bab 3

Sepanjang malam aku bahkan sama sekali tak bisa memejamkan mataku. Pagi tiba suara nyanyian burung terdengar begitu riangnya dipagi yang cerah ini.

Namun tidak dengan suasana hatiku yang mendung.

Aku keluar dari kamarku dan langsung mandi, aku sengaja mandi lebih awal agar aku tak bertemu dengan ibuku dan suami barunya.

Tapi memang ketidak beruntungan selalu mengikutiku, saat aku hendak masuk kekamar mandi sudah ada yang terlebih dulu masuk. Ya mungkin ibuku karna dia memang terbiasa mandi. Aku berusha duduk dimeja makan yang memang letaknya tak jauh dari kamar mandi. Namun saat aku baru saja hendak duduk aku mendengr suara tawa ibuku didalam kamar mandi.

Awalnya aku merasa aneh, apa yang membuat ibuku tertawa seorang diri didalam kamar mandi, akupun lantas mendekat dan ingin menanyakan hal itu pada ibuku.

Baru saja aku hendak mengetuk pintu, hal yang sama aku dengar lagi. Suara tawanya bercampur dengan desahan nikmat. Aku semakin penasaran, mungkinkah ibuku melakukan sesuatu disana sendiri? Tapi untuk apa, dia kan sudah punya suami. Aku semakin merasa penasaran. Hingga sesuatu yang kudengar membuatku merasa semakin jiji dan malu. Bagaimana tidak ibuku tengah melakukan sesuatu bersama suaminya didalam kamar mandi.

" Ah sudah mas, kita kan sudah puas melakukannya semalaman dikamar. Ini sudah cukup mas, ah ah ah mas aku hampir sampai, percepat sedikit mas ahh empt uh ah ah ah. " racau ibuku.

" Sabar sayang aku juga hampir sampai, tubuhmu yang basah membuatku tergoda sayang. Kenapa ini selalu menjadi candu untukku. Ah ah aku hampir sampai sayang. " suara toni terdengar begitu berat, seakan dia begitu meniknati permainannya didalam sana.

Tak selang lama terdengar jeritan nikmat dari keduanya dan bersamaan dengan itu terdengar suara gemericik air.

" Aku bisa gila kalau terus-terusan tinggal bersam mereka, baru genap sehari saja kepalaku sudah hampir pecah. Telingaku ternoda, Astaga tega sekali mereka. " Tubuhku yang bersandar dinding merosot hingga aku terduduk dilantai.

Air mataku luruh tak terkendali, aku bingung harus bagaimana aku menyikapi semua ini. Mereka seolah tak menganggapku ada tan tak memikirkan bagaimana perasaanku.

Aku bangkit dan mengusap air mataku, lalu aku lari menuju kamarku saat aku mendengr mereka selesai dan hampir keluar.

Aku berpura-pura baru keluar dari kamar, namun sialnya lagi-lagi aku harus berpapasan dengan mereka.

Ibuku dengan tubuhnya yang dililih tanduk dan suaminya pun melakukan hal yang sama, hanya melilitkan handuk sebatas pinggang saja. Yang membuatku semakin muak adalah tomy menggendong ibuku dari kamar mandi menuju kamarnya.

Hal yang tek pernah dia lakukan selama pernikahan kami. Aku sama sekali tak ada niat menyapa ibuku atau suaminya. Aku berjalan melewatinya begitu saja dan pura-pura tak melihatnya.

Lagi-lagi airmataku luruh seketika, bagaimana tidak selama menikah denganku aku tak pernah diperlakukan seromantis itu oleh suamiku. Namun dengan ibuku dia bersikap dan berperan menjadi suami yang paling manis dan romantis.

Tak sampai disitu, hatiku terasa sakit saat aku masuk kedalam kamar mandi. Selama menikah denganku kami hanya melakukannya diatas tempat tidur bahkan itupun tak setiap malam kami lakukan. Kami hanya melakukannya saat mas toni menginginkannya. Namun dengan ibuku bahkan mas toni melakukannya dikamar mandi. Aku merasa sedih sekaligus marah dengan diriku sendiri.

Aku menatap pantulan wajahku dicermin yang ada dikamar mandi, lalu aku menatap tubuhku sendiri sedikit lebih lama.

" Apa ada yang salah dengan tubuku, apa yang tidak aku miliki tapi ada pada ibu? Mengapa mas toni terlihat begitu mencintai ibu dan memperlakukan ibu dengan lembut. " Hiks hiks

Semakin lama aku meratapi itu semakin sakit hatiku. Karna tak mau semakin tersiksa oleh bayang-bayang itu aku lantas mandi dengan cepat dan setelah mandi aku lansung bersiap dan berangkat kerja.

" Feb, kamu tidak sarapan nak? semalam kamu melewatkan makan malammu dan sekarang kamu mau melewatkan sarapan juga. Nanti kamu sakit feb! " Ucap ibuku.

" Mengapa ibu tak menghawatirkan hati dan jiwaku saat kalian melakukan kebejadan kalian? Lalu kenapa sekarang mesti menghawatirkan kesehatanku. Biarlah aku sakit dan mati perlahan agar kalian bebas melakukannya dimanapun kalian mau dan agar kalian puas. Dari pada aku hidup tapi hatiku mati dan hampir gila karna ulah kalian! "ucapku tanpa menoleh karna disana ada mantan suamiku.

Aku pergi begitu saja dan membanting pintu dengan keras.

Didepan rumah tampak beberapa tetangga tengah berkumpul menggunjing kami. Beberapa diantara mereka merasa kasihan dan iba terhadapku. Namun ada juga yang mengejekku dan mentertawakanku.

" Hem, mungkin milik feby udah longgar jadi toni milih ibunya yang seret karna udah lama gak dipake. Secara ibunya kan janda. Pftt " Ucap salah satu ibu yang sedang ngerumpi itu.

Dikampung memang selalu seprti iti, setiap ada hal yang memang asik diperbincangkan mereka akan duduk bergerombol dan membuat presepsi sendiri.

" Hei bu jangan begitu, itu mah dasar ibunya aja yang gatel. Milik anaknya aja dia embat, gak menutup kemungkinan kan besok-besok dia embat suami-suami kita. Kalau gatal kan memang begitu. " ucap salah satunya lagi sambil mengedikan bahunya.

" Ih bu irma benar, mulai sekarang jaga suami kita dengan ketat. Bukan hanya ibunya anaknya juga pasti bahaya, diusinya kan dia lagi butuh-butuhnya kasih sayang dan belaian laki-laki. Nah sekarang suaminya udah sama ibunya. Dia pasti kan butuh sosok laki-laki pengganti. Waspada ibu-ibu, kalau ibunya begitu anaknya pasti sama. " Ucap bu hesti.

Lagi-lagi ucapan mereka begitu menyakitkan.

Aku yang memang sudah sedikit terlambat langsung pergi begitu saja melewati ibu-ibu yang tengah duduk diserambi rumahnya.

Aku melajukan sepeda motorku dengan kecepatan tinggi aku tak perduli lagi jika aku terjatuh atau kecelakaan. Hatiku begitu sakit, begitu malangnya diri ini.

Tak butuh waktu lama aku sampai kepabrik karna mungkin dengan bekerja aku bisa melupakan kesedihan dan kemalanganku.

Namun baru saja aku parkir sepeda motorku hal yang serupa terjadi padaku.

Rupanya berita tentang suami dan ibuku menyebar secepat angin berhembus. Hampir semua pasang mata menatapku seakan mereka tengah mengulitiku, sesaat setelahnya terdengar tawa dari beberapa diantara mereka.

" Ciye yang punya ayah baru. "

" Eh bentar lagi punya adek pasti. hahaha"

" Hei ibunya gesit juga ya, pasti punya susuk tuh. "

" Em pasti dia gak bisa goyang jadi suaminya pindah keibunya, atau mungkin punya dia udah longgar. Hahaha "

" Pantes si kalau si suaminya lebih pilih ibunya secara anunya ibunya lebih gede kali, lebih empuk, lebih emm pokoknya. Hahaha

Dan masih banyak lagi hal yang mereka katakan.

Terpopuler

Comments

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

thor ini cerita ada di nyata nggak uhh pengen bogem 🤭

2024-03-23

1

Kim Jinny

Kim Jinny

emang paling bener pindah aja demi menjaga hati dan juga pikiran 😌

2024-03-02

1

Elsatabita

Elsatabita

Ibu2 bergosip ialah peneliti dengan metode diskusi kelompok

2024-02-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!