Dilema Prabu Satyaguna

Mengetahui keberadaan markas Panglima Cakrawarman yang berada di Wanagiri, Tarumanagara mengirimkan pasukan inti yang berasal dari kerajaan bawahan wilayah barat seperti Ujung kulon, Sabhara, Salakanagara, Agrabinta dan Legon. Namun, telik sandi dari komplotan pemberontak mengetahui rencana ini. Sehingga pada saat pasukan inti itu datang, Panglima Cakrawarman beserta pengikutnya telah meninggalkan markasnya.

Panglima Cakrawarman bertolak ke Cupunagara. Alasan ke Cupunagara tentunya karena Prabu Satyaguna yang menjadi raja di sana adalah mertuanya. Pasukan pengikut Cakrawarman mendirikan markas di hutan wilayah Cupunagara. Sedangkan sang Panglima bersama beberapa orang kepercayaannya berada di istana bermaksud meminta bantuan dan dukungan sang mertua. Karena sampai saat ini kerajaan Cupunagara belum menentukan sikap. Apakah mendukung sang menantu atau tetap berpihak kepada Tarumanagara?

Sehari setelah kedatangan pasukan Cakrawarman, rombongan Adijaya bersama majikan dan gurunya juga sampai di istana Cupunagara. Ki Brajaseti yang merupakan sahabat Prabu Satyaguna diperkenankan untuk menunggu di ruangan yang telah di sediakan.

Sementara Cakrawarman sedang bercengkrama bersama istrinya. Prabu Satyaguna menemui dua orang kepercayaan menantunya di ruang paseban.

"Gusti Panglima berencana ingin mendirikan kerajaan tandingan yang pasti akan didukung separuh wilayah Tarumanagara," jelas Dewaraja yang menjabat sebagai wakil panglima angkatan perang Tarumanagara tapi mendukung langkah Cakrawarman.

"Di manakah tempatnya itu, tuan Dewaraja?" tanya Prabu Satyaguna.

"Tentu saja di sini," yang menjawab adalah Hastabahu, pemimpin Bhayangkara yang juga membelot ke Cakrawarman.

Prabu Satyaguna terhenyak. "Di sini?"

"Ya, Gusti Prabu bisa menobatkan Gusti Panglima menjadi raja di Cupunagara. Setelah itu kerajaan-kerajaan bawahan yang berpihak kepada Gusti Panglima akan berkumpul dan menobatkan beliau sebagai Maharaja," jelas Dewaraja.

Sang Prabu termenung. Bingung melanda pikirannya. Bagaimana tidak? Salah seorang putranya menjadi Senapati di Tarumanagara dan juga putri bungsunya diperistri oleh salah seorang mentri Tarumanagara juga. Kalau sampai rencana ini disetujui, apakah nantinya tidak akan terjadi perang saudara? Maka dari itu Prabu Satyaguna tidak segera memberi jawaban.

Malam harinya dia menemui Ki Brajaseti untuk membicarakan masalah ini. Sang Prabu memang sering meminta nasihat dari sahabatnya yang berkecimpung di dunia persilatan itu. Pernah menawarkan suatu jabatan. Namun, Ki Brajaseti menolak dengan halus. Memang, seorang pendekar berhati lurus tidak tergoda akan jabatan.

Sementara Ki Brajaseti ditemani muridnya bertemu Prabu Saytaguna, Adijaya tampak menyendiri di kebun belakang istana. Suasana gelap tampak terang oleh pembakaran ranting-ranting.

Di saat hanyut dalam pikiran yang teringat masa lalunya, tiba-tiba satu suara besar menyapanya.

"Sendirian saja?"

Adijaya melihat ke arah datangnya suara. Seorang lelaki tinggi besar, badannya kekar berotot. Wajahnya tegas dengan sorot mata penuh wibawa dihiasi kumis tipis di atas bibirnya yang agak tebal. Laki-laki ini langsung duduk di samping Adijaya.

"Ya, majikan saya sedang menemui Gusti Prabu di dalam. Saya menunggu saja di sini,"

"Siapa majikanmu?"

"Juragan Darma Koswara dan gurunya Ki Brajaseti,"

"Oh, mereka rupanya,"

"Tuan...?" maksud Adijaya menanyakan siapa orang di sampingnya.

"Saya Cakrawarman!"

Seketika Adijaya kaget mendengar namanya. Segera saja dia menjura seperti merasa bersalah karena tak tahu adat.

"Oh, ampuni hamba Gusti Panglima, hamba tidak tahu berhadapan dengan siapa,"

"Sudahlah, tidak apa-apa!"

Adijaya kembali ke sikap semula, hanya sekarang duduknya agak merendah.

"Kenapa Gusti Panglima ada di sini?"

"Aku merasa suntuk tapi belum mengantuk. Jadi aku berjalan-jalan sekedar mencari angin. Eh, ada kamu di sini. O, ya siapa namamu?"

"Adijaya, Gusti,"

"Bagus juga namamu. O, ya, aku ingin bertanya kepadamu,"

"Hamba, Gusti,"

"Kau pasti tahu dengan apa yang terjadi baru-baru ini, apa pendapatmu?"

Melihat langsung seorang panglima yang dikatakan pemberontak ini ternyata orangnya ramah. Atau cuma pura-pura saja. Untuk tahu lebih jelas lagi ada baiknya dia bertanya langsung kepada sang Panglima.

"Ampun, Gusti. Kalau boleh hamba bertanya, apakah benar Gusti Panglima tidak puas atas pengangkatan Gusti Wisnuwarman sebagai Maharaja?"

"Hmm, baiklah aku akan menjelaskan," jawab sang Panglima. "Aku memang tidak puas atas sikap Raka Prabu Purnawarman yang menobatkan putranya menjadi Maharaja menggantikan beliau. Tapi aku juga menghormati keponakanku sebagai Maharaja karena itu adalah hal wajar. Sudah menjadi kewajaran jika tahta Kaprabon akan diwariskan kepada putranya,"

Mendengar ini Adijaya tampak mengerenyitkan kening.

"Kau masih belum paham?"

Adijaya menggeleng pelan.

"Aku hanya tidak puas atas sikap kakakku, tapi aku tetap menghormati keputusan itu,"

"Terus kenapa memberontak?" tak sadar Adijaya bertanya seperti itu karena kepolosannya.

Cakrawarman tersenyum. "Aku hanya dimanfaatkan,"

"Maksud ,Gusti?"

"Mereka yang mengetahui ketidakpuasanku memanfaatkan hal ini untuk membujukku agar aku memberontak merebut tahta. Dan ternyata yang mendukung juga banyak,"

"Apakah Gusti Panglima sebenarnya tidak ingin memberontak?"

Cakrawarman menggeleng. Tatapannya kosong ke depan.

"Terus peristiwa penyusup yang hampir membunuh Gusti Maharaja?"

"Itu fitnah, aku tidak pernah menyuruhnya,"

"Jadi, sekarang bagaimana?"

"Sudah terlanjur, aku sudah dinyatakan pemberontak. Sekarang hanya mencoba peruntungan saja," Cakrawarman mendesah.

Adijaya angguk-angguk kepala. Memang benar apa yang terlihat atau terdengar kadang-kadang berbeda dari kenyataan yang sebenarnya. Mungkin sebenarnya yang ingin memberontak adalah para pengikut Panglima Cakrawarman tapi mereka tidak mempunyai tokoh panutan untuk dijadikan raja. Atau belum menemukan. Atau sudah ada rencana lain lagi. Bisa saja apabila pemberontakan ini berhasil dan Panglima Cakrawarman jadi Maharaja, selanjutnya mereka akan menggulingkannya di kemudian hari lalu muncullah sosok asli yang sebenarnya ingin menjadi Maharaja. Ah! Ini hanya sekelumit pikiran saja. Hanya menduga-duga.

***

Di dalam ruangan khusus pertemuan Prabu Satyaguna dengan Ki Brajaseti.

"Apa Gusti Prabu mendengar langsung dari Gusti Panglima?" tanya Ki Brajaseti mengenai pembicaraan tadi siang bersama dua orang kepercayaan Cakrawarman, Dewaraja dan Hastabahu.

"Aku sama sekali belum bicara dengan menantuku,"

Ki Brajaseti memicingkan mata. "Ada baiknya Paduka menanyakan langsung kepada Gusti Panglima. Aku menduga Gusti Panglima hanya dimanfaatkan saja,"

"Bisa jadi, karena sebenarnya aku juga ragu dengan sikap yang diambil menantuku. Apakah benar sesuai kehendaknya? Atau akibat bujukan para pengikutnya. Dia memang seorang Panglima yang gagah berani. Tidak ada peperangan yang tidak ia menangkan sehingga Tarumanagara menjadi besar. Tapi dia juga memiliki sifat gamang yang gampang dibujuk,"

Pada saat itu muncullah Cakrawarman bersama Adijaya.

"Mohon maaf Ayahanda, saya ingin bicara!" Cakrawarman menjura lalu memilih tempat duduk yang hanya berupa lantai kayu jati. Adijaya duduk di dekat Darma Koswara.

"Silahkan, Ananda,"

"Terlebih dahulu saya ingin menanyakan apa yang dibicarakan Dewaraja dan Hastabahu?"

Ki Brajaseti dan Prabu Satyaguna saling pandang.

"Katanya Ananda ingin menjadikan Cupunagara sebagai tandingan Tarumanagara,"

Cakrawarman terhenyak. Mendesah. Menunduk.

"Sungguh, sebenarnya saya tidak ingin terjadi perang saudara. Apalagi menyeret Cupunagara menjadi musuh Tarumanagara. Saya hanya ke sini hanya singgah sementara untuk menghindari pasukan Tarumanagara. Besok lusa saya akan meninggalkan Cupunagara,"

Terpopuler

Comments

Styaningsih Danik

Styaningsih Danik

jd pemimpin kok mleyat mleyot 🤔

2023-01-25

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Nice...

2022-05-21

0

Kadek nak Bali

Kadek nak Bali

hmmmmhhhh jadi seperrtiiiiii ituuuuuuu 🤔

2021-02-09

3

lihat semua
Episodes
1 Anak Perampok
2 Percakapan Di Kedai
3 Pukulan Dewa Tunggal
4 Tumpasnya Begal Cakrageni
5 Murid Yang Tersisih
6 Tersingkir
7 Hukuman
8 Terjebak Dalam Goa
9 Guriang Dan Saudagar Kaya
10 Pendekar Dari Nusa Sabay
11 Pertarungan Pertama
12 Dilema Prabu Satyaguna
13 Bersama Pasukan Pemberontak
14 Menguntit
15 Akhir Pemberontakan
16 Hutan Mandapa
17 Fitnah
18 Mengobati Lumpuh
19 Fitnah Kedua
20 Bongkeng
21 Terbongkar
22 Kemelut Di Padepokan
23 Pertemuan Kembali
24 Kasmaran
25 Dua Hati Bersambut
26 Pertarungan Di Puncak Gunung
27 Adu Tanding
28 Labu Penyedot Sukma
29 Pertarungan Sengit
30 Pertarungan Dalam Diam
31 Jebakan Fitnah
32 Tugas Baru
33 Pencarian Awal
34 Lima Beruang Merah
35 Lembah Kupu-Kupu
36 Ki Rampal
37 Menyamar
38 Padepokan Sanca Wulung
39 Ki Sanca
40 Terpecahkan
41 Cerita Darma Koswara
42 Ajian Tapak Wisa
43 Isi Hati Nyi Warsih
44 Dari Dendam Menjadi Cinta
45 Gadis Di Hutan
46 Pembunuh Jatuh Cinta
47 Serangan Pembunuh Lagi
48 Malapetaka
49 Jatuh Tertimpa Tangga
50 Asmarini
51 Pelipur Lara
52 Pendekar Pedang Bunga
53 Melati Tunjung Sampurna
54 Kasmaran Lagi
55 Ujian Pembuktian
56 Racun Pelebur Jiwa
57 Ki Candala
58 Bangkit Dari Kubur
59 Menguak Misteri
60 Menjalankan Rencana
61 Pucuk Di Cinta Ulam Tiba
62 Kediaman Patih
63 Penyusup
64 Perubahan Ketentuan
65 Sang Raja
66 Serangan Dadakan
67 Jurus Tarian Rajawali
68 Payung Terbang Beraksi Lagi
69 Rintangan Baru
70 Orang Gila
71 Diburu Pembunuh
72 Pedang Ular Hitam
73 Pembalasan Untuk Sang Patih
74 Mengejar Pembunuh
75 Nini Bedul
76 Nenek Kembar
77 Mengungkap Kebenaran
78 Ilmu Perawan Abadi
79 Tragedi Di Pagi Hari
80 Korban Ke Dua
81 Memburu Keterangan
82 Sasaran Ke Tiga
83 Mengunjungi Sahabat
84 Menjebak
85 Dendam Tak Pernah Habis
86 Sebuah Panggilan
87 Pertarungan Di Gunung Sembung
88 Maut Di Bukit Bedul
89 Bukit Bedul Berguncang
90 Kakek Yang Mengesalkan
91 Pedang Guntur Merenggut Nyawa
92 Syair Kerinduan
93 Dewi Kembang Kuning
94 Padmasari
95 Bencana Di Padepokan
96 Bukan Satu Tapi Empat
97 Pertemuan Dan Kabar Buruk
98 Pagi Hari Di Lembah Jonggrang
99 Terlepas Dari Sihir
100 Sihir Lawan Sihir
101 Nasib Tragis Jerangkong Koneng
102 Masuk Ke Alam Lain
103 Buhul Sakti Penjerat Siluman
104 Perangkap Hutan Jadi-jadian
105 Perangkap Kedai
106 Tipuan Pembalasan
107 Kemarahan Rangrang Geni
108 Pengangkatan Pemimpin Baru
109 Menyerang Padepokan Kecil
110 Senjata Baru
111 Ceramah
112 Kekalahan Rangrang Geni
113 Terjepit Situasi
114 Kampung Perampok
115 Kampung Perampok Menyerah
116 Penginapan Orang Asing
117 Ngaraga Sukma
118 Kemelut Padepokan Karang Bolong
119 Dewan Kehormatan
120 Malam Panjang
121 Pembantaian Di Penginapan
122 Pertarungan Di Pagi Hari
123 Mundur
124 Mahaguru Manguntara
125 Latihan Berujung Sungguhan
126 Hati Yang Busuk
127 Hari Bahagia
128 Perjalanan Baru
129 Desa Rancawangi
130 Masuk Ke Desa
131 Pembalasan Yang Gagal
132 Rencana
133 Menyelamatkan Utari
134 Pembalasan Ki Somara
135 Pergerakan
136 Tertipu
137 Pertemuan Tak Disangka
138 Misi Baru
139 Mencari Keterangan
140 Menelusuri Benang Merah
141 Hutan Gintung
142 Rahasia Gudang Harta
143 Resi Danuranda
144 Juragan Cengkeh
145 Cinta Yang Menggelora
146 Kuda Guriang
147 Laskar Lembah Kuning
148 Aksi Si Mungil
149 Rencana Padepokan Gunung Sindu
150 Pergerakan Sepasang Pendekar Muda
151 Mata-Mata
152 Padepokan Karang Bolong
153 Kesaktian Baru Payung Terbang
154 Lawan Yang Lebih Tangguh
155 Anak Perempuan Gentasora
156 Penyerbuan Kecil
157 Kesetiaan Sang Istri
158 Serangan Dimulai
159 Turun Tangan
160 Akhir Para Dedengkot Gunung Sindu
161 Rahasia Ki Manguntara
162 Nini Kewuk
163 Menerima Usulan
164 Senjata Makan Tuan
165 Pertarungan Di Goa Karang
166 Nasib Ratu Pelet
167 Ratu Siluman Kerang
168 Sahabat Lama
169 Meminta Bantuan
170 Manusia Rasa Siluman
171 Menyedot Ilmu Hitam
172 Akhirnya Bisa Keluar
173 Mahaguru Muda
174 Pembunuhan Di Asrama
175 Pemeriksaan
176 Manusia Kayu
177 Terima Kasih, Ki Sawung
178 Persidangan
179 Ternyata Masalah Cinta
180 Murid Angkuh
181 Jembatan Ilmu
182 Gadis Persembahan
183 Dewi Kalajenget
184 Terbayar Sudah
185 Ki Jagatapa
186 Tamu Teman Lama
187 Halangan Pertama
188 Kehilangan Keterangan
189 Percobaan Kedua
190 Keresahan Mangkubumi
191 Berubah Halauan
192 Penjaga Kitab
193 Membelah Tanah Menarik Sukma
194 Kejutan Tak Pernah Habis
195 Jebakan Maharaja
196 Meninggalkan Kota Raja
197 Dendam Sang Istri
198 Siapakah Musuh Besar Itu?
199 Kembali Ke Bukit Gajah Depa
200 Buta Merah
201 Puri Iblis
202 Penjaga Gerbang Pertama
203 Menuju Gerbang Kedua
204 Tugas Yang Sia-sia
205 Sukma Nenek Kembar
206 Penjaga Gerbang Ke Tiga
207 Api Yang Dingin
208 Gerbang Ke Empat
209 Sukma Sang Ayah
210 Jaran Goyang
211 Serangan Jarak Jauh
212 Sesepuh Bergerak
213 Sukma Kesurupan Siluman
214 Bayi Kembar
215 Penutup (Tamat)
216 Novel Baru
Episodes

Updated 216 Episodes

1
Anak Perampok
2
Percakapan Di Kedai
3
Pukulan Dewa Tunggal
4
Tumpasnya Begal Cakrageni
5
Murid Yang Tersisih
6
Tersingkir
7
Hukuman
8
Terjebak Dalam Goa
9
Guriang Dan Saudagar Kaya
10
Pendekar Dari Nusa Sabay
11
Pertarungan Pertama
12
Dilema Prabu Satyaguna
13
Bersama Pasukan Pemberontak
14
Menguntit
15
Akhir Pemberontakan
16
Hutan Mandapa
17
Fitnah
18
Mengobati Lumpuh
19
Fitnah Kedua
20
Bongkeng
21
Terbongkar
22
Kemelut Di Padepokan
23
Pertemuan Kembali
24
Kasmaran
25
Dua Hati Bersambut
26
Pertarungan Di Puncak Gunung
27
Adu Tanding
28
Labu Penyedot Sukma
29
Pertarungan Sengit
30
Pertarungan Dalam Diam
31
Jebakan Fitnah
32
Tugas Baru
33
Pencarian Awal
34
Lima Beruang Merah
35
Lembah Kupu-Kupu
36
Ki Rampal
37
Menyamar
38
Padepokan Sanca Wulung
39
Ki Sanca
40
Terpecahkan
41
Cerita Darma Koswara
42
Ajian Tapak Wisa
43
Isi Hati Nyi Warsih
44
Dari Dendam Menjadi Cinta
45
Gadis Di Hutan
46
Pembunuh Jatuh Cinta
47
Serangan Pembunuh Lagi
48
Malapetaka
49
Jatuh Tertimpa Tangga
50
Asmarini
51
Pelipur Lara
52
Pendekar Pedang Bunga
53
Melati Tunjung Sampurna
54
Kasmaran Lagi
55
Ujian Pembuktian
56
Racun Pelebur Jiwa
57
Ki Candala
58
Bangkit Dari Kubur
59
Menguak Misteri
60
Menjalankan Rencana
61
Pucuk Di Cinta Ulam Tiba
62
Kediaman Patih
63
Penyusup
64
Perubahan Ketentuan
65
Sang Raja
66
Serangan Dadakan
67
Jurus Tarian Rajawali
68
Payung Terbang Beraksi Lagi
69
Rintangan Baru
70
Orang Gila
71
Diburu Pembunuh
72
Pedang Ular Hitam
73
Pembalasan Untuk Sang Patih
74
Mengejar Pembunuh
75
Nini Bedul
76
Nenek Kembar
77
Mengungkap Kebenaran
78
Ilmu Perawan Abadi
79
Tragedi Di Pagi Hari
80
Korban Ke Dua
81
Memburu Keterangan
82
Sasaran Ke Tiga
83
Mengunjungi Sahabat
84
Menjebak
85
Dendam Tak Pernah Habis
86
Sebuah Panggilan
87
Pertarungan Di Gunung Sembung
88
Maut Di Bukit Bedul
89
Bukit Bedul Berguncang
90
Kakek Yang Mengesalkan
91
Pedang Guntur Merenggut Nyawa
92
Syair Kerinduan
93
Dewi Kembang Kuning
94
Padmasari
95
Bencana Di Padepokan
96
Bukan Satu Tapi Empat
97
Pertemuan Dan Kabar Buruk
98
Pagi Hari Di Lembah Jonggrang
99
Terlepas Dari Sihir
100
Sihir Lawan Sihir
101
Nasib Tragis Jerangkong Koneng
102
Masuk Ke Alam Lain
103
Buhul Sakti Penjerat Siluman
104
Perangkap Hutan Jadi-jadian
105
Perangkap Kedai
106
Tipuan Pembalasan
107
Kemarahan Rangrang Geni
108
Pengangkatan Pemimpin Baru
109
Menyerang Padepokan Kecil
110
Senjata Baru
111
Ceramah
112
Kekalahan Rangrang Geni
113
Terjepit Situasi
114
Kampung Perampok
115
Kampung Perampok Menyerah
116
Penginapan Orang Asing
117
Ngaraga Sukma
118
Kemelut Padepokan Karang Bolong
119
Dewan Kehormatan
120
Malam Panjang
121
Pembantaian Di Penginapan
122
Pertarungan Di Pagi Hari
123
Mundur
124
Mahaguru Manguntara
125
Latihan Berujung Sungguhan
126
Hati Yang Busuk
127
Hari Bahagia
128
Perjalanan Baru
129
Desa Rancawangi
130
Masuk Ke Desa
131
Pembalasan Yang Gagal
132
Rencana
133
Menyelamatkan Utari
134
Pembalasan Ki Somara
135
Pergerakan
136
Tertipu
137
Pertemuan Tak Disangka
138
Misi Baru
139
Mencari Keterangan
140
Menelusuri Benang Merah
141
Hutan Gintung
142
Rahasia Gudang Harta
143
Resi Danuranda
144
Juragan Cengkeh
145
Cinta Yang Menggelora
146
Kuda Guriang
147
Laskar Lembah Kuning
148
Aksi Si Mungil
149
Rencana Padepokan Gunung Sindu
150
Pergerakan Sepasang Pendekar Muda
151
Mata-Mata
152
Padepokan Karang Bolong
153
Kesaktian Baru Payung Terbang
154
Lawan Yang Lebih Tangguh
155
Anak Perempuan Gentasora
156
Penyerbuan Kecil
157
Kesetiaan Sang Istri
158
Serangan Dimulai
159
Turun Tangan
160
Akhir Para Dedengkot Gunung Sindu
161
Rahasia Ki Manguntara
162
Nini Kewuk
163
Menerima Usulan
164
Senjata Makan Tuan
165
Pertarungan Di Goa Karang
166
Nasib Ratu Pelet
167
Ratu Siluman Kerang
168
Sahabat Lama
169
Meminta Bantuan
170
Manusia Rasa Siluman
171
Menyedot Ilmu Hitam
172
Akhirnya Bisa Keluar
173
Mahaguru Muda
174
Pembunuhan Di Asrama
175
Pemeriksaan
176
Manusia Kayu
177
Terima Kasih, Ki Sawung
178
Persidangan
179
Ternyata Masalah Cinta
180
Murid Angkuh
181
Jembatan Ilmu
182
Gadis Persembahan
183
Dewi Kalajenget
184
Terbayar Sudah
185
Ki Jagatapa
186
Tamu Teman Lama
187
Halangan Pertama
188
Kehilangan Keterangan
189
Percobaan Kedua
190
Keresahan Mangkubumi
191
Berubah Halauan
192
Penjaga Kitab
193
Membelah Tanah Menarik Sukma
194
Kejutan Tak Pernah Habis
195
Jebakan Maharaja
196
Meninggalkan Kota Raja
197
Dendam Sang Istri
198
Siapakah Musuh Besar Itu?
199
Kembali Ke Bukit Gajah Depa
200
Buta Merah
201
Puri Iblis
202
Penjaga Gerbang Pertama
203
Menuju Gerbang Kedua
204
Tugas Yang Sia-sia
205
Sukma Nenek Kembar
206
Penjaga Gerbang Ke Tiga
207
Api Yang Dingin
208
Gerbang Ke Empat
209
Sukma Sang Ayah
210
Jaran Goyang
211
Serangan Jarak Jauh
212
Sesepuh Bergerak
213
Sukma Kesurupan Siluman
214
Bayi Kembar
215
Penutup (Tamat)
216
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!