Sally mengangguk pelan. Saat ini ada pihak yang menyegel dirinya. Ia tidak bisa bergerak menuju ke tempat Sandra dan menolongnya. Dalam penglihatannya Sandra sedang diguna-guna. Tubuh Sandra sedang dikendalikan seseorang.
Evan langsung menuju ke kampung Sandra dengan masih mengenakan piyama dan sandal rumah. Ia membawa Sally. Evan merasa sangat cemas. Baru kali ini ia melihat Sally terus meneteskan air mata.
Mobil ia kemudikan sangat laju. Evan juga menghubungi ponsel Sandra yang sudah ia serahkan ke Sandra saat pertemuan sebelumnya untuk kelancaran komunikasi mereka. Tetapi tidak diangkat. Evan mencoba menelpon ibu Sandra.
“Nak Evan, Sandra hilang. Kami sedang mencarinya sekarang,” cemas ibu
Sandra. Sandra tidak pamit dan pergi dari rumah begitu saja. Evan bertambah cemas.
Saat ini Evan berada di gapura kampung Sandra dan hendak masuk kampung tetapi Sally mengangkat tangannya dan menunjuk arah lain.
Evan mengemudikan mobilnya menuju ke arah yang ditunjuk Sally. Saat melihat ada hutan, ia berjalan kaki sambil menggendong Sally. Sally menunjukkan arah mana yang harus Evan tuju. Evan berlari. Setiap detik sangat berharga. Ia tak mau kehilangan Sandra.
“SANDRA!!!” Evan melihat Sandra sudah berada di tepi jurang dan hendak melompat. Evan segera menghampiri Sandra dan menyelamatkan dirinya.
“Apa yang kau pikirkan?” Evan marah. Ia mengguncangkan tubuh Sandra.
Sandra terlihat linglung. “Aku ada di mana?”
Evan menatap Sandra tidak percaya.
“Kak, kok aku bisa ada di sini?” Sandra tidak mengingat kenapa ia bisa berada di hutan. Ia melihat Sally dengan pipi yang basah. “Sally ...”
Air mata Sally sudah berhenti menetes. Evan membawa Sandra pulang. Kedua orang tua Sandra sudah mencari Sandra sedari tadi bahkan seluruh kampung ikut mencari Sandra.
Ibu dan ayah Sandra juga warga kampung merasa lega saat Sandra sudah diketemukan.
Di rumah Sandra.
“San, kamu dari mana aja kok nggak ijin Ibu?” tanya ibu Sandra.
“Maafkan Sandra, Bu. Tadi Sandra jalan-jalan.” Sandra tak bisa mengatakan hal yang sebenarnya. Ia tak mau ayah dan ibunya cemas dengan mengatakan ada orang yang mau membuatnya mati dengan menyuruhnya terjun ke jurang.
Ada orang “pintar” di kampung itu. ia bisa merasakan aura dari Sally. Ia juga tahu apa yang terjadi dengan Sandra tadi. Ia ingin berbicara dengan Sandra dan keluarganya. Evan ikut mendengarkan secara ia adalah calon suami Sandra.
“Orang yang mengirim ilmu tidak mengincar Sally. Ia mengincar nak Evan,” kata orang kampung itu sambil melhat Evan.
Semua memandang Evan.
Aku penyebab Sandra menderita kali ini? Batin Evan.
“Apakah saingan bisnis kak Evan, Eyang?” Sandra bertanya. Usaha yang dirintis Evan memang sangat berkembang. Hal itu bisa membuat orang iri dengan kesuksesan Evan yang nota bene adalah pengusaha muda.
“Bukan. Orang itu menyukai Nak Evan. Ia wanita. Tapi Evan tidak menyukai dirinya. Ia pernah melakukan pelet ke Evan tapi tidak berhasil. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan Evan adalah dengan melenyapkan dirimu. Dengan begitu ia bisa mendekati Evan.” Eyang melanjutkan penerawangannya.
“Tetapi kalian bisa tenang. Eyang sudah memagari Sandra sekarang. Ilmu orang itu tidak akan bisa masuk ke dalam dirimu. Pesan Eyang tetap jaga perilaku, tetap jaga perkataan, tingkatkan keimanan, banyak-banyak berdoa. Jangan menaruh dendam. Setiap orang jahat akan mendapat karma buruknya di kemudian hari. Eyang pamit dulu.” Eyang itu bangkit berdiri.
“Terima kasih Eyang.” Sandra dan Evan mengantarkan Eyang itu sampai ke depan rumahnya.
“Eyang mau pesan ke Nak Evan dan Nak Sandra. Saat ini kalian menerima banyak ujian. Mungkin ke depannya juga banyak. Kalian harus saling menguatkan dan mengingatkan satu sama lain.” Eyang berpesan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments