"Berhenti di supermarket di depan, aku ingin membeli sesuatu disana!" Yuki masih saja memasang wajah juteknya sambil menatap Cakra dengan ekspresi tidak suka.
"Baik Nona," jawab pria itu mengangguk layaknya seorang Asisten mengantar majikannya.
Yuki memutar bola matanya malas, turun ke mobil dengan cemberut.
"Mau kemana?" langkah kakinya terhenti saat melihat si pria mengikutinya.
"Aku ikut dengan mu, takut kau di culik," jawabnya datar sambil memasukan tangan kedalam saku celana.
Yuki lagi-lagi mendengus kesal mendengarnya, benar tak mau peduli ia melanjutkan langkahnya masuk kedalam supermarket.
Tanpa disadari apa yang di lakukan Cakra, ia sedikit terheran melihat sikap pria aneh ini.
Dahinya mengerut saat ia melihat Cakra mengambil keranjang belanja.
"Kau bisa meletakan disini belanjamu," ucapnya sambil tersenyum.
Yuki tak menjawab, ia berjalan kearah rak dan memilih apa saja yang ia beli. Selesai mengambil ia meletakan semua di keranjang yang di pegangi Cakra.
"Antar ke kasir," perintahnya tanpa sedikit menunjukan rasa senang terhadap pria itu.
"Baik Nona, aku akan laksanakan," lagi-lagi Cakra sukses membuat Yuki ketir dengan ekspresi yang layaknya seperti Asisten.
Yuki berjalan mengekorinya sambil melihat kegiatan yang di lakukan pria itu saat meletakan semua barang belanjanya di meja kasir.
Mengangguk dan tersenyum. "Totalnya 450ribu semua Tuan," ucap sang kasir sambil menatap ramah kearah Cakra. "Baik, aku bayar pakai kartu saja," jawabnya meletakan kartu black card miliknya diatas meja.
Kasir mengambil kartu dan melakukan pembayaran.
Tersenyum. "Done, ini Tuan belanjaannya," ucap kasir dengan ramah sambil melirik kearah Yuki yang masih terlihat cemberut.
Mengangguk. "Terimakasih," balasnya mengambil barang belanjaan Yuki.
Mencegah. "Kau membawa barangku kemana? Bukankah aku harus membayarnya dulu!" seru Yuki menarik barang miliknya ditangan Cakra dengan tatapan melotot.
Kasir itu terkejut bahkan menatap kedua insan itu dengan heran, dalam pikirannya kedua lawan jenis ini merupakan sepasang kekasih.
"Belanjanya sudah di bayar sama pacar anda," ucap kasir kepada Yuki.
Mata Yuki semakin melotot bahkan terlihat seperti membentak kasir itu. Sementara si pria tersenyum menang mendengar ucapan sang kasir.
"Maaf mba, kekasih ku memang seperti ini klo lagi ngambek," Cakra mengedipkan sebelah mata sambil tersenyum kearah kasir, menarik lembut tangan Yuki keluar di dalam supermarket.
Kasir semakin menatap mereka bingung, juga merasa gemes dengan kelakuan yang menurutnya sepasang kekasih. Ia tersenyum kearah keduanya sambil membayangkan, seandainya dirinya yang di posisi si gadis jutek itu ia pasti akan bahagia diperlakukan seperti itu oleh si pria.
Menarik paksa tangannya. "Apa'an sih, lepas gak! Ngapain ngaku-ngaku klo aku adalah pacarmu? Mimpi kali yah!!!" bentak Yuki menggerutu panjang lebar di depan Cakra.
"Tolong jangan ikuti aku terus, aku gak suka! Aku juga gak akan mau naik di mobilmu lagi!" ucapnya dengan tegas, ia berbalik badan hendak meninggalkan Cakra yang masih saja terdiam dengan senyuman di bibir.
Bereaksi. "Galak amat, tapi aku harus memaksa mu lagi naik di mobilku!" untuk yang kedua kali nya lagi si pria itu mengangkat tubuh Yuki dengan paksa untuk di masukan kedalam mobil.
Yuki terus memberontak memukul si pria sambil teriak-teriak persis seseorang yang sedang di culik.
Orang-orang di sekeliling disana menatap mereka semakin heran juga yakin jika mereka pasti sepasang kekasih.
Mereka hanya bisa menonton tanpa melakukan apa yang bisa membuat gadis itu bebas dari pelukan Cakra.
"Aku tidak mau ikut dengan mu, turunkan aku tidak!" sesaat gadis itu kembali membuka suara setelah tubuhnya berhasil di seret di dalam sebuah mobil milik pria tampan itu.
Melajukan mobilnya. "Menurut lah, jadi gadis lembut di depan pria mungkin lebih baik," ucapnya sambil menyetir dengan fokus tanpa menoleh kearah Yuki.
Mendengus kesal. "Jangan menasehati ku, kau bukan siapa-siapa ku,"
Tersenyum. "Aku memang bukan siapa-siapa mu tapi aku yakin suatu saat nanti kau akan jadi milikku!" dengan percaya diri Cakra berkata seperti itu tanpa melihat bagaimana ekspresi Yuki saat ini.
" Cih, jangan Mimpi," terlihat wajah gadis itu seperti mengejek dan ingin muntah mendengar si pria yang ke PD'an.
Tanpa bersuara pria itu tertawa membayangkan bagaimana sikap-sikap Yuki kedepannya bahkan jika sudah menjadi miliknya. Seakan sikap gadis ini membuat hidupnya berwarna.
***
(Gantian)
Tentang Elys
(Di sebuah Cafe)
"Sayang, kapan kau akan menikah dengan pria itu? Aku bahkan tidak sabar kau mendapat sebagian harta dari keluarganya!"
Seorang pria yang sedang merangkul tubuh Elys dengan manja, menunjukan bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
"Aku tidak tau, rencana ku saat ini adalah membujuk Ibunya agar kami segera di nikahkan," balas Elys tersenyum licik,
Kecurigaan papah David selama ini memang benar adanya, Elys bukan perempuan baik-baik. Selain Joy, Elys menyimpan laki-laki lain lagi, dan targetnya saat ini menjadikan Cakra suaminya.
Mungkin, kalau saja Cakra mengetahui sikap Elys yang licik pasti ia akan lebih benci lagi terhadap perempuan itu.
"Jangan khawatir, aku akan berusaha semampuku," Elys meyakinkan hati pria itu, ia mengecup bibir pria itu sekilas lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Joy.
"Aku percaya padamu, dan tetap akan mendukung rencana mu," pria itu terlihat sedang memanfaatkan Elys yang ternyata bodoh dibawah kukungan Joy.
Kehidupan perempuan itu berubah dratis saat kedua orang tua nya telah tiada.
Dulu ia masih bisa di katakan seorang perempuan yang bisa di percayai, namun sekarang ia terlihat begitu bebas gonta ganti pasangan bahkan menduakan laki-laki dalam hidupnya.
Sangat miris bahkan sungguh kasihan, Elys tidak tau jika laki-laki yang sedang bersamanya hanya memanfaatkan dirinya saja.
Ia tahu jika Cakra sangat kaya, sehingga ia memberi dorongan kuat kepada Elys agar secepatnya menikah dan mendapat setengah dari harta keluarga Cakra.
"Hari ini aku siap melayani mu, ayo kita kembali di Apartemen ku," ajak pria itu menarik lembut tangan Elys keluar dari Cafe.
"Makasih sayang, kau memang pria yang selalu mengerti wanita," bahagianya Elys terhadap Joy sehingga ia mempercayai laki-laki itu sepenuhnya.
Sikap Joy yang perhatian dan penuh kasih sayang seakan menutupi sikapnya yang hanya pura-pura semata terhadap Elys.
Perempuan itu yang bodoh sampai ia mengorbankan tubuh dan miliknya terhadap si laki-laki serakah seperti Joy.
Tersenyum licik. "Cepat lah kau ambil harta Cakra, maka aku memanfaatkanmu lagi lebih dari ini," batinya sambil mencium pucuk kepala Elys.
BERSAMBUNG...
...****************...
*Hai 🖐, buat kalian yang sudah mampir kesini makasih yah 🙏 Author harap terus mengikuti ceritanya sampai tamat😊
Dukung terus yah 😄 agar Author makin semangat 💪 Like, komen, subcsribe, vote, dan beri hadiah 🎁🎁🎁🎁🎁🎁sebanyak- banyaknya,
Thank's😋
salam kenal dari Author.😘
~ Gadis Nias ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments