***
(Menatap lekat wajah Yuki)
"Cantik banget, pipinya mulus dan imut," batin Cakra tersenyum-senyum sendiri memandangi wajah Yuki yang merah merona.
Yuki dibuat tak berkutik dan malu dengan keberanian Cakra padanya, sedari tadi ia hanya membuang muka tanpa menatap kearah Cakra.
Sementara di seberang sana klakson mobil memanggil Yuki begitu nyaring membuat keduanya terkejut.
"Yuk ayo, kau mau pulang tidak! Kakak buru-buru nih!" teriak kakaknya yang masih berada di dalam mobil.
Hati Yuki terasa lega mendengar teriakan kakaknya.
," Huuhh, akhirnya kakak ku datang," senyum senang mengembang di bibirnya, ia menoleh sekilas kearah Cakra yang ikut berdiri setelahnya ia melangkah menuju mobil kakaknya.
***
Masuk kedalam mobil
"Kakak," panggil Yuki sambil tersenyum kearah kakaknya. "Hem, siapa pria yang bersama mu?" dan benar saja, kakaknya memang cemburuan dan sok galak terhadap orang yang sembarangan dekat dengan adik perempuannya.
" Aku juga gak kenal," balasnya tak acuh sambil mengedikan kedua bahunya"Udah ah ayo jalan," perintah Yuki agar kakaknya tak memperdulikan pria yang berdiri di seberang sana yang masih menatap kearah mereka.
Raut wajah kakaknya sudah terlihat menakutkan, dengan cepat ia menginjak pedal gas nya melajukan mobil meninggalkan tempat itu.
" Huhhh, Yuki ternyata segemes itu," gumamnya tersenyum sambil membuang nafas.
***
SKIP
(Sampai dirumah)
"Anak Mamah kok baru pulang sih, udah jam berapa ini?" sambut Mamah Yuki saat melihat anak gadisnya baru pulang.
Terlihat lesu sambil merebahkan tubuhnya diatas sofa.
"Aduh Mah, motorku kempes untung aja kak Varo mau jemput aku!" jawabnya dengan sangat lelah.
"Dan Yuki pun mengambil kesempatan berduaan dengan pria Mah," suara kakaknya reflek membuat Mamah Anni menoleh.
Yuki memperbaiki posisi duduknya sambil melotot kearah kakaknya.
"Kakak ngomong apa sih, mana ada aku berduaan sama pria. Aku aja gak kenal pria itu!" sela Yuki membatah ucapan kakaknya.
Varo ikut mendudukan tubuhnya di sofa yang sama denga Yuki sambil menatap jahil kearah adiknya.
"Jangan bo'ong deh, tadi kakak lihat pria itu menatap mu terus," kata-katanya semakin membuat telinga Yuki memanas. "Kak Varo gak nanya dulu udah main nuduh gitu," dengan kesalnya ia mengambil bantalan sofa lalu melemparkan kearah kakaknya.
"Kaburrrrr!!!!" teriak Yuki sambil berlari kencang kelantai dua dan menutup diri di dalam kamarnya.
"Awas aja kakak akan membalasmu!" teriak kakaknya menatap kesal kearah Yuki.
Sudah menjadi kebiasaan kakak beradik itu suka beradu mulut dan suka mencari-cari kesalahan satu sama lain.
Membuat suasa rumah megah itu semakin riuh saat kedua kakak beradik itu ribut. Hanya saja Varo sebagai kakak tertua memilih pindah beda rumah karena sudah mempunyai istri. Walau pun begitu Varo dan Istrinya Senna sering-sering berkunjung kerumah orang tuanya apa lagi jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh.
"Varo apa benar itu, Yuki ditemani sama seorang pria tadi?" tanya Mamah Anni yang penasaran mendengar kata Varo kepada Yuki.
Varo mendengus sambil berdiri dari duduknya.
"Iyah Mah, yang lebih jelas tanya sama Yuki. Varo mau pulang dulu takut Senna nyariin," balas pria itu berpamitan sambil menyalami Mamahnya.
"Hem, yaudah hati-hati di jalan," Mamahnya mengelus pucuk kepala sang anak sambil tersenyum menatap kepergiannya.
Sementara di satu tempat Cakra baru sampai di halaman rumahnya.
Dengan santai ia memasuki rumah tanpa ekspresi apa pun.
"Kenapa baru pulang?" suara seseorang terdengar saat Cakra hendak membuka pintu kamarnya.
Ia menoleh dan mendapati Mamahnya yang tengah berdiri di sana. Cakra tak menjawab ia menunjukan wajah dinginya tanpa senyum sedikit pun.
"Jawab Mamah!" ucap perempuan paruh baya itu. "Aku capek Mah, malas berdebat aku menjelaskannya besok aja," lain di tanya lain juga jawabanya.
Cakra tak peduli dengan Mamahnya ia masuk kamar dan menutupnya segera.
"Aneh benar, sikap Cakra berubah semenjak tunangan dengan Elys, huhh!!!" gumam Mamah Emi sambil melangkah dari sana.
***
(Keesokan paginya)
Seperti biasa para pelayan di rumah Yuki terlihat sibuk mempersiapkan sarapan untuk tuan rumah mereka.
Berbagai makanan pun tersaji rapi memenuhi meja makan.
Disana terlihat kedua orang tua Yuki tengah bersantai menyantap makanannya.
"Pagi Mah, Pa!!" ucap Yuki menghampiri meja makan tak lupa memberikan kecupan manis di pipi kedua orang tuanya.
"Pagi sayang," balas Mamahnya sambil tersenyum senang melihat anak gadisnya yang sangat cantik.
Yuki mendudukan tubuhnya sambil mengambil makanan untuknya.
Pagi ini ia terlihat semangat seperti hari-hari biasanya.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu nak, apa berkembang?" tanya laki-laki paruh baya yang berada di unjung meja yang tak lain adalah Robert Papah Yuki.
Menatap kearah Papah nya sambil tersenyum.
"Berkembang kok Pah, bahkan customer banyak yang datang," pekerjaan Yuki yang membuat kesenangannya selalu di dukung oleh keluarganya walau pun sebelumnya Robert pernah menawarkan padanya satu perusahaan untuk ia kelola namun Yuki menolak.
Cita-cita nya sejak kecil menjadi seorang tukang Salon yang handal, dan benar saja semua itu terwujud karena dukungan kedua orang tua nya.
Semenjak berada di bangku SEKOLAH MENENGAH ATAS ia mengambil jurusan tata rias hingga sampai kuliah mengambil jurusan yang sama.
Saat ini ia bisa dikatakan sudah sangat pandai atau senior dalam urusan merias.
"Syukurlah sayang, setelah ini kau bisa mencari jodohmu untuk menikah,"
Ucapan Mamah Anni membuat Yuki seketika terhenti dengan kegiatannya. Ia menatap wajah Mamahnya.
"Aku gak mau menikah dulu Mah, kenapa sih Mamah kayak maksa banget! Pah???" ucap gadis itu memasang wajah memalas minta tolong kepada Papah nya agar menegur Mamah Anni.
"Benar kata Mamah mu sayang, lagian umur mu sudah matang, apa salahnya kan?" bukannya membela, Papahnya malah mendukung apa kata istrinya membuat Yuki jadi tak berselera makan.
Ia menatap wajah kedua orang tua nya sendu membuatnya terpojok dengan apa yang di katakan padanya.
"Yuki pikirkan dulu Mah, Pah," jawabnya kembali menyuapkan makanan di mulutnya.
Membuatnya patah semangat, bagaimana mau menikah sementara ia masih belum puas melepaskan masa gadisnya.
Teman-teman nya semasa kuliah hampir semua telah menikah dan Yuki mendengar kabar jika diantara itu ada yang tak bahagia dan menyesal telah menikah secepat itu.
Kenyataan itu yang membuat Yuki takut, belum tentu jodoh yang ia dapat baik atau sebaliknya, jangan sampai ia jadi janda jika ia gegabah mau menikah.
"Ehm Yuki duluan yah Mah, Pah," pamit Yuki setelah ia menghabiskan sarapannya.
"Kok buru-buru sayang?" tanya mamahnya mengerutkan keningnya. "Yuki harus periksa motor dibengkel Mah," Gadis itu terlihat buru-buru ingin segera pergi dari sana.
"Sudah juga Papah bilang kau tinggalkan motor mu itu, mobil masih banyak yang nganggur di bagasi," jelas Robert, bukannya tak pernah menegur Yuki untuk memakai motor, tapi gadis itu selalu ngotot tak mau mengendarai mobil melainkan membawa motor kemana pun ia pergi.
"Aku senang dengan motor Pah, terlihat sederhana dan nyaman," sahutnya sambil tersenyum.
Sikap Yuki yang ingin terlihat sederhana selalu membuat hati kedua orang tuanya luluh, ia tidak pernah memamerkan kekayaan orang tuanya dan tidak menyombongkan diri sedikit pun.
"Ya sudah apa boleh buat," dan akhirnya Robert selalu mengalah, ia mengangguk mengiyakan saja mau anak gadis nya. Asalkan itu menurutnya baik ia tidak membantah Yuki.
...****************...
"Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments