Kembali ke cerita selanjutnya.
Rombongan Ki Lurah Jatnika dan Lurah Sangkan telah sampai di tempat kejadian. Di halaman rumah Ki Rengga tampak beberapa orang tengah mengeroyok satu pemuda yang membuat Adijaya terkejut dan melongo. Begitu pula Ki Lurah Sangkan. Lelaki muda yang dikeroyok itu benar-benar serupa dengan Adijaya. Hanya pakaian saja yang beda. Namun, Ki Lurah Sangkan sangat tahu karena Adijaya sudah cukup lama tinggal di rumahnya. Berkali-kali Ki Lurah memandang Adijaya asli yang menyamar.
Sementara Adijaya tua tidak langsung turun membantu. Dia memperhatikan gerak jurus yang diperagakan Adijaya palsu. Sekitar delapan orang yang memiliki kepandaian belum mampu melumpuhkan lawan yang sangat cekatan. Gerakannya lebih cepat dari mereka. Seperti gerakan kijang menghindari serbuan pemburu.
"Wikarta, tambah bantuan!" teriak Ki Lurah Jatnika melihat gelagat yang kurang baik.
"Baik, Ki!"
"Benar dia yang kau cari, Ki Sangkan?" tanya Ki Lurah Jatnika.
"Ya, dia orangnya. Dia cukup hebat sehingga mudah lolos dari kejaran warga,"
"Hmm, bukan hebat lagi. Kepandaian silatnya bisa disejajarkan dengan pendekar bahkan lebih dari itu."
Ki Lurah Sangkan kembali memandang Adijaya tua di sampingnya. "Kenapa kau tidak turun tangan?" tanyanya pelan.
"Saya sedang memperhatikan jurus-jurusnya, untuk mengenali siapa dia sebenarnya," jawab Adijaya.
Bantuan datang. Lima orang terjun ke pertempuran. Namun, pada saat itu juga tiga orang pengeroyok terpental keluar dengan luka lebam di sebagian tubuhnya. Disusul dua orang lagi terkapar karena kakinya patah sehingga tak mampu bangkit lagi. Sehingga jumlah pengeroyok tetap delapan orang.
"Gelo!" seru Ki Lurah Jatnika. "Anak itu sangat lincah, hanya seorang pendekar berilmu tinggi yang mampu menandinginya."
Ki Lurah Sangkan hanya mendengus sambil kembali melihat Adijaya tua yang belum juga bergerak. "Apa yang ditunggu anak ini?" batinnya.
Setelah memperhatikan cukup lama sambil mengingat-ingat akhirnya Adijaya menemukan titik terang. Jurus yang digunakan Adijaya palsu sama dengan jurus milik Ganggasara. Tidak salah lagi, yang berkaitan dengan Mentri pembelot adalah gurunya, Birawayaksa. Ini pasti akal-akalan tokoh sesat itu. Tak sadar dia angguk-angguk kepala.
"Saya tahu sekarang, Ki!" ujar Adijaya sebelum melompat memasuki ajang pertempuran yang tak seimbang itu.
Adijaya tua langsung menerjang, tetapi tidak menggunakan jurus ciptaannya. Adijaya tua asal-asalan membuat gerakan jurus. Dia juga menyamarkan hawa sakti yang terpancar dari badannya. Tujuannya agar penyamarannya tidak diketahui lawan. Para pengeroyok lain tampak mundur beberapa langkah karena merasakan hawa sakti yang menyebar seperti hembusan angin yang mendorong tubuh mereka. Sehingga pertarungan berubah menjadi satu lawan satu. Adijaya tua dan Adijaya palsu.
Di satu sisi para pengeroyok memang sudah kepayahan tak mampu meringkus lawan yang hanya seorang. Tenaga mereka sudah terkuras. Beruntung orang yang barusan turun menyerang memiliki kepandaian tinggi. Hal ini bisa dilihat dari gerakannya yang cepat tapi halus dan ringan. Juga hawa sakti yang memancar dari tubuh terasa begitu kentara. Yang mereka lihat adalah lelaki setengah baya seumuran Ki Lurah. Namun, sebenarnya adalah seorang pemuda yang sedang menyamar. Hanya dia dan Ki Lurah Sangkan yang tahu.
Kini pertunjukan jurus-jurus memukau tersaji di halaman rumah Ki Rengga. Pesta pernikahan berubah menjadi ajang adu kekuatan. Si pemilik rumah itu tampak menyaksikan di beranda rumah.
"Benar, ini adalah hawa sakti yang dimiliki Birawayaksa," gumam Adijaya tua dalam hati. Dia terus menggunakan jurus dadakan yang kadang disisipi gerakan jurus lawan setelah beberapa saat memperhatikannya. Ini salah satu kepandaiannya, mampu menguasai jurus orang lain dalam waktu sebentar saja.
