Dokter Rey mulai memeriksa Dea, matanya tak sengaja menangkap sebuah bandul yang sama persis....
" Ap- " Dokter Rey menahan ucapannya mungkin nanti saja saat Dea bangun dia akan menanyakan nya.
" Pasien sadar " Ucap dokter Rey, bertepatan dengan Dea yang membuka matanya.
" Alhamdulillah" Ucap syukur mereka semua.
" Lov " Senang Andra tak henti hentinya mengelus tangan Dea.
Tenggorokan Dea terasa kering, dokter Rey yang peka pun langsung mengmbil kan Dea air.
" Minum dulu" Ucap dokter Rey.
" Makasih " Ucap Dea dengan suara sedikit serak.
"Ada keluhan? " Tanya dokter Rey pada Dea.
" Pusing lemas " Jawab Dea.
" Nanti saya resepkan obat nya tapi makan dulu, saya permisi " Ucap. Dokter Rey keluar dari ruangan rawat Dea kembali ke ruangannya.
" Terimakasih dokter " Ucap Andra.
" Mommy.....
Suara teriakan bocah menggema diruangan Dea bertepatan setelah dokter Rey membuka pintu ruangan Dea.
" Boy jangan teriak-teriak" Tegur Andra.
" Mommy hiksss, kenapa luka gini " Kata Dean tangannya terulur ingin menyentuh pipi Dea yang memar namun tertahan takut dia menyakiti mommy nya.
" Mommy gak papa sayang" kata Dea menenangkan Dean.
" Pasti sakit mommy hikss" Tangis Dea melihat kepala Dea yang di perban.
" Sakit udah hilang sayang mommy" Kata Dea tersenyum.
" Benarkah? "Tanya Dean dengan muka polosnya.
" Iya sayang, trus ini kenapa Dean gak pergi sekolah ? " Tanya balik Dea.
" Dean pengen menemani mommy " Jawab Dean.
" Tapi nanti jadi gak bisa ketemu Asya lo" Kata Dea.
" Gak papa mommy lebih penting" Kata Dean membuat Dea jadi terhura dengan ucapan bayinya tersebut.
" Makan dulu sayang" Kata mami Luna mambawakan makanan setelah perawat tadi mengantarkan.
" Wah putri mamah sudah sadar " Senang mamah Lena yang baru masuk, karena tadi dirinya serta Appa Lee keluar untuk membeli sarapan untuk mereka semua.
" Makan, makan kita" Ujar Max serta Kevano yang duduk enteng di sofa.
" Mamah datang" Senang Dea karena semalam beberapa hari Dea tak bertemu adik dari mertuanya tersebut.
" Iya dong, jangan sakit lagi ya kami khawatir " Ujar mamah Lena.
" Iya mah maaf " Kata Dea tak enak.
" No maaf kamu gak salah sayang " Sahut mami Luna.
" Iya bener yang salah itu orang yang udah bikin kamu kaya gini" Sambung mamah Lena.
" Gimana pelakunya udah ketangkep son? " Tanya papi Jae.
" Makan dulu pi kasian kaka ipar baru bangun " Ujar Max.
" Astaga sampai lupa , ayo makan dulu " Ajak mamah Lena.
" Biar aku suapi" Kata Andra mengambil makanan di meja.
" Kamu makan juga " Kata Dea.
Setelah sarapan para orang tua pamit, karena Dea sendiri yang menyuruh mereka untuk pulang agar bisa istirahat dengan nyaman. Untuk Max di langsung pamit ke kantor, serta Kevano yang pergi kesekolah, tentu saja semua itu dengan paksaan Dea jika bukan Dea yang menyuruh mereka mana mau pergi begitu saja. Kecuali Dean dan Andra yang stay di rumah sakit menjaga Dea.
" Kali ini aku gak tinggal diam Lov, kamu jangan halangi aku untuk menghukum Amelia serta teman-temanya" Kata Andra membuka suara. Karena saat dulu Andra ingin memberi Amelia pelajaran Dealova yang mempunyai hati selembut tahu sutra menahan Andra .
" Ssstttt jangan keras-keras" Tegur Dea pada Andra karena sekarang Dean sedang terlelap di pelukan Dea. Tadi Dean sempat mengeluh ada Dea tidurnya tak nyenyak kerena tak di temanin Dea.
" Maaf " Ucap. Andra sedikit berbisik.
Fajar masuk keruangan Dea untuk menemui Andra karena ada sesuatu yang ingin dia laporkan.
" Gimana? " Tanya Andra mengajak Fajar duduk di sofa membiarkan Dea istirahat.
" Gue telat, Lio lebih dulu menangkap wanita gila itu" Kata Fajar di luar kerjaan kantor mereka berdua adalah sahabat.
" Biar kan saja nanti kita ke tempat Lio" Ujar Andra.
Di rumah Lio tepatnya di ruang penyiksaan milik Lio.
" Siram mereka " Perintah Lio pada anak buahnya.
" Argghhhh" Teriak 4 orang gadis di dalam sel. Setelah salah satu dari bawahan Lio menyiram mereka menggunakan air dingin. Untuk membangunkan ke 4 wanita tersebut.
" Berisik " Ucap Lio dengan sorot mata yang begitu tajam.
" Gue di mana"
" Lepasin gue"
" Lepaskan kami" Teriak mereka kompak.
" Diam! "Bentak Lio.
" Kenapa kalian membawa kami , apa salah kami" Ujar tanya Fanya.
" Salah kalian? " Tanya balik Lio.
" Kami bisa memberikan kalian uang asal kalian melepaskan kami" Kata Amel mencoba bernegosiasi.
," Uang? aku tidak memerlukan nya, yang aku perlu adalah nyawa kalian" Ucap Lio.
Ya Lio lah yang menculik ke empat wanita tersebut tadi malam.
" Ap-apa nyawa" Ucap. Bibel ketakutan.
" Tolong jangan bunuh kami" Mohon Gladis dengan deraian air mata.
" Nyawa di balas nyawa " Ucap Lio dengan nada dingin.
" Lihat lah foto itu" Lio menujuk foto dirinya dan Aglesya.
"Si cupu yang sudah mati itu " Ucap Amel.
" Aglesya" Ucap 3 temanya Amel.
" Si cupu miskin , bisa bisa dia dekat sama kamu " Ujar Amel, menilai lesya tak pantas di sandingkan dengan Lio yang begitu tampan.
Dengan perasaan marah Lio masuk kedalam sel yang sudah di buka menghampiri Amel dengan mata yang sudah memerah.
Plakk
Plakk
Plakk
" Berisik " Ucap Lio setelah memberikan tamparan pada Amel.
Fanya, Gladis, dan Bibel semakin ketakutan melihat Amel yang di tampar begitu keras sampai ujung bibir nya robek.
Lio mengeluarkan pisau kecil kesayangan nya dan langsung ...
Srettt.
" Arghhhhh" Teriak Amel kesakitan. Kini mulut sudah seperti mulut joker melebar karena Lio sayat kiri dan kanannya.
" Kau semakin tajam saja" Kata Lio mengelus pisau nya sambil tersenyum.
" Dan kalian, juga dapat hadiah dariku" Lio menatap ke tiga teman Amel walaupun mereka cuma kaki tangan Amel mereka tetap saja bersalah, mereka juga turut andil dalam kematian Lesya.
"Untuk mereka bertiga urusan kalian, gilir saja mereka dulu baru habisi" Perintah Lio pada bawahan karena dia tak ingin repot menghabisi ke tiga temannya Amel.
" Arghhh, jangan "
" Ku mohon jangan"
" Tolong jangan lakukan"
Puluhan anak buah Lio menggerayangi mereka bertiga, tanpa memperdulikan rintihan dan permintaan mereka untuk berhenti.
Sementara Lio kembali bermain bersama Amel. Bukan permainan sama seperti anak buah melainkan permainan psikopat dan tawanannya.
Tubuh Amel di letakkan di meja seperti meja operasi badan tangan serta kaki nya sudah teriak hingga tidak bisa lagi bergerak.
" Bunuh gue, bunuh gue " Ujar Amel frustasi, penyakit gilanya juga mulai kumat.
" Kamu minta di bunuh wanita gila, hhahaha" Tawa Lio.
" Sabar ini bahkan baru di mulai" Ucap Lio sambil membuka kotak kesayangan nya di dalamnya penuh dengan perlengkapan yang selalu dia butuhkan untuk bermain bersama korbannya, mulai dari pisau tipis kecil, gergaji, berbagai macam pemotong ada di sana.
" Kita mulai " Senyuman membawa maut dari Lio.
Lio mulai mencongkel kedua mata Amel tanpa peduli teriakkan kesakitan Amel.
" Mata lo jelek" Kata Lio membuang bola mata Amel kelantai lalu menginjak nya.
Setelah itu Lio mengganti alat bermainnya menjadi gergaji listrik, entah sejak kapan Amel mati yang jelas kini tubuhnya sudah terbelah-belah di mutilasi Lio, bahkan semua organ dalam nya di keluar kan oleh Lio. Jika bisa nya organ dalam para korban akan Lio jual tidak dengan milik Amel jangankan menjualnya memberikan pada anjing-anjing kesayangannya pun Lio enggan sebegitu menjijikkan nya Amel baginya.
" Wah kayanya gue telat" Ucap Andra yang masuk begitu saja ke ruangan di ikuti Fajar.
" Ada apa? " Tanya Lio pada Andra.
" Sebenarnya gue kesini juga mau ingin memberi pelajaran pada wanita gila ini, karena sudah membuat Dea terluka " Jawab Andra.
" Tapi dia udah sekarat " Kata Lio dengan santai.
" Si gila mana ada sekarat udah koit gitu" Sahut Fajar melihat tubuh Amel yang terpotong -potong walaupun masih pada tempat nya.
" Gue mau jenguk Dea nanti" Kata Lio.
" Gue tunggu Dea pasti senang lo jenguk " Ujar Andra.
"Gue pulang" Ucap Andra tanpa repot -repot berpamitan.
Paginya di rumah Amel tuan Ben penuh kepanikan karena putri satu satu menghilang, awalnya dia curiga kalau Amel tadi malam pergi lagi kerumah temannya, tapi yang membuat kembali terkejut ke tiga temanya juga menghilang tadi malam tanpa jejak.
Tuan Ben dan ke 3 orang tua teman Amel pun kompak melapor ke polisi namun hingga siang ini pihak polisi juga belum menemukan petunjuk ke mata hilangnya 4 gadis bukan gadis lagi sebenarnya wanita yang kini sudah jadi mayat.
Di rumah sakit
Rey kembali menghampiri Dea ke ruangannya.
" Maaf bolehkah saya tau kalung di leher anda itu milik siapa? " Tanya dokter Rey pada Dea.
" Milik saya sendiri dokter, kata ibu panti ini satu-satu nya benda saat saya di temukan" Jawab Dea. Tentu saja Dea tau karena dari ingatan Dealova.
" Boleh saya melihat " Pinta dokter Rey.
Dea pun melepaskan kalungnya memberikan kalung pada dokter Rey.
" Silahkan " Ucap Dea.
Klik
Bandul kalung tipis itu rupanya bisa terbuka. Di di dalamnya bertuliskan Reyna Valencia F.
Detak jantung dokter Rey semakin tak karuan setelah melihat tulisan di dalam bandul tersebut, untuk memastikan nya lagi tanpa permisi dokter Rey menyibak baju Dea hingga memperlihatkan bahunya.
Grep...
Brukkk
Baru saja dokter. Rey memeluk Dea kini tubuhnya sudah di lempar boleh Andra yang baru datang.
" Apa yang kau lakukan! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
💞 NYAK ZEE 💞
lah pawangnya ngamuk.....
Dokter Rey ijin dulu jangan main peluk...... bisa dibikin rica rica diri u nantinya .....
2024-01-17
2