Mereka pun berhenti lalu masuk ke kedai dan memesan makanan. Ada beberapa orang yang sedang makan juga di sana. Sambil makan, majikan dan anak buah ini mendengar percakapan orang lain.
"Banyak kekacauan terjadi di mana-mana!" kata lelaki paruh baya bernama Badaha.
"Ah! Jangan menakut-nakuti!" ujar Jantara.
"Ulah siapa itu?" tanya Darma Koswara ikut nimbrung.
"Komplotannya Panglima Cakrawarman," jawab Badaha.
"Oh, rupanya dia benar-benar hendak memberontak!" seru Darma Koswara.
"Dia memang sudah dinyatakan sebagai pemberontak," jelas Badaha.
"Wah! Perang besar ini mah!" kata Jantara.
"Beberapa kali Maharaja Wisnuwarman hampir dibunuh. Terakhir kali, tengah malam ketika beliau tidur bersama Gusti Permaisuri. Seseorang yang hendak membunuhnya malah terpesona oleh kemolekan Gusti Permaisuri. Sehingga senjata yang digunakan untuk membunuh Gusti Prabu terjatuh dan membuat beliau terbangun lalu langsung melumpuhkan orang itu," Badaha berhenti sejenak untuk minum.
"Terus?" tanya Darma Koswara. Ternyata majikan Adijaya ini rasa ingin tahunya kuat.
"Saat diadili, orang ini mengaku disuruh oleh Panglima Cakrawarman. Maka saat itu juga Maharaja memerintahkan untuk menangkap Gusti Panglima. Namun, sayang, Gusti Panglima telah kabur bersama pengikutnya. Hebatnya jumlah pengikutnya hampir sebagian raja-raja yang taklukan Tarumanagara," Badaha melanjutkan makan.
"Kemana Gusti Panglima kabur?" yang bertanya adalah Jantara.
"Ada desas desus, katanya bermarkas di Wanagiri," jawab Badaha.
"Lantas kenapa terjadi kekacauan di mana-mana?" tanta Jantara lagi.
"Itu adalah perbuatan pengikut Gusti Panglima yang ada di daerah-daerah."
Darma Koswara angguk-angguk kepala. Sementara Adijaya hanya jadi pendengar saja. Dia pernah mendengar tentang ketidak puasan Panglima Cakrawarman atas diangkatnya Wisnuwarman sebagai Maharaja pengganti Purnawarman sewaktu masih bekerja di kedai Bibi Sariti. Ternyata sudah sampai sejauh ini.
Setelah mengisi perut, Adijaya dan majikannya melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan Darma Koswara menceritakan tentang Panglima Cakrawarman yang sebagian besar pernah didengarnya di kedai Sariti. Namun, cerita sang majikan terhenti ketika ada tiga orang lelaki menghadang di jalan.
"Siapa kalian?" tanya Darma Koswara angkuh.
Orang paling depan, lelaki bertubuh jangkung berwajah tegas dengan rahang kotak maju satu tidak.
"Saya Sagarantaka dari Nusa Sabay, kami adalah prajurit utusan Panglima Cakrawarman,"
Darma Koswara terkejut. Sagarantaka adalah seorang pendekar tersohor dari Nusa Sabay. Ternyata dia mendukung Cakrawarman.
"Mau apa?" Darma Koswara masih bersikap angkuh.
"Kami membutuhkan bantuan untuk keperluan perang,"
"Berani berapa?" tanya Darma Koswara mengira orang akan membeli barangnya.
"Kami memintanya bukan membeli!"
"Enak saja! Kau pikir aku ini kerabatmu, hah!"
"Keadaan tengah genting. Kau jangan macam-macam, atau kupaksa kau..."
"Siapa takut! Dasar pemberontak! Kebetulan aku ingin menjajal sampai dimana kehebatan Pendekar dari Nusa Sabay!"
Sehabis bicara Darma Koswara langsung meloncat dari kereta. Menyerang Sagarantaka. Pendekar dari Nusa Sabay ini hanya melengos sedikit, maka serangan Darma Koswara mengenai tempat kosong. Kejap berikutnya terjadilah pertarungan satu lawan satu. Dua orang teman Sagarantaka dan Adijaya hanya jadi penonton.
Gerakan jurus Darma Koswara terlihat memukau. Indah tapi kuat. Mengandalkan tangan kosong. Sampai sepuluh jurus berlalu Sagarantaka hanya menghindar. Bermaksud mencari celah jurus lawannya. Tapi jurus Merak Simpir milik Darma Koswara semakin menggila.
Des! Des!
Dua serangan mengenai sasaran di dada dan bahu membuat Pendekar dari Nusa Sabay jadi naik pitam. Tidak lagi cuma menghindar tapi mulai membalas serangan lawan dengan jurus Elang Mipir. Juga mengandalkan tangan kosong.
Dari tempatnya Adijaya memperhatikan jalannya pertarungan. Ternyata majikannya bukan cuma omong kosong jual laga. Dia seorang pendekar. Pantas dia berani sendirian membawa barang. Jurus yang diperagakan seperti burung merak yang sedang mematuk.
Sementara lawannya seperti gerakan elang yang hendak menangkap mangsa. Pemuda ini sudah menangkap inti dari kedua jurus itu.
Kembali ke pertarungan. Dua-duanya masih seimbang. Bagaikan dua burung yang saling mematuk. Sampai suatu ketika, telapak tangan kanan Darma Koswara berhasil mendaratkan serangannya di dada lawan. Tapi dia juga harus merelakan perutnya yang terkena patuk kanan Sagarantaka.
Deg!
Tuk!
Keduanya sama-sama tepental ke belakang hingga dua tombak. Keringat tampak membasah di dahi masing-masing. Di saat jeda seperti itu mereka sama-sama mengerahkan tenaga penuh. Mengalirkan hawa sakti ke tangan dan kaki.
Darma Koswara mengeluarkan jurus yang lebih ganas. Merak Ngamuk. Begitu juga Sagarantaka mengeluarkan jurus Elang Mencakar Mangsa. Dua pendekar ini sama-sama menggenjotkan kaki ke tanah. Lalu sosok mereka melesat seperti burung yang hendak beradu di udara. Memang begitu adanya. Darma Koswara mengarahkan tinjunya yang sudah terisi tenaga dalam ke dada lawan. Tapi gerakan Sagarantaka lebih cepat. Saat beradu di udara itu pukulan Pendekar dari Nusa Sabay yang juga sama sudah terisi tenaga dalam lebih dulu menghantam sasaran. Wajah lawan.
Duk!
"Uuhk!"
Memang tubuh Sagarantaka terpental karena dorongan tenaga lawan. Tapi dia bisa mendarat dengan selamat. Sedangkan Darma Koswara terpental tak bisa mengendalikan tubuhnya karena menahan ngilu di wajahnya yang seakan hancur dihantam palu besar. Tubuhnya jatuh menghantam atap kereta lalu menggelinding ke bawah. Tergeletak di tanah.
Adijaya segera turun menghampiri majikannya.
"Agan, tidak apa-apa?"
Sang majikan tidak menjawab. Keadaanya parah. Mulutnya berdarah. Juga sepertinya mengalami luka dalam. Adijaya memapahnya ke pinggir jalan. Disandarkan ke sebuah pohon. Darma Koswara sudah tak sadarkan diri.
"Kalau kau tidak mau bernasib seperti dia, lekas pergi. Tinggalkan barang-barangmu!" ancam Sagarantaka.
Adijaya melangkah mendekati. Saatnya mencoba kemampuannya. Dengan langkah mantap dan tatapan tajam, pemuda ini maju dan berhenti di jarak satu setengah tombak.
"Saya harus melindungi dan menjaga majikan saya beserta barang-barangnya!" ujar Adijaya.
"Hmh, ternyata kau lebih konyol dari dia!"
Sagarantaka memulai serangan dengan jurus Elang Mipir. Dia mengira akan mudah melumpuhkan lawannya karena melihat seperti tidak mempunyai kemampuan apapun. Namun, dia terkejut ketika serangannya dengan mudah dielakkan. Bahkan lebih terkejut begitu melihat gerakan elakan lawan adalah gerakan jurus Elang Mipir.
Mungkin kebetulan saja, pikir Sagarantaka. Maka dia melanjutkan serangan. Dalam satu gerakan, pukulannya menyasar tiga tempat. Leher, dada dan perut. Sekali lagi Adijaya dapat mengindari dengan mudah. Padahal gerakannya sangat cepat. Lawan biasa tak akan sanggup mengelak.
Lagi-lagi Pendekar dari Nusa Sabay ini terkejut. Selain lawan bisa dengan mudah menghindar juga bisa membalas serangan. Dengan Jurus Elang Mencakar Mangsa. Karena terkejut ini akibatnya Sagarantaka jadi lengah. Cakaran lawan mengenai bahu kanan. Sangat cepat dan kuat lagi. Melebihi kekuatan jurus yang ia miliki. Tubuhnya terdorong hingga menabrak dua temannya yang masih berdiri di tempatnya.
"Siapa orang ini? Kenapa bisa jurus Elang Mipir dan Elang Mencakar Mangsa? Labih kuat lagi!" Sagarantaka penasaran.
Sementara Adijaya merasa lega. Dengan melihat jurus lawan sebelumnya, memahami inti sarinya terus menggunakannya untuk melawan si pemiliknya sendiri. Walaupun benaknya masih berdebar-debar sedikit karena ini pertarungan pertamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Nice...
2022-05-20
0
Abelino Mercy jr
njos
2021-09-24
1
🔥 🅢🅤🅖🅐🅡 🅓🅐🅓🅓🅨 🔥
lanjut
2021-07-09
3