Sang lawan, Adijaya palsu cukup terkejut ketika lawan bisa memperagakan jurus miliknya. "Sayang sekali, mata batinku tak mampu menembus siapa orang tua ini sebenarnya, ini kelemahanku jika sudah merasuki raga seseorang." keluhnya dalam benak.
Lama-lama kesal juga dirasakan Adijaya tua. Dengan jurus dadakan itu belum mampu menundukkan lawan. Belum membuka celah kelemahan. Di sisi lain dia tidak ingin jati dirinya diketahui lawan. Namun, segera saja dia ingat. "Jurus boleh terlihat beda, tapi isi sama!" ujarnya dalam hati.
Adijaya tua mempercepat gerakan jurus barunya. Kali ini dilapisi tenaga dalam Lumut Ungu. Dua tangannya membentuk seperti gerakan ular. Jari-jarinya, kiri dan kanan menyingkup membentuk kepala ular. Sangat cepat gerakannya menotok ke tempat-tempat tertentu di tubuh lawan.
Perubahan ini sangat mengejutkan Adijaya palsu. Sementara orang-orang yang menyaksikan tampak kagum. Dalam hitungan kejap, tujuh bagian tubuh penting Adijaya palsu tertotok jurus ular dadakan itu.
Dess! Dess! Dess!
Adijaya palsu kembali dibuat terkejut dan tak mampu menghindar lagi dari serangan lawan yang bagai tak terlihat gerakannya.
"Hawa sakti ini! Sialan, kecolongan!" serunya dalam hati sebelum tubuhnya terpental lalu jatuh bergulingan di tanah.
Tutukan yang menghantam bagian tubuh yang penting itu serasa meremukkan persendian tulangnya sehingga tubuhnya lemas bagai lumpuh.
Bagi orang lain hanya terlihat orang jatuh saja, tapi bagi Adijaya tua dia melihat satu cahaya melesat keluar dari tubuhnya yang palsu.
"Sialan, dia kabur lagi!"
Sudah jelas sekarang, Birawayaksa merasuki tubuh seseorang kemudian mengubah bentuk menjadi dirinya. Begitu rupanya. Untung sejak awal Adijaya sudah menduga, mengingat Birawayaksa adalah manusia setengah siluman. Terbukti rencananya berhasil walau harus kehilangan jejak buruannya lagi. Setidaknya untuk membersihkan nama baiknya di mata Ki Lurah Sangkan dan warga desa.
Orang-orang segera menghampiri tubuh Adijaya palsu yang terkapar tak berdaya. Yang paling depan adalah Ki Lurah Sangkan.
Semua orang menyaksikan termasuk Adijaya tua. Sosok Adijaya palsu perlahan berubah. Dari yang kekar menjadi tubuh kerempeng. Dari wajah yang tampan menjadi buruk. Begitu kembali ke bentuk asli, yang paling terkejut adalah Ki Lurah Sangkan.
"Bongkeng!"
"Siapa dia"? Tanya Ki Lurah Jatnika.
"Warga saya." Ki Lurah Sangkan geleng-geleng dengan kening mengerut lalu mendesah.
Akhirnya mayat Bongkeng dibawa kembali ke desanya. Beberapa warga desa ikut membantu mengusung jasad Bongkeng di atas tandu. Dalam perjalanan pulang itu, Adijaya yang masih belum membuka penyamarannya menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi.
"Tubuhnya dirasuki siluman kemudian mengubah wujud menjadi saya,"
"Kenapa wujudnya kamu?" tanya Ki Lurah Sangkan.
"Karena siluman itu buruan saya." Lalu Adijaya menceritakan kejadian sebelum dia datang ke desa itu.
"Terus bagaimana dengan siluman itu?"
"Dia sudah kabur lagi, sudah tidak ada lagi di dalam tubuh Bongkeng itu. Tapi saya menjamin tidak akan terulang lagi kejadian yang menghantui warga, karena siasatnya telah terbongkar. Entah cara apa lagi yang akan dia lakukan?"
Kemudian tanpa diminta, Ki Lurah menjelaskan tentang keadaan Bongkeng yang memprihatinkan. Kasihan, ibunya pasti sangat terpukul dengan kejadian ini.
Setelah pemakaman Bongkeng, Adijaya yang sudah tidak menyamar lagi pamit melanjutkan perjalanan mencari Birawayaksa.
Bagaimanakah caranya agar bisa menemukan manusia setengah siluman itu lagi?
Lanjut terus baca nya, ya!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Deki Marsoni
jgn terlalu panjang bos dgn siluman itu, msh panjang perjalanan jagoan kita🙏
2023-09-20
0
Mulatua azman Ritonga
wah Thor kalau seperti ini ceritanya " sdh mirip cersil China " Kho PING ho 😂😂😂😂 sdh ga asik lagi , tinggal langsung baca cerita akhirnya , siapa penjahat siapa jagoan 🤣🤣🤣
2023-02-02
0
Jimmy Avolution
Ayo....
2022-05-21
0