Puas menghisap madu si gadis, si pemuda dengan tenang meninggalkan tempat itu. Kini si gadis meringkuk dengan sejuta perih di tubuh dan juga hatinya. Jiwanya terguncang, lupa diri, menjerit-jerit tak karuan kadang menangis tersedu melihat mayat ayahnya yang tak jauh tergeletak. Keadaannya tak beda dengan orang gila yang tak merawat diri.
Lalu, entah apa yang merasukinya, si gadis bergerak menubruk tiang rumah yang terpancang di tengah. Kepalanya dihantamkan dengan sangat keras hingga pecah dan nyawanya pun melayang. Mungkin dia merasa tak berguna lagi hidup sehingga ingin mengakhirinya. Ya, buat apa hidup dengan menanggung derita dan malu.
Setelah kejadian itu, barulah warga berbondong-bondong datang.
***
Ki Lurah menerima kabar tentang kejadian itu. Dia tampak marah dan murka. Segera dia menghampiri Adijaya yang sembunyi di dalam karena tidak mau ketahuan warga.
"Kau…!" tunjuk Ki lurah dengan muka bengis. "Kau siluman!"
"Apa yang terjadi?" tanya Adijaya.
"Jangan pura-pura! Baru saja kau memperkosa anak gadis dan membunuh ayahnya!"
"Lho, bukankah selama sepekan ini saya selalu berada di samping Ki Lurah?"
"Pembohong! Kau ternyata makhluk siluman yang bisa mencala putra mencala putri. Bisa saja kau sedang menipuku dengan ilmu sihir. Sosok aslimu berada di sana sedangkan yang di sini palsu. Hanya jejadiannya saja!"
"Ki Lurah percaya dengan hal seperti itu?"
Ki Lurah hanya mendengus.
"Kalau begitu ikut saya untuk mengejar pelakunya,"
"Saya tidak percaya kamu. Jangan-jangan kesembuhan anakku juga hanya sihir! Sebenarnya apa yang kau inginkan di desa ini? Kenapa mengacau di sini? Apa salah kami? Atau, kau memang siluman jahat yang suka mencari mangsa!"
Ki Lurah terengah-engah menahan marah. Ingin rasanya dia menghajar Adijaya, tapi dia ingat pemuda itu cukup tinggi kepandaiannya.
"Saya harap Ki Lurah jangan asal menyimpulkan. Saya akan membuktikan kalau saya tidak bersalah. Sekarang mau tak mau Ki Lurah harus ikut saya turun tangan menemukan dan menangkap pelaku aslinya!"
Adijaya bergegas ke ruang dapur. Mencari sesuatu yang bisa dipakainya. Di depan Ki Lurah Adijaya mengubah penampilan menyamar menjadi seorang lelaki tua seumuran Ki Lurah.
"Saya harus seperti ini. Temani saya, Ki Lurah. Saya berjanji akan menuntaskan persoalan ini."
Ki Lurah tampak ragu.
"Bila tidak berhasil, saya siap menerima hukuman seberat apapun!" tegas Adijaya.
***
Ki Lurah dan Adijaya bergegas menuju tempat kejadian. Sampai di sana mereka melihat sang ibu sedang menangisi putri dan suaminya yang sudah menjadi mayat. Si ibu ini sangat terpukul. Walaupun secepat mungkin dia melapor kepada kepala keamanan desa, tapi kejadian mengerikan itu begitu cepat. Kini dia sebatang kara.
"Kemana orangnya?" tanya Ki Lurah.
"Sedang dikepung, Ki Lurah. Di dekat perbatasan!" jawab salah seorang warga yang hadir di situ.
Ki Lurah kembali berlari menuju tempat yang disebutkan diikuti Adijaya dan beberapa penduduk desa yang belum sempat bertanya siapa orang tua yang bersama Ki Lurah?
Sampai di sana tampak beberapa orang terkapar menahan luka akibat bertempur dengan si pembunuh. Orang sebanyak ini tak mampu meringkus pembunuh itu. Berarti orang itu cukup sakti. Ki Lurah melirik ke arah Adijaya. Si pemuda yang menyamar hanya balas menatap.
"Orang itu sangat hebat ilmu silatnya, kami kewalahan menghadapinya," tutur salah seorang sambil mengerang kesakitan.
"Kemana dia?"
"Dia lari ke desa Bantrang."
"Gawat, kami akan mengejarnya, tapi kami butuh kuda!"
"Saya ada kuda, Ki Lurah, berapa?"
"Dua!"
"Siapa dia, Ki Lurah?" seorang warga menanyakan orang yang bersama Ki Lurah.
"Teman saya, namanya Ki Adijaya, dia akan membantu saya mengejar penjahat itu,"
Tentu saja warga tidak mengenali sosok Adijaya yang sebenarnya. Mereka hanya tahu sosok pembunuh itulah yang wujudnya Adijaya.
Dua ekor kuda sudah disediakan. Ki Lurah dan Adijaya segera menaiki tunggangannya lalu menggebrak hingga kudapun berlari kencang menyusuri jalan menuju desa tetangga.
Adijaya tidak mengerti apakah Ki Lurah asal menggebah saja, tapi tidak tahu kemana akan mengejar? Asal menuju ke desa sebelah saja? Namun, melihat gerakan Ki Lurah sepertinya dia menuju ke suatu tempat.
Begitu memasuki perkampungan. Tampak Ki Lurah menuju ke rumah seseorang. Rumah yang tampak beda dari yang lain. Yang lebih besar dan megah. Rumah lurah desa setempat. Rupanya ini tujuan Ki Lurah.
Dengan terburu-buru tanpa menambatkan kudanya lagi, Ki Lurah turun dan berlari memasuki rumah besar itu.
"Ki Jatnika...Ki Jatnika…!"
"Ada apa? Kenapa seperti dikejar jurig, Ki?" seorang pembantu menyapa dengan terheran-heran.
"Panggilkan Lurahmu!"
Si pembantu segera menghilang. Tak lama muncul lagi bersama Ki Jatnika, lurah desa itu.
"Ki Sangkan, ada apa ini?"
"Gawat, Ki Jatnika, gawat!"
"Iya...iya...kenapa? Ceritakan dengan tenang dan jelas,"
Lalu Ki Jatnika menyilahkan duduk kepada Ki Lurah dan Adijaya di ruang tamu.
"Sangat gawat, Ki." ujar Ki Lurah sedikit tenang. "Kami sedang mengejar seorang pembunuh dan pemerkosa di desa kami. Dia lari ke sini, ke desa ini!"
"Benar katamu, Ki?" tanya Ki Jatnika.
"Sudah dua, tiga warga saya jadi korban. Mohon Ki Jatnika segera siagakan keamanan. Saya takut dia mencari korban juga di sini."
Ki Jatnika mulai panik. Dari raut wajah Ki Sangkan agaknya hal ini benar-benar serius. Dan benar saja, tak berapa lama datang seorang warga yang tergopoh-gopoh hampir pingsan menghadap Ki Jatnika.
"Gawat, Ki Lurah!" teriak orang itu suaranya bagai tersedak.
"Ada apa?"
"Pesta perkawinan putri Ki Rengga diobrak-abrik!"
"Apa!?"
"Seorang anak muda datang mengacaukan acara dan hendak merampas pengantin perempuan, beberapa petugas keamanan sedang berusaha meringkusnya."
"Pasti dia orangnya!" sela Ki Sangkan langsung bangun. "Tunjukan tempatnya!"
Semua yang berada di situ pun segera bergegas menuju tempat kejadian.
***
Sebelumnya.
Setelah puas berhasil merenggut kehormatan si gadis yang akhirnya bunuh diri itu, pemuda bejat berdarah dingin ini keluar dengan tenang. Namun, diluar sudah menghadang beberapa orang dengan senjata terhunus.
Si pemuda mendengus angkuh. "Majulah kalau kalian mampu!"
"Tangkap dia…!"
Pengepung yang jumlah delapan orang ini langsung menyerbu. Menyerang ganas tanpa ampun. Mereka sudah siap dengan senjatanya. Mereka adalah anggota pasukan keamanan desa. Tentunya mereka sudah terlatih dengan jurus-jurus silat.
Namun, yang mereka hadapi ternyata bukan orang sembarangan. Gerakan pemuda durjana ini sangat cepat. Tak satupun dari senjata mereka mampu menyentuh sasaran. Sementara beberapa dari mereka sudah kena hantaman lawan. Walaupun tangan kosong tapi keras bagai batu.
Dalam beberapa gebrakan saja si pengeroyok sudah kewalahan tak mampu melawan lagi sehingga ketika si pembunuh kabur, mereka tak bisa mengejar karena tubuhnya luka-luka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo...
2022-05-21
0
Gemblong78
penasaran
2021-12-24
1
Gemblong78
menarik
2021-12-24
0