Episode 14

Setelah makan siang bersama sudah berakhir, disana juga costumer mulai ramai yang datang. Dicky memilih untuk pulang siang itu, jadi perasaan Cakra sedikit membaik saat pria itu enyah dari salon Yuki.

"Hampir setengah hari aku gelisah melihatmu!" ucap nya mengelus dadanya menatap kepergian pria itu.

Dengan cepat ia turun dari mobil menghampiri gadis yang tengah sibuk di dalam ruangan sana.

"Selamat siang!" pria itu berdiri di depan pintu sambil memasang wajah garang serta menatap Yuki dengan ekspresi marah.

Gadis itu menoleh kearahnya. "Kau lagi!" ucapnya menghentikan kegiatannya sambil mendengus kesal. "Sebegitunya kau membenciku?" ia masuk lalu duduk di kursi salon tanpa memperdulikan customer yang ada disana, beberapa gadis-gadis yang tengah mempercantik diri disana memandangnya begitu suka karena penampilan yang keren dan wajah nya yang tampan.

"Yah kira-kira begitu!"

Yuki menghela nafasnya kasar sambil melanjutkan kegiatannya lagi.

"Siapa pria yang barusan pulang itu!"

Rasa penasaran pria itu memenuhi otaknya sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk menanyakannya kepada Yuki.

"Apa urusan mu!" menatap Cakra sambil mengerutkan keningnya, gadis itu merasa aneh dengan pertanyaan konyolnya.

"Oh tentu ada, kau tau klo aku harus tau tentang itu!"

Menatap serius kearah Yuki, seakan menunggu jawaban agar gadis itu mengatakan nya.

Yuki tak menjawab, seperti biasa ia bersikap cuek dan tidak peduli dengan Cakra. Lagian tidak ada pentingnya ia menjelaskan siapa pria yang barusan menemaninya. Hubungannya dengan Cakra tidak ada, jadi buat apa ia memberi tahu.

"Jawab aku!"

Pria itu makin gelisah juga ada rasa sedih, mungkin saja karena efek kecemburuan yang masih ada di hatinya.

"Itu gak penting untukmu, lagian kau bukan siapa-siapa ku!"

Gadis itu makin menyibukan diri disana, ia sangat cuek bahkan tidak mau peduli kepada Cakra yang sedari tadi memandanginya.

"Jangan bicara seperti itu, kau tau aku adalah kekasihmu dimasa depan. Jadi, kau harus memberi tahu siapa saja orang yang mendekatimu!"

Gadis itu memutar bola matanya malas, ia rasa pria di hadapannya itu sudah mulai tidak waras.

"Jangan mimpi, sampai kapan pun aku tidak akan menerima mu!" ucapnya tanpa menjaga perasaan Cakra, gadis-gadis disana mendengar pembicaraan mereka namun Yuki tidak mau tau lagian ia sama sekali tidak menyukai Cakra.

Pria itu tersenyum miring, merasa sakit hati dengan ucapan Yuki padanya. Benar-benar dia tidak punya perasaan, bisa-bisanya ia berbicara seperti itu dedapan banyak orang disana.

"Kak, pria secakep kayak gini kok ditolak? Sayang tau!" salah satu dari costumer nya pun memberi komentarnya.

Yuki tersenyum, tidak habis pikir ada juga yang membela pria itu disini.

"Ia tuh, jangan terlalu cuek kak Yuki nanti berpaling ke lain hati loh," yang lain nya pun ikut menyahuti, mereka tidak menyangka jika Yuki menolak pria setampan dan sekeren Cakra.

"Kakak sama ku aja klo kak Yuki menolakmu!"

Gadis-gadis itu pun menggoda Cakra disana. Pria itu tersenyum memandangi mereka bergantian. Orang lain mengakui ketampanannya sementara Yuki ogah banget dengannya, pikirannya itu bagaimana sih sebenarnya?

Yuki mendengus, kali ini ia memilih diam sambil tersenyum kecut mendengar komentar demi komentar dari costumernya.

"Cepat selesaikan pekerjaanmu, aku akan mengajakmu keluar setelah ini!"

Wajahnya terlihat capek, ia menyandarkan punggungnya sambil memandangi Yuki yang tengah sibuk dengan kegiatannya.

"Sebaiknya kau pulang, jangan mengganggu ku!" Gadis itu lagi-lagi mengusirnya dari sana.

"Sudah lah, sebaiknya kau nurut!" ia mana peduli, diusir dari sana pun tetap tidak mau pergi.

Yuki menatapnya kesal, sungguh pria itu benar-benar gigih dengan perasaannya.

"Huh, terserah kau saja lah!"

Pasrah, yah mau bagaimana lagi? Ia hampir kehabisan akal untuk membuat nya menjauh. Yuki tidak tau harus berbuat apa lagi.

***

Tidak terasa, pria itu menunggunya sampai petang. Diluar sudah mulai gelap dan gadis itu masih saja menyibukan diri, ia sengaja berlama-lama mengerjakan pekerjaannya agar Cakra bosan menunggu nya.

Tapi pria itu mana mau menyerah ia pun sabar menunggu walau terasa bosan. Fix hari ini ia tidak bekerja gara-gara Yuki yang membuatnya kesal dan cemburu.

Costumer mulai sepi, saatnya Cakra harus bertindak agar Yuki segera menutup salonnya dan mengajaknya keluar dari sana.

"Aku rasa kau sebaiknya menutup salon mu, ini udah malam aku yakin orang tidak akan datang lagi!"

Pintanya, sambil berjalan mondar mandir untuk menghilangkan rasa bosannya.

Drap!

Drap!

Drap!

"Kau siapa ngatur-ngatur aku!" lagi-lagi gadis itu membantahnya, tak mau peduli malah bersantai dan beristirahat dulu disana.

"Bisa gak sih jangan keras kepala terus!"

Sebenarnya sudah sangat geram dengan gadis ini, ditambah satu hari full ia tidak karuan namun ia harus sabar karena ini awal dari perjuangannya mendapatkan hati Yuki.

"Aku capek, mau istirahat dulu!" ia merebahkan diri disana, sambil bermain dengan ponselnya.

Cakra menghela nafasnya kasar, sambil berdecak pinggang menatap kearah Yuki.

"Aku harus bertindak!"

Ia berbalik kearah pintu dan mengunci pintu kaca itu, lalu mematikan lampu. Tujuannya agar gadis itu bereaksi sedikit.

Gelap! Yah Cakra dengan jahil mematikan lampu yang teramat bendera di dalam salon itu.

Gadis itu terkejut buru-buru bangkit berdiri.

"Iihh apa-apaan sih!" bentaknya berlari kearah Cakra untuk menyalakan lampu itu kembali.

"Aku tidak membiarkanmu menyalakan lampu ini sebelum kau nurut padaku!"

Pria itu menghalanginya sambil mendekati Yuki yang berdiri di hadapannya.

Deg!

Jantung Yuki berdetak kencang saat langkah Cakra berdekatan dengannya, ruangan itu terlihat remang hanya lampu-lampu di luar yang sedikit memantulkan cayanya kedalam.

"Kau jangan macam-macam dengan ku!"

Gadis itu terlihat gugup dan deg-degan saat Cakra semakin mendekatinya, perlahan kakinya melangkah mundur.

"Aku akan bertindak klo kau masih tidak mendengarku!"

Karena Yuki makin melangkah dan menghindar, pria itu menariknya dengan kasar sehingga tubuh mungil gadis itu terhempas dalam pelukannya.

Brum!

Kaget, gadis itu benar-benar kaget matanya memembulat saat ia merasakan tubuhnya bersentuhan di tubuh pria itu.

"Le-lepass!" ia sedikit memberontak, namun tangan besar milik Cakra merangkulnya sedikit erat sehingga ia kewalahan untuk melepaskan diri.

"Ini hukuman untukmu," bisik pria itu tersenyum menang, kali ini ia harus memberi pelajaran pada gadis itu.

Yuki semakin gelisah dan takut, dengan usahanya ia memberontak didalam pelukan Cakra, namun sia-sia tangan pria itu semakin memeluknya erat.

Wangi maskulin pria itu tercium jelas oleh Yuki, rasanya adem dan hangat tapi ia tidak boleh terbuai. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak di inginkan gadis itu harus berusaha melepaskan diri.

...----------------...

CAKRA WILYAM.

YUKI COLLIN

DICKY(Sahabat Yuki)

ELYS

ALVARO COLLIN (kakak laki-laki Yuki))

SENNA (kakak ipar Yuki)

...****************...

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!