Part 18

"Kenapa lagi kamu ini, Des? Katanya mau lihat-lihat perpus, kok malah melamun di sini," kata Moses kesal.

"Perpus ini bagus, tapi ada yang aneh, Deasy gak tau apa itu." Deasy mengedarkan pandangan ke seluruh ruang.

Perpus itu berlangit-langit tinggi dengan rak buku hampir menyentuhnya. Ada tangga kayu seperti di film-film jadul untuk tumpuan mengambil buku di rak atas, estetik sekali. Deasy mulai melangkah pelan masuk ke dalam perpus.

Benar seperti yang dikatakan Moses, perpus itu banyak menyimpan buku bergenre misteri. Buku dan aksesoris Sherlock Holmes menempati rak khusus. Agaknya Sir Arthur Conan Doyle menjadi penulis paling favorit papa Moses.

Disebelahnya ada rak yang penuh dengan koleksi buku Agatha Cristy, Alfred Hitchook dengan Trio Detective-nya, juga Hardy Boys berjajar rapi. Ada lagi buku-buku dari V.Lestari.

"Wih, ini beneran sorga buat Thalita," gumam Deasy.

"Kenapa, Des?" tanya Moses.

"Anu, Bang, buku-buku cerita detektif ini bisa membuat Thalita rela nginep di sini deh. Dia itu maniak banget sama yang berbau misteri. Cewek yang aneh, yang lain suka cinta-cintaan, dia suka yang memerah pikiran."

"Thalita yang teman kamu waktu itu kan? Ajak aja dia main ke sini kalau mau. Tapi ingat, jangan bawa buku keluar dari perpus ini!" kata Moses tegas.

Deasy mengangguk, kemudian melanjutkan tour keliling perpus. Gadis itu kagum karena koleksi di tempat itu sangat lengkap. Bukan hanya buku fiksi, yang non fiksi juga banyak. Berkali-kali Deasy berdecak kagum.

Di rak yang berada di sudut ruangan, Deasy menemukan satu rak penuh novel romance. Mata gadis itu berbinar, karena itu genre favoritnya. Selain romance, Deasy tak suka membacanya.

"Ini banyak novel romance, Bang. Apa papa Bang Moses suka baca romance juga?" tanya Deasy sambil mengambil sebuah buku bersampul coklat. 'Senandung Rindu' karya penulis famous Irene Puspitasari.

"Kalau yang romance novel punya Mama. Orang tuaku dua-duanya kutu buku, mungkin itu yang membuat mereka cocok satu sama lain."

"Berarti boleh dong bukunya dibawa keluar? Kan bukan punya papanya Bang Moses toh?" Deasy bertanya terus karena penasaran.

"Aturannya untuk semua buku, Cantik. Bukan cuma buku Papa, buku Mama juga gak boleh dibawa keluar," jawab Moses dengan telaten.

"Aneh banget deh peraturannya. Emang kenapa sih kalau dibawa keluar? Toh dibalikin, gak jadi hak milik," gerutu Deasy.

"Abang gak tau dan Abang gak pernah nanya. Kalau kamu mau baca buku di perpus ini, bacanya ya di sini saja. Toh tempatnya juga nyaman kok."

Deasy mengendikkan bahu, kemudian membawa buku 'Senandung Rindu' ke kursi goyang yang ada dekat pintu masuk. Tak lama, gadis itu tengelam dalam cerita yang dibacanya.

Moses juga mengambil sebuah buku, kemudian membawanya ke sofa yang ada di ruangan itu. Tak lama Moses pun turut tengelam, tengelam ke alam mimpi. Buku yang tadi diambilnya dari rak, dia gunakan sebagai penutup wajah. Dengkur halus yang terdengar, membuat Deasy tersenyum geli.

Cukup lama Deasy tengelam dalam buku yang dibacanya, hingga tanpa disadari gadis itu pun terlelap.

Deasy seperti sedang terbangun di dimensi waktu yang lain, tapi tetap di dalam perpustakaan milik papa Moses. Di tempat itu terlihat seorang wanita cantik dengan perutnya yang membesar, hamil.

"Mas, aku mau koleksi buku romance juga ya nanti di sini! Jangan kamu isi dengan buku kesukaan kamu saja," kata wanita itu.

"Jangankan cuma buku, istana saja akan kusediakan buat kamu kok, Dek. Kamu sudah menghapus aibku. Penyelamat bagiku, apapun keinginanmu sampai separuh dari hartaku juga bakal kukabulkan," kata seorang pria yang tampak bersama wanita itu.

Wanita itu mendekat, kemudian memeluk pria itu, keduanya terlarut dalam pelukan hangat nan mesra.

"Andai anak yang ada di perutku ini anakmu, pasti kita ini pasangan paling bahagia di dunia ya, Mas?" ucap wanita itu dengan wajah sedikit sendu.

Pria itu tampak menghela napas beberapa kali, sebelum berkata pada istrinya. "Andai aku bisa, aku tak akan membiarkan laki-laki jahanam itu untuk menyentuhmu. Apalagi kulihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu menikmati setiap sentuhannya."

"Mas--"

"Iya iya, aku paham. Semua itu aku yang merencanakan. Tapi rasanya sakit juga. Kalau bukan karena aku malu dibilang sebagai pria mandul, aku gak akan pernah rela istriku tidur dengan laki-laki lain. Apalagi laki-laki itu hanya seorang pembantu. Harga diriku terasa diinjak-injak."

"Mas, aku--"

"Sudah! Jangan bahas lagi masalah ini! Yang penting orang tahu kalau istriku sedang hamil setelah sekian lama kita menikah. Tak akan ada lagi yang bilang kalau aku ini pria mandul," sergah sang Suami.

Pria itu kemudian beranjak menuju sebuah sofa. Sofa yang tadi dilihat Deasy sedang ditiduri Moses. Kemudian pria itu mengambil sebutir obat dari dalam sebuah tabung kecil yang diambilnya dari dalam tas. Bersama segelas air di meja kecil dekat sofa, pria itu menegak obat.

Setelah itu, pria itu merebahkan tubuhnya, seperti yang dilakukan Moses tadi. Pun dengan buku yang digunakan untuk menutup wajahnya, persis Moses. Tapi...tidak ada kemiripan sedikit pun pada keduanya.

Wanita hamil itu kemudian beranjak keluar dari ruang perpustakaan itu, ketika melihat suaminya mulai berbaring dengan gelisah. Tak lama, seorang wanita setengah baya masuk ke dalam ruangan itu.

"Lakukan saja tugasmu, Bi!" titah Pria itu.

Wanita yang dipanggil Bibi itu mulai melakukan tugas tanpa bicara sepatah kata pun. Setelah melepas pakaian yang dikenakan pria itu, si Bibi mulai memijat.

"Hem," desah halus terdengar dari bibir pria itu.

Si Bibi terus bekerja. Memijat bagian kaki pria itu dengan pijatan yang lembut tapi kuat. Mulut pria itu juga tak henti mendesah, seolah menikmati setiap sentuhan dan pijatan dari wanita yang dipanggilnya Bibi.

Untuk beberapa waktu, adegan itu tampak seperti adegan pijit memijit pada umumnya, sampai pria itu melempar buku yang menutupi wajahnya, dan mulai menerkam sang Bibi.

"Ah! Gila!" pekik Deasy yang terbangun dari mimpinya.

Gadis itu duduk dan memandang sekeliling ruangan. Ya, ruangan yang dilihatnya dalam mimpi memang ruangan yang sama, perabotnya juga sama. Hanya ada sedikit perbedaan. Rak yang berisi buku romance, dalam mimpinya masih kosong.

Deasy melirik ke arah Moses yang tertidur dengan buku yang menutupi wajahnya. Gadis itu bergidik ngeri, ketika teringat adegan dalam mimpinya. Perlahan Deasy bangkit, dan bergegas keluar dari dalam perpustakaan.

"Ada apa, Non? Kok wajahnya pucat gitu?" tanya Bi Sari yang hampir saja ditabrak Deasy.

"Ah gawat, Bi. Ini keadaan darurat. Aku harus cepat-cepat pulang."

Deasy lari terbirit-birit keluar dari rumah tua bergaya Belanda itu, diikuti pandangan penuh tanya dari Bi Sari.

Terpopuler

Comments

Sekar Sekar

Sekar Sekar

Moses ank pembantunya

2024-05-06

0

FiaNasa

FiaNasa

apakah Moses anak kandung pak giman ya

2024-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!