***
"Maaf atas sikap Yuki, nanti tante akan mencoba menanyakan lagi padanya,"
Tante Anni terlihat kesal mendengar sikap anak gadisnya yang dimana-mana selalu menolak pria. Lama-lama ia geram juga.
"Tidak masalah tante jangan dipaksa, kasihan Yuki,"
Cakra menatap Yuki lalu mengedipkan sebelah mata menggodanya. Gadis itu malah melototinya, dan memberi kode agar pria itu segera pergi dari sana.
"Nak Cakra!
"Iyah Om?"
Cakra masih terlihat biasa saja, kali ini ia merasa sedikit lagi akan menang. Mengingat orang tua Yuki yang menyukainya, ia yakin om Robert dan tante Anni pasti memberikan kesempat padanya untuk mendekati Yuki.
"Besok malam Om mengajakmu makan malam disini, Om harap kau datang!"
Yuki makin syok mendengar Papahnya yang malah mengundang Cakra datang lagi kerumah, kali ini ia tidak bisa mengela. Papah dan Mamahnya terlihat sangat menyukai Cakra.
"Dengan senang hati aku akan datang om!"
Ia semakin tersenyum sambil menatap jahil kearah Yuki. Pria itu jadi tidak sabar menunggu besoknya tiba.
Percakapan mereka malam ini cukup tidak jelas, ditambah Yuki yang masih tidak mau mengakui Cakra.
Dengan rasa yang sedikit lega pria itu akhirnya pulang meninggalkan kediaman Robert Collin.
.
...----------------...
Semua menatap Yuki
***
"Masih mau menolak pria seperti Cakra?"
Tante Anni menatap Yuki dengan raut wajah marah dan kesal.
"Hanya gadis bodoh yang menolak seorang Cakra itu, asal kau tau banyak diluar sana yang mengejarnya. Untung dia memilih mu, tapi kau masih saja bergelagak kayak gitu!"
Yuki sama sekali tidak berani menatap Mamahnya yang sedari tadi memarahinya terus, ditambah Papah dan kakaknya juga pasti akan melakukan hal yang sama padanya.
"Kau harus menerima Cakra sayang, dia itu pria baik-baik wajahnya juga tampan dan tajir. Asal kau tau ia memiliki kekayaan yang lebih dari Papah dia itu bukan sembarang orang jangan meremehkannya!"
Sekarang giliran Om Robert pun memarahi Yuki, mereka benar-benar kesal karena tindakan Yuki yang salah.
"Kalau dia tidak menerima pria itu, biarkan aku saja mencari jodoh untuknya. Mungkin selera Yuki berbeda, yang seumuran Papah mungkin ia mau!"
Alvado menahan tawanya, ia sengaja menjahili adiknya dengan memakai kata-kata seperti itu agar Yuki menurunkan sedikit egonya.
"Kakak jangan macam-macam!" sahutnya melototin kakaknya.
"Mamah setuju dengan ide kakakmu, bagaimana dengan Papah apa setuju?"
Robert pun ikut mengangguk, mereka harus melakukan tindakan yang seperti ini agar anak mereka yang satu itu bisa dibilangin sedikit.
"Pilih yang mana Yuki, kakakmu mencarikanmu jodoh atau kau membuka hati untuk Cakra?"
Gadis itu dengan kasar berdiri dari duduknya, matanya sudah tidak bisa lagi menahan air mata hingga menetes kepipinya.
"Apa kalian membenci Yuki? Kenapa kalian memaksa ku untuk mencari jodoh, ihh!"
Ia berteriak sambil menangis, karena merasa sudah sangat kesal akhirnya ia pergi dari sana mengurung diri di dalam kamar.
Terisak tangis
***
Ia menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur sambil menangis tersedu-sedu.
"Kenapa sih semua orang dirumah ini membuatku kesal, apa sih salahku?" gerutunya sambil menangis.
Disana ia menangis sejadi-jadinya untuk melepaskan beban yang menumpuk di pikirannya.
Ia sangat kesal kali ini keluarga nya tidak berpihak padanya.
"Mamah sama Papah kenapa malah memojokan ku sih?"
Pekiknya dengan kesal, ia melempar kesana kesini beberapa bantal dan guling. Juga membuang semua barang-barangnya yang berada disana.
...----------------...
Keesokan harinya
***
Gadis itu masih terlihat sedih tidak bersemangat, matanya yang sembab sangat kelihatan jika ia menghabiskan malamnya untuk menangis.
Kali ini ia memilih pergi tanpa sarapan atau kumpul bareng Papah dan Mamahnya.
"Yuki ayo sarapan sayang!"
Tante Anni memanggilnya saat ia melihat Yuki tidak menghampiri mereka.
Namun gadis itu tidak menoleh ia malah melanjutkan langkahnya, berpamitan saja ia tidak melakukannya hari ini.
"Sudah Mah jangan di ganggu, ia pasti marah sama kita,"
Om Robert bisa menebak, dan mencoba membiarkan saja untuk tidak di ganggu dulu.
[Di Dalam Salon]
Gadis yang biasanya sangat ceria, tapi hari ini ia sangat berbeda. Wajahnya murung tak sedikit pun menunjukan senyumannya.
"Dic, hari ini tolong kau temani aku! Aku sangat membutuhkan mu! " 😢
(Mengirim pesan untuk Dicky)
Harapannya semoga pria itu datang padanya, saat ini hanya Dicky tempat mencurahkan semua kekesalannya.
"Maaf Yuki hari ini aku sibuk, kau tau aku baru saja mulai bekerja, waktu ku sangat padat. Besok aku akan mencoba meluangkan waktu untukmu"
(Balasan pesan dari Dicky)
Putus sudah harapannya, ia membuang nafas kasar sembari melempar ponsel nya kesembarangan arah. Ia rasa hari ini ia sama sekali tidak semangat, untuk beraktivitas saja ia tidak fokus bahkan sangat malas untuk bergerak.
"Hai nona!"
Suara serak full bass itu membuat lamunan si gadis tersadar, ia menoleh dan mendapati Cakra tengah tersenyum manis di depan pintu.
"Kau mau apa kesini!" ia memutar bola matanya, lagi-lagi pria gila itu mengganggunya.
"Aku merindukanmu!"
Tanpa memperdulikan Yuki yang marah-marah ia malah masuk dengan santai.
"Pergi, aku tidak mau di ganggu!!!" seru gadis itu, ia dengan cepat mendorong tubuh kekar pria itu agar ia keluar.
Cakra pasrah dan luluh, ia terpaksa keluar dengan wajah yang cemberut.
"Jahat banget jadi cewek!"
Ia menggerutu sambil memandang Yuki di dalam.
"Aku gak peduli, pokoknya kau pergi aku tidak mau melihatmu!"
Gadis itu mendengus, ia menutup pintu sambil menarik tirai dengan kasar. Hari ini ia benar-benar bad mood persis seperti harimau yang sedang kelaparan.
"Hem"
Pasrah, pria itu tersenyum menyedihkan di depan sana. Mungkin untuk saat ini ia harus sabar menghadapi Yuki, dengan berat langkah ia pergi dari sana.
"Gak bisa apa, kau sehari saja tidak mengganggu ku? Aku capek tiap hari harus melihat mu!"
Gadis itu terus menggerutu ia seperti orang gila mondar mandir di sana sambil berbicara sendiri.
Sesaat ia terdiam sambil menarik nafas. "Oh iyah, aku ingat Jenni!"
Disaat pikirannya kacau, entah kenapa tiba-tiba saja ia mengingat sahabatnya Jenni. Ia buru-buru memungut kembali ponselnya.
"Aku harus menghubunginya, hari ini lebih baik aku keluar menenangkan diri!"
Ia berniat mengajak Jenni agar hari ini ia ditemani setidaknya pikirannya tidak lagi sekacau ini.
Dan untung saja, gadis itu pun mengiyakan saat Yuki memintanya untuk menemaninya hari ini.
Dengan semangat Yuki segera menutup salonnya dan bersiap-siap untuk segera pergi.
***
Bib!
Bib!
Bib!
(Bunyi klakson Jenni)
(Berlari keluar) "Iyah-iyah sabar!"
Buru-buru ia menghampiri, dan memasuki mobil Jenni.
"Kelamaan tau, bukannya tadi kau kebelet banget!" gerutu Jenni. "Ihh ini udah, ayo jalan!"
Kedua gadis itu pun pergi entah kemana saja yang terpenting hari ini Yuki harus mengembalikan moodnya.
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments