Lelaki setengah baya berpakaian serba hitam terkejut melihat Ki Ranggasura. Tadinya lelaki ini tengah merapalkan suatu mantra ajian sambil duduk bersila sampai seruan Ki Ranggasura mengejutkannya.
Segera saja lelaki itu hendak melarikan diri, tapi Ki Ranggasura melesat mencegatnya langsung mengirimkan serangan. Menyadari tak ada jalan lagi, terpaksa dia menyelamatkan diri dulu dari serangan lawan yang begitu cepat datang.
Lelaki ini sengaja hanya menghindar saja. Itu pun sekuat tenaganya. Dia sadar jika satu lawan satu tidak akan mampu melawan Ki Ranggasura. Dia menunggu kesempatan untuk kabur. Dia juga sudah mengirimkan pesan lewat ilmu batin kepada seseorang agar membantunya.
Lalu tiba-tiba saja angin kencang bertiup menghempas tubuh Ki Ranggasura.
Wussh!
Saat terhempas itulah sekelebat banyangan membawa lari lelaki serba hitam. Untung Ki Ranggasura bisa mengimbangi tubuhnya sehingga tidak terjatuh.
Kakek tua ini menghempaskan napas begitu buruannya hilang. Lalu dia kembali ke padepokan.
***
Pertarungan antara Arya Sentana dengan Komara yang sampai menjauh dari padepokan itulah yang kemudian dilihat oleh Adijaya. Sekarang mereka sudah berada di bilik Ki Ranggasura. Sosok Komara terbaring di lantai.
Ketika Ki Ranggasura datang, Arya Sentana telah selesai menceritakan kejadiannya dari awal.
"Sampurasun, hatur sembah, Ki," Adijaya menjura.
Ki Ranggasura sempat tercengang sejenak. Lalu senyumnya merekah.
"Adijaya!"
Adijaya menghambur hendak bersujud. Namun, Ki Ranggasura buru-buru mencegahnya.
'Bangunlah, Nak!"
"Bagaimana guru?" tanya Arya Sentana tentang usaha sang guru yang mencari dalang kekacauan di padepokan. Lalu dia menceritakan pertemuannya dengan Adijaya yang bisa melumpuhkan Komara.
Ki Ranggasura melihat ke arah sosok yang terbaring.
"Dalangnya ternyata anggota Begal Cakrageni yang hilang itu. Dia menggunakan ilmu gendam untuk mengendalikan mereka," jelas Ki Ranggasura.
'Paman Kuntala," ujar Adijaya menyebut namanya. Dia juga masih ingat ketika sosok Kuntala yang tergeletak terluka tiba-tiba hilang.
"Dia dibawa kabur lagi," lanjut Ki Ranggasura. "Adijaya, bagaimana kau bisa tetap hidup sampai sekarang? Kabarnya kau terlempar ke jurang. Pamanmu sudah berkali-kali mencari, tapi tak menemukanmu."
Kemudian secara rinci Adijaya menceritakan semuanya. Dari mulai hidup di goa, bertemu guriang, Darma Koswara hingga pengalamannya bersama Cakrawarman sampai menyaksikan kematian sang panglima. Tidak lupa dia juga menceritakan tentang tugas dari seseorang yang disebut Eyang Batara untuk melenyapkan Birawayaksa.
'Eyang Batara," Ki Ranggasura tertegun menerawang. "Kau beruntung bisa bertemu beliau. Aku yang sudah setua ini belum pernah melihatnya,"
"Bukankah Birawayaksa itu tokoh sesat?" tanya Arya Sentana.
"Ya, dia manusia yang sedang lelaku agar berganti jenis menjadi siluman,"
"Sepertinya sudah menjadi siluman," ujar Adijaya. Kemudian menceritakan pengalamannya masuk ke hutan Mandapa dan saat tertimpa masalah di suatu desa.
"Luar biasa!" puji Ki Ranggasura. "Jika kau mampu mengimbangi Birawayaksa berarti kekuatanmu sudah sangat tinggi. Melebihiku,"
"Ah, kakek terlalu merendah, aku masih belum ada apa-apanya dibanding Paman Arya, apalagi dengan Kakek," seloroh Adijaya.
Si kakek hanya mengekeh pelan. "Pendekar Payung Terbang," ujarnya kemudian sambil memandang ke Arya Sentana.
Arya Sentana mengerti tatapan si kakek yang meminta pendapatnya. Sehingga dia langsung menimpali.
"Ya, benar. Cocok julukannya. Pendekar Payung Terbang. Tapi aku hanya sekilas melihat payung jelmaan guriang itu,"
Adijaya tersipu malu. Hatinya merasa berat mendapatkan julukan itu. Padahal dulu dia tidak mau jadi pendekar. Untuk mencairkan suasana hatinya dia mengalihkan pembicaraan.
"Paman Komara bukan kena gendam, tapi kerasukan siluman," Adijaya menunjuk ke jempol kaki yang ada talinya.
Ki Ranggasura dan Arya Sentana saling pandang. Benar juga. Tali yang mengikat di ibu jari kaki itu sebagai pengunci agar siluman yang menguasai tubuh Komara tidak keluar, sekaligus juga untuk mengunci agar tidak bisa berbuat apa-apa. Hawa yang terpancar dari tubuh Komara memang bukan hawa gendam.
"Bagaimana cara menangkap siluman itu ketika tali pengikatnya dilepas?" tanya Adijaya.
Guru dan murid ini tampak berpikir.
"Suatu benda yang mempunyai daya sedot untuk mahluk siluman," ujar Ki Ranggasura.
Tring!
Tiba-tiba payung terbang tergenggam di tangan Adijaya tanpa diminta. Pemuda ini melemparkan payung itu.
Tring!
Payung berubah jadi guriang. Ki Ranggasura dan Arya Sentana sempat terkejut melihat sosok yang tingginya hampir menyentuh langit-langit. Ternyata ini guriang yang mengabdi pada Adijaya.
"Ada apa?" tanya Adijaya.
"Ampun, Juragan, di alam saya ada buah sakti namanya Labu Penyedot Sukma. Segala mahluk halus akan tersedot masuk ke dalamnya dan terkunci tak bisa keluar lagi,"
"Bisakah kau membantuku?"
"Tentu saja, Juragan!"
Tring!
Guriang itu menghilang.
Guru dan murid berdecak kagum. Adijaya jadi kikuk.
"Kakek, Paman. Saya lapar..." ujar Adijaya sambil tersenyum layaknya anak kecil yang minta makan. Karena awalnya dia ingin mencari kedai tapi yang ketemu malah dua pamannya yang sedang bertarung.
Ki Ranggasura dan Arya Sentana tertawa geli. Pendekar juga manusia yang akan lapar kalau belum makan.
***
Ada yang berbeda dari padepokan Linggapura sekarang. Yaitu adanya murid-murid perempuan. Namun, kebanyakan murid perempuan ini sudah berusia dewasa. Yang paling muda mungkin berumur sekitar dua puluh tiga dan sudah janda.
Ya, semua murid perempuan yang jumlahnya sudah mencapai lima belas orang ini adalah janda. Mereka yang sudah ditinggalkan suami dan hidup sebatang kara. Ada yang bercerai, ada yang suaminya meninggal karena penyakit, ada juga yang tewas oleh perampok. Para perempuan ini ditarik menajadi murid padepokan oleh Pendekar Kipas Perak.
Siapa Pendekar Kipas Perak itu?
"Nama aslinya Praba Arum, dia istriku," jawab Arya Sentana ketika ditanya oleh Adijaya.
"Oh, jadi paman sudah beristri?"
"Ya, guru menyarankan agar dibawa tinggal di padepokan. Kebetulan Nyai Wastini gurunya Arum adalah sahabat guru. Nyai Wastini sudah lama meninggal,"
"Berarti Paman sudah lama kenal Bibi Arum?"
"Ya, sejak pertama kali turun gunung,"
Arya Sentana menceritakan pertemuannya dengan sang istri ketika pertama kali turun gunung. Karena mereka sama-sama golongan pendekar lurus, mereka sering kerja sama menumpas para penjahat yang meresahkan warga. Karena sering bertemu, lama-lama ada perasaan suka di antara mereka bahkan berlanjut ke hubungan yang lebih dalam. Sampai suatu ketika Praba Arum dibawa ke padepokan hendak dikenalkan kepada Ki Ranggasura. Tak disangka sang guru malah langsung menikahkan mereka. Apalagi begitu mengetahui bahwa guru Praba Arum adalah Nyai Wastini sahabatnya.
"Sudah berapa lama, Paman?"
"Baru tiga purnama kita menerima murid perempuan,"
"Berarti Paman juga masih pengantin baru?" Adijaya tersenyum menggoda.
"Ah, tiga purnama mah, sudah lama atuh!"
Mereka berdua tertawa.
"Jadi, murid-murid perempuan itu dulunya pernah ditolong Bibi Arum?"
"Ya, dan yang hidup sebatang kara. Dari pada terlantar, lebih bagus dibawa ke padepokan dididik jadi pendekar wanita. Walaupun mereka sudah menjadi janda, tapi masih kelihatan cantik-cantik. Sehingga murid laki-laki jadi tambah semangat dalam berlatih. Bahkan sepertinya sudah ada yang saling suka,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Asyiek...
2022-05-21
0
Kadek nak Bali
gelo sia 😁😁😁
2021-02-09
1
Asep Dki
waduh loba jahe euy...wkwkwk
2021-01-14
0