"Pagi Pah, Mah," sapa Cakra yang menghampiri meja makan.
"Pagi nak," jawab David Papah Cakra.
Mamah Emi menatap anak laki-lakinya sambil tersenyum. "Ayo sayang duduk, sarapan bersama kami," ucapnya mengambilkan makanan untuk Cakra.
Ia mengangguk menarik kursi di hadapan Mamah Emi.
"Jadi gimana pekerjaan kantor, apa tidak ada kendala?," David bertanya sekedar basa basi untuk memecahkan keheningan di ruang makan. "Masih seperti biasa, aman,"
Cakra terlihat biasa saja bahkan cenderung bersikap dingin saat berkumpul kepada kedua orang tuanya semenjak dia di paksa bertunangan dengan Elys.
"Jadi semalam kenapa kau pulang agak larut malam, habis dari mana?" tanya Emi yang masih menunggu jawaban dari semalam.
Cakra menatap Mamah Emi sambil menyuap makanan kedalam mulutnya.
"Aku ada urusan Mah," masih tak mau menjawab jujur, karena ia pikir tak ada guna untuk diberitahu. "Urusan apa, hem?" mata Mamah Emi menginterogasi Cakra yang terlihat sedang berbohong.
Cakra menghela nafas sambil meletakan sendok diatas piring.
"Dan kemarin siang kenapa mengusir Elys di kantor mu?," Dalam keadaan kumpul seperti ini Emi mengambil kesempatan untuk memarahi Cakra karena perbuatannya kepada Elys.
Mendengar nama perempuan itu, Cakra sangat tidak suka bahkan tidak ingin menatap wajahnya.
"Cakra gak suka dengan perempuan itu," jawabnya tanpa ekspresi. "Mamah gak mau tau, kalian harus secepatnya menikah!" bicara dengan nada serius memaksakan kehendaknya menikahkan anak laki-laki nya itu dengan pilihan nya sendiri.
DEG!!!
Mata Cakra membulat menatap Mamahnya yang mengatakan untuk secepatnya menikah dengan Elys.
"Tidak Mah, aku tidak mencintainya dan sampai kapan pun aku tidak akan menikahinya," tolak Cakra dengan tegas.
Mamah Emi terkejut mendengar ucapan anaknya, ia menatap sambil meletakan sendoknya.
Cakra masih terlihat biasa dan sangat santai.
"Jangan di paksa Mah, lagian Mamah Elys kan sudah meninggal berarti persahabatan kalian udah gak ada lagi," sela Papah Robert, sebenarnya juga ia tak menyukai Elys.
Pernah juga sekali Robert melihat Elys bersama laki-laki lain, ia yakin jika Elys adalah perempuan yang tidak beres.
"Justru itu Pah, kita harus melindungi Elys sekarang karena dia gak punya keluarga. Hidupnya akan terjamin klo bersama Cakra," Mamah Emi masih bersikeras mempertahankan perempuan itu, perkataannya tak ingin di bantah ia tetap memilih Elys bersama dengan Cakra.
"Papah sama Mamah waktu menikah sama-sama mencintai kan?" tanya Cakra dengan tenang memandang kedua orang tuanya secara bergantian.
"Hem tentu kami saling mencintai," jawab Mamah Emi, menatap Cakra ragu.
"Nah kami berbeda Mah, jadi gimana aku bisa membahagiakannya nanti?" ucap Cakra sambil berdiri di tempat duduknya.
Cakra berbalik dan meninggalkan meja makan yang disana masih ada kedua orang tuanya.
"Cakra kau mau kemana, kita belum selesai bicara!!!" seru Mamah Emi ingin mencegah anaknya pergi, ia masih belum mendapat jawaban yang pas bahkan niatnya ingin sekali memaksa kehendaknya.
Melihat Cakra pergi, Robert pun berdiri di tempatnya ingin meninggalkan meja makan. " Papah mau pergi dulu Mah" ucap Robert sambil melangkah meninggalkan istrinya. "Huh, gak anak gak bapak sama aja kelakuannya," begitu kesalnya Mamah Emi melihat anak dan suaminya itu, sesaat ia menetralkan emosinya setelah nya ia melanjutkan makanannya.
***
(Yuki di bengkel motor)
" Aduh kok si Om gak buka bengkelnya?" gerutu Yuki sambil menggaruk kepalanya bingung.
Ia memalingkan pandangannya dan mendapati seorang ibu yang sedang bersama anak bayinya di sana." Permisi Bu mau tanya, Om yang punya bengkel kemana yah? Apa gak buka?" Yuki bertanya dengan sopan sambil menunjukan senyum ramah kepada ibu itu .
" Eh neng, iyah yang punya bengkel gak buka hari ini ia menemani istrinya melahirkan. Ia juga berpesan jika ada yang menanyakannya besok aja kesini," jelas ibu itu panjang lebar menatap Yuki dan membalas senyum ramahnya.
Yuki mendengus mendengar penjelasan itu, mau tidak mau ia harus bersabar untuk hari ini.
"Oh gitu Bu, yaudah klo gitu aku permisi," sahutnya, ia berbalik meninggalkan tempat itu.
Dalam hati memang ada kekesalan nya, namun harus bagaimana lagi ini sudah kenyataannya. Yuki berjalan sambil melirik kebelakang menunggu Taksi melewatinya.
Seketika sebuah mobil berhenti di sampingnya. Yuki sedikit terkejut dan berhenti melihat siapa yang berada disana.
Matanya memutar malas saat melihat pria yang berada di dalam mobil ternyata pria yang kemarin terus mengganggunya.
"Hai, kok jalan kaki?" tanya pria itu sambil menatap Yuki dari luar.
Yuki memicingkan matanya sambil terus berjalan melewati mobil itu.
"Hei aku bisa membawa mu, naiklah kedalam mobil ku," tawar Cakra mengikuti langkah Yuki dengan lajukan lambatnya.
"Gak perlu, aku punya kaki bisa jalan sendiri," tolaknya tak peduli dengan si pria itu.
Mendengar jawaban Yuki, ia turun dari mobilnya berlari kecil kearah gadis jutek itu. "Kau capek jika jalan kaki sampai di tempat salonmu!" ucapnya mencegah langkah Yuki yang tidak memperdulikannya.
"Huh! Gak usah cari perhatian padaku, aku gak akan luluh," balas gadis itu menghentikan langkahnya dan menatap Cakra tak suka.
Cakra tersenyum lebar menatap wajah si gadis impiannya. Wajah yang imut dan menggemaskan, cukup menarik hatinya.
"Aku gak peduli, sekarang lebih baik kau ikuti kataku saja!," ia bersikeras ingin mengajak Yuki, namun gadis itu kembali berjalan melewati si pria tampan yang berada di depannya.
Berjalan tak menghiraukan kata-kata pria itu, namun tiba-tiba sebuah tangan dengan sigap menarik dan mengangkat tubuhnya.
Yuki refleks terkejut, menoleh kearah si pria itu.
"Ahhh turunkan aku tidak!" teriak Yuki sambil memukul punggung si pria menyebalkan itu.
"Kau ikut naik mobil ku! Aku akan mengantarmu," kata Cakra tak peduli dengan ucapan Yuki, ia berlari kecil membuka pintu mobil memasukan tubuh mungil gadisnya kedalam mobil.
Yuki menghembuskan nafas kasar saat tubuhnya terseret kedalam mobil itu, ia menatap benci pria yang sudah berada di balik kemudi sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Wajahmu makin cantik dan imut jika sedang marah kayak gitu," puji si pria tampan itu sambil melajukan mobilnya.
Yuki mengerucutkan bibirnya ditambah kesal dengan ucapan itu.
"Kau sungguh menyebalkan!" balasnya sambil membuang muka.
Cakra tersenyum nyengir menatap wajah Yuki sambil menyetir dengan hati - hati.
"Aku tidak akan menyakitimu, tenang saja," ucapnya melihat kekhawatiran di wajah Yuki.
Gadis itu tak menjawabnya, ia diam sambil membuang muka menatap kearah luar jendela mobil.
Sementara Cakra tersenyum bahagia saat ini, dimana keinginannya berhasil membawa gadis impiannya itu naik mobil bersamanya.
"Jangan pasang muka cemberut kayak gitu, aku tidak tahan melihat wajah mu yang makin menggemaskan," suara pria itu terdengar serak membuat Yuki merinding.
"Jangan mesum, kau belum tau aku bagaimana jika kejantananmu tertendang dengan kaki mungilku," gertak Yuki, ia tau jika sebenarnya pria ini tak akan melakukan hal yang tak wajar padanya. Ia berkata hanya untuk menakuti saja.
Sementara Cakra bergidik ngeri mendengar kata Yuki, ia membayangkan jika miliknya ditendang.
"Cukup galak," ucapnya dan akhirnya ia berhenti menggoda.
......................
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments