga bu, jangan mengajari warga untuk bersikap menghakimi orang lain. " Papar setio membuat widia bungkam.

Namun bukan karna santi sadar akan kesalahannya melainkan karena santi tak mau lagi berdebat dengan suaminya.

Santi sangat paham watak suaminya saat marah jadi santi tak mau mendebat lagi.

" Paman bibi, reza sudah memutuskan kalau besok malam reza mau pulang kekota. Selain reza tak mau merepotkan paman dan bibi lagi dan membuat kalian malu. Membuat kalian berdebat hanya karna sikap reza. Reza juga ada hal yang perlu diselesaikan disana. Mamah juga sudah menelfon reza dari kemarin agar reza cepat pulang. " Ucap reza.

" Kamu yakin kamu pulang bukan karna masalah ini za? Kamu bilang kamu mau tetap disini sampai 3 bulan za kenapa jadi secepat ini? " Ucap santi, kini santi merasa sedikit ketakutan. Takut jika reza mengadukan apa yang terjadi kepada ibunya.

" Memang rencana awal seperti itu tapi reza benar-benar ada urusan bi. " jelas reza.

Santi diam dan menatap reza penuh selidik

Terpopuler

Comments

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

ehh buk sadar dong masa udah anak lo gara-gara lo pinter ye tu mulut cobak di real jamin dah GW tocang tu bibir

2024-05-01

1

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

ya bener feb lebih baik pergi bukan anak aja yang bisa berdosa sama orang tua ya orang tua juga Loh

2024-05-01

1

Jumli

Jumli

wah, ketemu lagi mereka di kota😃

2024-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!