"Lepaskan!!!
"Tolong, tolong!!!"
"Lepasin tidak, aaaah!!!"
Yuki benar-benar panik dan takut, ia terus memberontak, berteriak minta tolong tapi disana terlihat sepi sehingga tidak ada yang mendengarnya.
Kedua laki-laki itu sengaja menahannya dan mencoba merampok tas milik Yuki, tapi sampai saat ini masih belum berhasil. Gadis itu berusaha untuk merebut ditangan para laki-laki penjahat itu.
"Serahkan tas mu atau kau mau mati!" bentak seorang pria yang bertubuh kekar dan berkepala botak.
Temannya yang satu juga mengarahkan sebuah pisau kearah Yuki untuk menakutinya.
"Tidak akan, aku tidak akan membiarkan kalian mengambilnya!" seru Yuki berteriak sekuat tenaga sambil mengeratkan pertahanan tangannya ditas itu.
"Hahah jangan salahkan kami nona jika kau tidak menyerahkan tas mu nyawa dan tubuhmu akan kami nikmati,"
Pria itu menggodanya sambil mencolek pipi Yuki, selain merampok juga mereka berkeinginan menodai gadis itu.
"Cih, jangan mimpi, aku gak sudi memberikan kehormatanku kepada kalian bajingan!!" bentak Yuki menampar pergelangan pria itu, ia juga meludahi muka laki-laki sialan itu.
"Tolong, please siapa aja yang ada disana tolong aku!!!"
Gadis itu kembali berteriak sembari meminta bantuan kali aja ada yang mendengar suaranya dan membantunya.
"Woy jangan hanya berani sama perempuan, klo kau laki-laki ayo kemari!!!"
Seru seorang pria yang sempat mendengar teriak-teriakan Yuki, juga sengaja menemui gadis itu tapi yang ia dapatkan saat ini malah diluar dugaannya.
Cakra!
Yah, pria itu adalah Cakra. Untung ia datang diwaktu yang tepat, saat ini Yuki hanya berharap ia diselamatkan oleh pria itu.
Semua menoleh kearah suara, dan begitu leganya saat Yuki mengetahui siapa pria itu. Setidaknya sekarang ia masih bisa berada dizona aman, ia yakin Cakra akan menolongnya.
"Lepaskan dia, atau kalian akan membusuk dipenjara seumur hidup!" teriaknya lagi sambil berjalan kearah kedua laki-laki itu.
"Jangan sok pahlawan, berani mengganggu kami, nyawamu akan melayang!"
Mulut laki-laki bajingan itu pun tidak tinggal diam, ia ikut memberi peringatan kepada Cakra agar tidak mengganggu mereka.
Tanpa disangka Cakra secepatnya bertindak, ia menendang dada laki-laki yang memegang Yuki, dan beberapa kali juga ia menamparnya.
Plak!
Plak!
Plak!
"Uhuk,uhuk!
laki-laki itu terjatuh dan memuntahkan darah, sedang Cakra dengan cepat meraih tangan Yuki. Namun laki-laki yang satunya dengan sigap menggoreskan pisaunya di pergelangan Cakra
Shett!
"Aaahhh!"
Pria itu menjerit kesakitan saat ia merasakan tangannya teriris oleh pisau.
"Ohh tidak!!" Yuki terkejut dan takut, ia menutup mulutnya syok melihat darah pria itu.
"Hahah kenak kau kan, rasakan itu!"
Laki-laki itu terus memakinya, namun karena temannya sedikit terluka parah. Ia mengurungkan niatnya untuk melawan Cakra, ia menarik temannya dan membawanya lari dari sana.
"Tangan mu!," ucap Yuki dengan wajah paniknya, ia memberanikan diri meraih tangan Cakra. Merobek unjung bajunya dan membalut luka pria itu.
Cakra meringis kesakitan, dengan sekuat tenaga ia menahan rasa perih itu. Ia terdiam sambil memperhatikan Yuki yang sedang panik melihat luka ditangannya.
"Aku minta maaf, gara-gara aku kau jadi terluka," ucapnya memasang wajah menyedihkan.
Pria itu tersenyum sambil mengangguk, "Hanya luka biasa, jangan khawatir," ia mencoba terlihat baik-baik saja, mengingat wajah Yuki yang ketakutan dan sedih ia jadi tidak tega jika gadis itu terbawa suasana.
Yuki mendengus, sambil mengusap wajahnya. Rasa takut pun masih menghantuinya, sampai saat ini tubuhnya masih lemas dan kaku.
"Aku akan bertanggung jawab," suara nya lirih menatap sedih pria itu, ia pun menawarkan diri untuk mempertanggung jawabkan apa yang terjadi kepada Cakra.
"Dengan cara apa?" balasnya sambil memandangi wajah imut gadis itu.
"Kita kerumah sakit agar luka mu di obati,"
Ia pun menarik lengan pria itu, tanpa menunggu persetujuannya dulu.
"Ohh, sa-sakiittt!" pria itu meringis dan pura-pura kesakitan saat Yuki hendak menariknya.
Langkah gadis itu terhenti melepaskan genggaman nya di lengan Cakra. "Ma-maaf, aku sangat panik dan takut," ucapnya sambil menunduk, sedikit ada rasa canggung dan malu kepada pria itu.
"Aku tidak mau ke rumah sakit, apa kau punya cara lain untuk bertanggung jawab?"
Tolak pria itu, ia malah meminta pertanggung jawaban yang lain. Entah apa maksudnya?
Yuki mengerutkan dahinya bingung, pria itu aneh dan tidak masuk akal. Sudah untung Yuki kepikiran membawanya ke rumah sakit, eh malah minta yang lain.
"Maksud nya gimana?" tanya gadis itu menatap Cakra bingung. "Yah, kau bisa mengobati luka ku ini di rumah saja. Maksudku kita tidak perlu ke rumah sakit lagi,"
Jelasnya, sedikit mengherankan dengan permintaan anehnya. Yuki masih terdiam menerka-nerka apa maksud pria ini, kenapa malah mengajaknya untuk kerumah?
"Hem baiklah, karena kau sudah menolong ku maka aku akan mengobati luka tanganmu itu sendiri,"
Dan pada akhirnya Yuki menyetujuinya, pikiran aneh atau mencurigakan ia hilangkan dulu. Yang terpenting sekarang ia akan bertanggung jawab mengingat darah pria itu masih menetes.
"Ayo,"
Ajaknya berjalan kearah motornya. Pria itu berhenti memperhatikan gerakan Yuki dari belakang.
Karena tidak ada pergerakan dari belakang, Yuki menghentikan langkahnya sambil menoleh.
"Kenapa lagi?" tanya gadis itu, ia mengerutkan keningnya sedikit aneh. Entah apa lagi yang terjadi kepada pria itu?
"Kau membawaku dengan motor mu?" kedua alis pria itu naik turun memperhatikan pergerakan Yuki lagi. " I-iyah, aku akan membawamu dengan motorku saja," jawabnya tersenyum mengangguk tanpa memperdulikan apa pun.
Bibir pria itu tersenyum geli membayangkan dirinya di bonceng oleh gadis itu naik motornya. Gemes dan lucu, ini tidak bisa ditolak ia harus nurut saja.
"Ohh baik lah," ia menahan tawanya sambil mengiyakan saja, dengan langkah gontai ia mengekori Yuki.
Gadis itu begitu lincah mengendarai motor kesayangannya, sambil sesekali menoleh kebelakang. Sementara pria di belakangnya sedikit deg-degan dan berjaga-jaga.
Ia terlihat canggung sebab ia bingung harus berpegangan di mana? Tidak mungkin juga kan ia memeluk Yuki, sementara tangannya sakit dan tidak kuat. Bagaimana jika ia jatuh saat gadis itu merem mendadak, apa tidak menambah musibahnya?.
Pikiran Cakra berbicara sendiri, dengan beraninya ia meraih unjung baju gadis itu dan memegangnya sambil tersenyum-senyum sendiri, jika di bayangkan romantis juga jika pasangan kekasih naik motor bersama, apa lagi jika ceweknya yang bonceng kayak gitu, gemes tau!
"Kau baik-baik saja kan?"
Tanya Yuki memastikan karena merasakan bajunya tertarik dari belakang.
"Ahh iyah aku baik-baik aja," jawabnya sambil mengeratkan kembali pegangannya di baju gadis itu.
Karena ada rasa was-was, Yuki menoleh kebelakang memastikan apa yang di lakukan pria itu.
"A-awasssss, rem!"
Teriak pria itu saat menyadari didepan ada kucing. Karena kaget Yuki dengan sigap menarik remnya dan
Brum!
Pria itu malah menabrak punggung Yuki sambil melingkarkan tangannya di perut gadis itu.
Merasakan hal itu, Yuki tercengeng dan mematung. Ia dapat merasakan tubuh kekar pria itu memeluk nya dari belakang.
Apa lagi Cakra, ia begitu terkejut saat tubuhnya menyatu di bahu gadis itu. Batang miliknya pun terasa menambrak bokong si gadis itu.
...----------------...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments