Di ruang khusus padepokan Arya Sentana menceritakan apa yang telah dia lakukan terhadap Adijaya secara diam-diam.
"Apa kau akan melanjutkannya di luar padepokan secara diam-diam juga?" tanya Sang Guru.
Sebelum murid pertama ini menjawab, Komara hadir bersama salah seorang murid.
"Dia ingin memberitahukan sesuatu," kata Komara.
"Ada apa?" Arya Sentana yang bertanya.
Murid ini menjura lalu menceritakan apa yang terjadi sebenarnya tentang Adijaya. Anak itu difitnah. Dia menyaksikan dari jauh secara sembunyi-sembunyi, dan dia siap mempertanggung jawabkan kesaksiannya.
"Sudah kuduga," desah Arya Sentana.
Begitu juga dalam benak Ki Ranggasura dan Komara. Mereka sebenarnya percaya kepada Adijaya. Hanya anak itu lebih memilih diam dan pasrah saja. Tiga purnama lebih beberapa hari Adijaya tinggal di padepokan Linggapura.
"Sampurasun!"
Sapa seorang murid yang datang tergopoh-gopoh memecah kesunyian di ruangan itu.
"Ada apa?" tanya Komara.
Si murid menjura. "Beberapa murid mengejar Adijaya ke luar padepokan secara sembunyi-sembunyi. Sepertinya mereka hendak melakukan sesuatu yang tidak baik."
Tanpa pikir panjang Arya Sentana langsung menghambur keluar.
***
Adijaya pikir setelah keluar dari padepokan dia tidak akan mendapat masalah lagi dari murid-murid yang membencinya. Dia merasa bebas sekarang. Tapi ternyata masalah belum habis menimpanya.
Entah dari mana datangnya tiba-tiba di depan telah menghadang beberapa murid padepokan yang umurnya lebih tua darinya.
"Mau apa lagi? Saya sudah keluar dari padepokan," tanya Adijaya dengan raut wajah datar.
"Diusir saja tidak cukup untukmu, bibit iblis harus dimusnahkan sebelum membawa bencana di kemudian hari!"
Serentak tiga orang langsung menerjang dengan tendangan penuh tenaga. Mereka melakukannya karena sebelumnya tahu tujuh orang yang mengeroyok Adijaya malah terluka saat menyerang.
Dugh!
Tiga tendangan bersamaan mendarat di dada dan perut Adijaya yang tak sempat menghindar karena begitu cepatnya serangan. Tubuhnya terpental jauh hingga ke bibir jurang. Karena anak ini tidak sigap, tak ayal lagi tubuhnya terperosok ke dalam jurang yang menganga di belakangnya.
Pada saat itu Arya Sentana datang terlambat.
"Keterlaluan!" sentak Pendekar Tinju Dewa.
Seketika murid-murid ini tersurut dan menunduk takut.
"Kenapa?" tanya Komara ketika baru muncul di situ.
"Mereka telah menendang Adijaya hingga jatuh ke jurang, Rayi urus mereka, aku akan cari Adijaya!"
Lalu Arya Sentana melesat ke dalam jurang.
"Begini kelakuan murid padepokan Linggapura?" hardik Komara.
Tak ada yang berani bicara.
"Kalian harus mendapatkan hukuman, segera kembali ke padepokan!"
Dengan rasa takut murid-murid itu menuruti perintah Komara yang menampakan wajah marah.
Di padepokan murid-murid yang terlibat memfitnah dan mencelakai Adijaya dikumpulkan di lapangan. Jumlahnya ada lima belas orang.
"Jangan membenci sesuatu secara berlebihan. Kebencian akan membawa celaka," kata Komara setengah berteriak. "Siapa tahu orang yang dibenci ternyata lebih berhati mulia. Bahkan, terkadang orang yang kau bencilah yang datang menolong di saat kau mendapat kesulitan.
"Setiap manusia pada dasarnya bersifat baik. Hanya keadaan yang merubahnya menjadi jahat. Dan jangan lupa, yang berwatak jahat juga mempunyai kesempatan untuk kembali menjadi baik. Adijaya hanya anak kecil yang masih bisa dididik agar berwatak baik. Kalian tahu sendiri, dia kabur dari rumahnya karena tidak mau ikut ayahnya menjadi perampok.
"Tapi kalian begitu mudahnya berkesimpulan jika ayahnya penjahat maka anaknya pun demikian. Pikiran yang picik! Kalian mengira sudah berbuat ksatria? Apalagi dengan cara fitnah. Perbuatan kalian tidak ada bedanya dengan Gandara si Begal Cakrageni itu!"
Kelima belas murid ini hanya menunduk. Entah menyesal atau apa? Empat orang dari tingkat atas yang usianya sudah matang. Tujuh orang dari tingkat menengah, masih remaja. Dan empat orang dari tingkat dasar yang masih seumuran dengan Adijaya.
Ki Ranggasura datang. Berdiri di belakang Komara sambil menggendong dua tangan.
"Biar guru yang menentukan hukuman buat kalian," ujar Komara.
"Kalian berempat!" tunjuk Ki Ranggasura kepada murid tingkat atas.
Keempat orang ini semakin menunduk.
"Kalian seharusnya menjadi panutan bagi murid yang lebih muda. Berjiwa besar, berpikiran terbuka dan panjang. Karena suatu saat kalian yang akan mendampingi atau bahkan menggantikan kedudukan Komara. Tapi apa yang telah diperbuat kalian masih jauh dari harapan. Kalian masih seperti anak ingusan yang belum bisa mandi sendiri,"
Ki Ranggasura menatap lekat ke empat murid itu. Kecuali Komara, semua murid baru tahu bila sang guru besar sedang marah. Suaranya lebih berwibawa menggetarkan hati. Tidak ada yang berani mengangkat kepala. Bahkan murid-murid yang berada di pinggir lapangan pun tak berani menatap.
"Komara!"
"Ya, guru,"
"Musnahkan ilmu mereka!"
Artinya hukuman ganda bagi empat murid itu. Sudah dimusnahkan ilmu yang telah didapat selama berguru di padepokan ini, berarti diusir pula.
Tanpa pikir panjang Komara menotok beberapa bagian dan urat penting di tubuh keempat orang itu. Cepat dan kuat. Sehingga membuat mereka terpental dan jatuh bergulingan. Kini mereka menjadi orang biasa lagi yang tak memiliki kepandaian silat apapun.
"Pergilah!" seru Komara.
Keempat orang itu melangkah dengan gontai. Mereka bukan lagi murid padepokan Linggapura. Tidak ada yang tahu apa yang ada di kepala mereka. Menyesal atau dendam?
"Kalian bertujuh!"
Tujuh murid tingkat menengah tampak mengkerutkan badan. Kepala tetap menunduk.
"Kalian boleh memilih, tetap di sini dengan syarat akan memperbaiki sifat atau pergi. Kalau ingin tetap menjadi murid padepokan Linggapura, kalian harus menjalani hukuman,"
Sepi.
Perasaan tujuh murid ini berkecamuk dalam benak masing-masing. Tetap di sini dan menjalani hukuman atau keluar. Hukumannya pasti berat. Bagi yang berpikir panjang apapun bentuk hukuman itu pasti tidak akan merugikan diri sendiri. Hukuman hanya untuk melatih jiwa lebih dewasa lagi. Tapi bagi yang ciut nyali, hukuman akan terasa berat dan menakutkan.
Akhirnya setelah lama merenung. Empat murid mengangkat kepala lalu sama-sama maju satu langkah.
Ki Ranggasura melirik Komara. Lalu secepat kilat Komara menotok tiga murid tingkat menengah yang masih menunduk seperti kepada empat murid sebelumnya.
Ketiga murid ini terkapar sejenak. Kembali menjadi orang biasa tanpa kepandaian silat. Lalu perlahan bangkit dan meninggalkan padepokan.
"Kalian kuampuni, tapi tetap dapat hukuman!" kata Ki Ranggasura kepada empat murid tingkat bawah.
Kemudian guru besar padepokan ini meninggalkan mereka yang masih berdiri di lapangan.
"Kalian berempat menghadap guru untuk menerima hukuman!" perintah Komara kepada murid tinggkat menengah.
"Dan hukuman bagi kalian," tunjuk Komara ke empat murid tingkat dasar. "Kerjakan apa yang dulu dikerjakan oleh Adijaya, mengerti!"
"Ya, paman."
"Dan kalian semua!" teriak Komara kepada seluruh murid yang menyaksikan. "Ini adalah peringatan bagi kalian. Aku tahu diantara kalian lebih banyak yang tidak suka dengan Adijaya. Jangan sampai terulang lagi kejadian seperti ini!"
Bagaimana dengan nasib Adijaya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Mat Grobak
adijaya pasti di selamatkan pendekar di bawah jurang
2022-06-05
0
Jimmy Avolution
Sippp...
2022-05-20
0
Bayu Ajay
mantab jiwa
2021-06-19
4