Ia tersenyum dengan tatapan yang masih melekat di wajah cantik Yuki.
"Masak lah untukku," suaranya begitu serak dan berat ia pun berharap kali ini Yuki tidak membantahnya lagi.
Gadis itu menggeleng sambil membalas menatap pria itu.
"Kau sengaja menahan ku disini?" ia mengerutkan dahinya, seakan ia tau jika pria itu sengaja menahannya disana.
Ia tersenyum sambil berjalan membelakangi Yuki.
"Aku memang benar lapar, tolong jangan berprasangka buruk!" tegasnya, saat ini pun perutnya memang sudah sedari tadi berbunyi minta di isi.
Yuki menghela nafasnya kasar, ia tidak habis pikir dengan isi otak pria itu. Bukannya ia bisa saja sebenarnya memesan makanan lewat gojek, kenapa mesti memasak lagi untuknya?
"Tolong jangan manja, aku mau pulang !" pintanya tak mau nurut untuk melakukan yang diperintahkan Cakra padanya.
"Kalau begitu kau tidak boleh pergi dari sini,"
Sama-sama keras kepala, yang satu tak mau di suruh dan yang satunya terus memaksa, kini dua insan itu beradu mulut tanpa menyadari kalau hari semakin larut.
"Jangan menghalangi ku," serunya memberanikan diri mencoba merebut remote itu dari Cakra.
Tapi sayang, aksi gadis itu tidak berhasil. Sebelum ia bertindak pun pria itu segera memasuki remote itu kedalam saku celananya.
"Ambil disini!" ia tersenyum sambil menunjuk saku celananya.
Gadis itu benar-benar kesal dan marah ia pun menghentikan gerakannya saat pria itu menyuruhnya mengambil didalam sana.
Sikap pria itu semakin ngeselin, ia masih tersenyum sambil mendekati Yuki.
"Terima hukuman mu!" bisiknya ditelinga gadis itu, tak lupa ia meniup gemes telinga Yuki.
Gadis itu merinding, ia menutup matanya saat merasa angin meniup telinganya.
Rasanya bercampur aduk, ia serasa mau nangis tapi ia tahan. Kali ini ia terjebak dipermainan sang pria tampan itu.
Hening tak ada yang bersuara, Cakra kembali dengan sikap dinginnya. Ia meninggalkan Yuki yang masih berdiri disana.
"Ka-kau ingin kemana?"
Gadis itu terlihat kebingungan saat ditinggal diruangan yang cukup besar itu.
Ia tidak menjawab, juga tak peduli. Ia menaiki anak tangga kelantai dua. Entah apa lagi yang di lakukannya.
Karena merasa takut gadis itu pun mengekorinya sambil mengusap-usap kedua lengannya.
CEKLEK!
Membuka pintu kamar.
"Kau mau tidur bareng?" ia menoleh kebelakang dengan tatapan yang menggoda memandangi wajah Yuki.
Gadis itu masih terlihat bingung, ia terdiam menggigit bibir bawahnya saat ditatap seperti itu. "Ayo masuk lah," ia membuka pintu kamar nya sambil memasukinya.
Diambang pintu Yuki terhenti dalam diam sambil melihat isi ruangan kamar yang lumayan besar. " Bukankah kau ingin menemaniku tidur, ayo kemari lah!"
Pria itu semakin menjebaknya ia pun menahan tawa berpura-pura dingin dan cuek agar gadis itu semakin takut padanya.
"Aku mau pulang!" ucap gadis itu lirih bak anak kecil merengek minta mainan. Pria itu malah gemes sendiri melihat wajah imutnya, bahkan ia tidak mau jika gadis itu harus pulang malam ini.
"Tenang lah disini aku akan kebawah sebentar!"
Pria itu malah tidak menjawabnya, ia menatap layar ponselnya lalu buru-buru kembali ke lantai dasar.
Yuki mengerutkan dahinya, karena ditinggal tanpa ada penjelasan mau tidak mau ia nurut memilih untuk duduk disofa yang ada disana.
5 menit berlalu, pria tampan itu kembali dikamarnya dengan menenteng 2 kantong besar makanan.
Ternyata tadinya ia sudah mengirim pesan kepada Ryan Asistennya agar diantar makanan untuknya.
Tapi sayang, gadis itu malah terlelap disana. Ia menyandarkan tubuhnya disofa dengan mata yang tertutup.
Cakra berjalan pelan mendekatinya.
"Kau beneran tidur?" ia menekan lengan gadis itu sambil memperhatikan mata Yuki.
Ia sama sekali tidak bereaksi, itu artinya Yuki benar-benar sudah pulas dari tidurnya.
"Yah tidur, padahal tadi katanya mau pulang!" ia pun tersenyum sambil meletakan kantongan yang sedari tadi ia pegang.
"Aku minta maaf membuatmu tertidur tanpa makan dulu,"
Disini ia merasa bersalah kepada Yuki, karena tidak tega membangunkan lagi ia dengan sekuat tenaga mengangkat tubuh mungil itu dipindahkannya di ranjang tempat tidurnya.
Meringis kesakitan. "ssttth!,
Tangannya yang masih perih dan sakit terasa ngilu saat ia menggendong paksa tubuh Yuki.
"Semoga mimpi indah," ucapnya menyelimuti tubuh mungil gadis itu sambil mendekatkan wajahnya diatas wajah Yuki. Ia tersenyum dan memberanikan diri untuk mengelus pipi lembut dihadapannya itu.
Terpaksa ia memakan makanan itu dengan sendirian, mungkin juga setelah ini ia istrahat.
Mengambil bantal dan selimut. Ia pun memilih tidur di sofa dan membiarkan Yuki tidur dengan tenang.
...----------------...
Keesokan paginya
***
Gadis itu mengucek-ngucek matanya sambil menguap.
Meregangkan sedikit otot-ototnya yang kaku sambil menatap langit-langit kamar.
"Astaga aku dimana?" ia buru-buru duduk terus menatap sekeliling ruangan kamar.
Disana ia mendapati seorang pria yang masih tertidur pulas diatas sofa.
"Oh my God!" ia menutup mulutnya sambil menggeleng.
"Kok bisa jadi gini sih semalam?"
Ia menjinjit kakinya kelantai berdiri ingin menghampiri Cakra yang masih tertidur.
Ia menggoyangkan lengan pria itu sedikit rasa ada khawatir di wajahnya. " Kau. Belum mati kan?" merasa gelisah juga malu jika membayangkan dirinya berada disana.
Masih tak ada pergerakan sama sekali terhadap pria itu, karena kesal ia menarik hidung mancung Cakra.
"Bangun tidak!" serunya sambil menarik hidung sekuat tenaga.
"Aaaahhhhh!!"
Reflek pria itu terkejut sambil mendudukan tubuhnya dengan sigap.
Ia menatap gadis itu didepannya sambil mendengus kesal.
"Hufft, kau hampir membuatku jantungan!" ia menarik nafasnya dan membuangnya pelan.
"Aku mau pulang tolong deh jangan halangi aku lagi!" ia melipat kedua tangannya di dada dan memutar bola matanya malas.
"Oh ya ampun, bisa gak sih sabar dulu! Orang juga baru bangun!"
Gerutunya menggaruk kepalanya, baru pagi-pagi sudah di buat pusing. Dengan langkah gontai ia memasuki kamar mandi dan menutup diri disana.
"Aduh bagaimana ini, apa aku di cariin semalam? Oh iyah Hp ku mana?"
Gadis itu pun terlihat panik saja sampai berbicara sendiri. Mengingat ponselnya ia buru-buru keluar kamar mengambil tasnya yang berada dibawah.
Meraih ponselnya dengan kasar dan menyalakannya.
"Ohhh tidak!"
Matanya membulat saat mengetahui disana hampir 50 panggilan tidak terjawab dari keluarganya, itu artinya ia sedang dicariin.
Mengusap wajahnya kesal dan takut, bagaimana ia menjelaskan jika nanti ditanya ia kemana?
"Kenapa sih kayak cacing kepanasan ?"
Pria itu menatapnya heran, kayak tidak capek mondar mandir terus disana.
"Buka pintu, aku mau pulang sekarang!"
Bentaknya sambil menunjuk pintu dengan sangat marah.
"Kalau sampai aku dimarahi sama bokap nyokap ku, aku cekik lehermu!"
Makinya kepada Cakra, ia sudah sangat marah dan takut. Ide terbaik pun tak terlintas di pikirannya.
......................
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments