Episode 16

***

Yuki Ketahuan

Bibir seksi pria itu tersenyum melekung memandangi wajah Yuki yang sedang marah tapi masih saja terlihat menggemaskan.

"Makanlah sedikit," menyodorkan makanan kepada Yuki. Gadis itu menggeleng sambil menatap Cakra tidak suka.

"Makan sendiri,"

Masih sangat marah dan benar-benar tidak mood, selera makannya pun hilang. Mengingat kejadian yang tadi ia sangat malu.

"Ternyata, kau pacaran diam-diam!"

Suara itu, keduanya sama-sama menoleh melihat siapa yang datang.

Deg!

Jantung Yuki semakin berdetak hebat saat ia mengetahui yang berada di belakangnya adalah kakaknya.

"Ka-kakak!"

Ia buru-buru berdiri menatap kakaknya takut.

Valdo tersenyum santai sambil menatap Yuki dan Cakra bergantian. Ia berjalan angkuh kearah Cakra.

"Jadi kau kekasihnya Yuki?" menarik kursi dan ikut duduk disana.

Sementara Cakra terlihat santai memperhatikan gerak gerik Valdo yang menatapnya tajam.

"Kakak, aku bisa jelaskan!" Yuki semakin panik, ia takut jika kakaknya bertindak dan memukul Cakra. Di tempat umum seperti ini jika kedua orang itu berantem ia akan mendapat malu yang sangat besar.

"Kau bisa menjelaskannya dirumah, dan kau ikut juga!" ia kembali berdiri menunjuk kearah Cakra yang menatapnya diam.

"Kak Valdo!" buru-buru ia menahan kakaknya saat Alvado meninggalkan mereka.

"Bawa pria itu kerumah, lebih baik kau menjelaskannya disana nanti," pintanya, lalu melangkah meninggalkan keduanya.

"Aku akan ikut dan menjelaskannya, kau tidak perlu cemas," ucapnya, sambil memanggil pelayan untuk membayar pesanannya.

Gadis itu mendengus, tak menjawab apa pun. Ia berlari keluar berniat mengejak kakaknya.

"Kakak tunggu!" teriaknya menarik lengan Valdo. "Ada apa lagi?" menghentikan langkahnya berbalik menatap Yuki.

"Dia bukan pacarku kak, udah dong jangan disuruh kerumah!" gadis itu memasang wajah malas sambil menarik-narik lengan kakaknya.

"Jangan banyak alasan Yuki, ayo kalian ikut kakak!" kembali menatap Cakra yang berdiri diam dibelakang mereka. Alvado melanjutkan langkahnya tak peduli dengan rengekan Yuki lagi.

Gadis itu marah dan ingin menangis, ia menghentakan kakinya kesal, mau tidak mau ia terpaksa nurut kepada kakaknya.

"Ayo naik!"

Pria itu membuka pintu mobil untuknya dengan sikap yang biasa saja tanpa ada rasa takut sedikit pun.

Yuki memutar bola matanya malas, dengan kasar ia masuk dan membanting pintu mobil.

Cakra sedikit kaget, ia mengelus dadanya menatap gadis disampingnya.

Skip!

Sampai dirumah Yuki

***

Valdo berdiri didepan pintu masuk menunggu Yuki dan Cakra yang baru saja sampai. Wajahnya terlihat dingin dan cuek, sedari tadi pandangannya tak lepas kearah Cakra.

"Mamah, Papah Yuki datang bersama pacarnya!"

Alvado teriak memanggil kedua orang tuanya saat mereka memasuki ruang tamu. Kedua pasangan suami istri itu pun buru-buru menghampiri mereka.

Sementara Yuki sudah sangat marah kepada kakaknya, tangannya tak lepas menarik, dan menutup mulut kakaknya.

"Apa sih Yuki, lepas tidak!"

"Ihh kakak ngomong apa sih, nanti Mamah sama Papah kirain betul!"

Cakra menyaksikan dalam diam kelakuan kakak beradik itu, ia tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah Yuki yang sedari tadi sibuk menjelaskan kepada kakaknya.

Tante Anni dan Om Robert berdiri bengong sambil menatap Cakra yang berdiri di belakang Valdo dan Yuki.

"Kenapa kalian tidak mempersilakan tamunya? Malah berantem lagi!" tegur tante Anni melototi kedua anaknya.

Cakra tersenyum sembari melangkah memberi salam kepada kedua orang tua Yuki.

"Halo om, tante apa kabar?"

Ia membungkuk memberi salam sambil menunjukan senyum manisnya.

Yuki terdiam, apa lagi Valdo ia diam sambil memperhatikan aksi Cakra yang menyapa orang tua mereka.

"Hallo!

Tante Anni pun menyambutnya sangat ramah, begitu juga dengan om Robert mereka senang melihat Cakra yang sopan juga berwajah tampan dan rupawan.

"Silakan duduk nak,"

Pria itu mengangguk sambil duduk, tak lupa matanya selalu melirik kearah Yuki yang terdiam ikut duduk juga disana.

Om Robert memperhatikan wajah Cakra, sambil menerka-nerka. Wajah anak muda di hadapan nya ini sangat familiar sepertinya ia mengenali.

"Apa kau putra pewaris di keluarga Willyam?"

Ia ragu tapi rasa penasaran yang mendorongnya untuk bertanya. Wajah Cakra menatap Om Robert dengan bingung, ia tidak kenal sama sekali kepada Robert tapi kenapa dia bisa mengenal Cakra?

"Ehm,kok Om bisa tau? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? tanya Cakra.

Alvado pun heran mendengar Papahnya mengenali pria itu. Ia mengerutkan keningnya menatap Cakra, ikut menerka-nerka wajahnya namun ia sama sekali tidak mengenal.

"Tidak, kita tidak pernah berjumpa. Hanya saja perusahan Collin Colection bekerja sama di perusahaan milik Willyam, Om pernah melihat fotomu di media makanya bisa kenali wajah mu!"

"Oh begitu Om,"

Cakra mengangguk-angguk paham. Sekarang ia tau siapa pemilik Collin Colection itu ternyata Papahnya Yuki.

"Papah kenal dia?"

"Oh tentu, perusahaan miliknya memberi keuntungan besar di perusahaan kita. Sebagai CEO kau harus menghargainya.

Om Robert menekankan kata-katanya agar Valdo tidak semena-mena bertindak kepada Cakra setelah ini.

"Ahm jangan seperti itu Om, bukan kah perusahaan kalian juga menguntungkan perusahaan kami!" Cakra merasa tidak enak dengan penekanan om Robert ia tau Valdo pasti tersinggung dengannya.

"Ah sudah lah lupakan, sekarang Om tanya apa betul kau menjalin hubungan dengan Yuki anak om?"

Robert menatap Cakra penuh harap bisa menjawabnya lebih cepat. Sementara pria itu terdiam sambil memandangi Yuki memberi kesempatan kepada gadis itu untuk menjawab.

Semua yang ada disana menatap Cakra dan Yuki secara bergantian. Hening tak bersuara, gadis itu malah menunduk tak mau buka suara.

"Kok gak dijawab, kenapa?"

"Ehm, ahm ti-tidak! Kami tidak menjalin hubungan apa pun, iyah!!"

Pria itu juga ragu menjawab, ia jadi gugup menjawabnya dengan suara terbata-bata. Ia sesekali memandang Yuki tapi ia hanya diam, entah kenapa kali ini ia terlihat begitu anteng.

"Jadi?"

Robert menatap Alvado juga Yuki, ia jadi bingung dan penasaran. Kenapa Valdo bisa membawa mereka dan mengatakan jika Cakra adalah kekasih Yuki.

"Ahm gini om, tadinya memang aku mengungkapkan isi hati ku pada Yuki tapi ia menolak! Kebetulan kakak Yuki meliha kita berdua makanya kita dibawa kesini"

Sebenarnya Cakra malu mengatakan ini, tapi ia yakin mendengarnya om Robert pasti berada dipihaknya. Pikiran itu yang mendorongnya untuk berkata jujur.

Yuki mati kutu terduduk malu di pojok sofa, sama sekali ia tidak berani memandang semua orang yang berada disana.

Tante Anni menoleh kearahnya dan berbisik "Kau ini kenapa sih? Tidak menghargai perasaan orang saja!" ia menegur Yuki namun suaranya masih bisa terdengar jelas.

Saat melihat Cakra pertama kali, tante Anni sangat suka apa lagi saat ia menyapa dengan sopan. Ia yakin jika pria ini baik dan penyayang.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!