Part 5

"Kalau lagi hamil muda suka memang kayak gitu, Neng. Bakal mual kalau mencium bau yang agak tajam. Ini Bi Minah masakin sayur asem aja ya. Kan wanita hamil suka yang kecut-kecut."

Sosok yang berdiri di depan kompor ternyata Bi Minah, asisten yang ada di villa ini. Bi Minah dan Pak Giman, suaminya, bekerja di sini sejak Moses masih kecil dan mereka memang tinggal di villa ini.

"Aku jadi meresa tak enak, Bi. Ini kan masih jam dua pagi, Bibi jadi terbangun gara-gara kegaduhan yang kubuat. Maaf ya, Bi!"

"Gak usah minta maaf, Neng! Ada Neng Renata di sini, Bibi dan Pak Giman malah senang, ada yang harus kami urus. Biasanya kami ini cuma luntang-lantung saja di villa ini."

"Gitu ya, Bi? Aku gak lama di sini kok, paling nanti siang balik lagi ke kos. Aku harus kuliah, Bi."

Renata yang merasa sangat mual memilih duduk di meja makan. Memang masih seruangan dengan dapur tetapi agak jauh dari kompor. Mie instant yang tadi dia masak sudah tidak ada, pasti Bi Minah yang menyingkirkannya.

"Bukannya Neng Renata akan tinggal di sini sampai melahirkan?"

Pertanyaan Bi Minah membuat gadis yang ternyata bernama Renata itu tersadar, kalau wanita tua yang sedang memasak di depan kompor itu tahu dia sedang hamil. Padahal Renata belum memberi tahu siapa pun tentang hal itu. Dia saja baru melakukan test tadi pagi.

"Bibi tau aku hamil? Darimana, Bi?" tanya Renata penasaran.

Bik Minah tertawa mendengar pertanyaan Renata tetapi tak segera menjawabnya. Bik Minah meletakkan semangkuk sayur asem yang masih mengepulkan asap dan sepiring nasi di depan Renata.

"Ini, Neng! Silakan dinikmati ya! Bibik sengaja tak menambahkan lauk takut Neng Renata mual lagi. Dikit-dikit aja makannya, biar gak mual!"

Meski sebal karena pertanyaannya tidak dijawab, Renata tetap meraih mangkuk sayur asem dan mulai menyantap isinya. Benar kata Bi Minah, makanan yang rasanya asam dan tak begitu menyengat aromanya menggurangi rasa mual.

Bi Minah kembali lagi ke dapur untuk mencuci peralatan masak yang baru dia gunakan. Renata menyantap makanannya dalam diam, masih sebal karena pertanyaannya tidak dijawab oleh asisten rumah tangga pacarnya itu.

Bi Minah ini masih kerabat Bi Sari, asisten di rumah Moses yang bergaya Belanda itu. Ibu Bi Sari, adalah kakak sulung Bi Minah. Jadi, Bi Minah ini bibi dari Bi Sari. Rentang usia keduanya tak begitu jauh mungkin hanya lima sampai tujuh tahun.

Dulu Bi Minah asisten di rumah Moses yang bergaya Belanda dan Pak Giman menjadi tukang kebun di sana. Tapi sejak orang tua Moses mempunyai villa ini, mereka berdua pindah ke mari dan Bi Minah membawa keponakannya dari kampung untuk bekerja di rumah induk.

Setelah makanannya habis, Renata membawa piring kotornya ke tempat cuci piring. Gadis itu berniat untuk mencucinya tetapi saat tangannya menyentuh air dingin rasa mual itu datang lagi.

"Taruh aja, Neng! Nanti biar Bibi yang cuci. Neng Renata istirahat aja di kamar, jangan capek-capek! Takutnya tar adek bayinya kenapa-napa."

"Bibi belum jawab pertanyaanku, darimana Bibi tau aku sedang hamil?" Renata mengulang lagi pertanyaannya dengan sebal.

"Gak ada yang bilang kok, Neng. Bibi hanya menebak saja, lha gejalanya kan persis sama kayak orang lagi ngidam gitu kok, hehehe."

"Gejala? Kayak penyakit aja pakai kata gejala. Hadeh Bibi ini aneh-aneh aja."

"Hehehehe ya maaf, Neng! Bibi kan tak pandai merangkai kata."

Renata menjadi murung ketika teringat dirinya memang berbadan dua. Binggung, takut, khawatir, juga ragu, campur aduk menjadi satu dalam hatinya. Tak tahu apa yang harus dilakukan setelah ini.

"Tapi Den Moses tau kok, Neng. Dia seneng banget. Sama kayak papanya dulu, waktu tau mama Den Moses mengandung buah cinta mereka."

"Hah? Moses udah tau, Bi?" tanya Renata heran. Aneh, karena dia malah belum memberitahu cowok itu tentang kehamilannya.

"Iya, tau. Malah dia nyuruh Bibi nanya ke Neng Renata, mau nitip buah buat rujak apa enggak, kalau Bibi pergi ke pasar. Mumpung ingat nih, Neng Renata mau Bibi beliin bahan rujak buah?"

Renata hanya mengangguk, malas untuk menjawab pertanyaan Bi Minah dengan ucapan. Gadis itu kesal, Moses sempat ngobrol dengan Bi Minah, tapi tidak dengan dirinya.

Seingat Renata, dari tadi siang dia tiba di rumah Moses, dia belum bertemu dengan pacarnya itu dengan keadaan sadar sepenuhnya. Kemarin dia hanya melihat Bi Sari di rumah induk. Dan setelah meminum teh yang rasanya agak aneh, Renata tertidur. Semalam antara sadar dan tidak Renata bergulat seru dengan pacarnya itu. Dan dini hari ini, ketika dia terbangun di villa ini, sang Pacar sudah tidak ada di sini. Gimana Renata gak kesal coba kalau seperti ini? Renata merasa dipermainkan oleh Moses.

"Mau pesen apa lagi, Neng? Mumpung Bibi mau ke pasar pagi ini?" tanya Bi Minah menyadarkan Renata dari lamunan.

"Aku pengen makan duren, Bi. Pengen banget. Mungkin ini yang namanya ngidam," kata Renata sengaja.

"Lho? Ya jangan, Neng! Orang hamil muda jangan makan duren, kata orang tua-tua dulu buah duren itu panas, bisa bikin keguguran," protes Bi Minah.

Dalam hati Renata tertawa, memang itu tujuannya. Dia tidak menginginkan bayi yang sekarang ada di perutnya ini. Kalau bisa, Renata malah ingin keguguran saja. Akan banyak masalah terselesaikan kalau bayi ini bisa musnah.

"Tapi kan pengen banget, Bi. Makan sebiji aja gapapa deh, daripada nanti anaknya Rena ngiler lho. Kan nggak banget, punya anak yang ileran, bisa malu lah nanti si Moses," bujuk Renata.

"Hadeh! Iya deh, Neng. Nanti Bibi belikan, tapi yang kecil aja ya, dan jangan dimakan semua, sebiji aja! Tombo pengen, biar anaknya gak ngiler." Bi Minah akhirnya mengalah. Dia memang mendapat pesan dari Moses, untuk menuruti semua kemauan Renata, kecuali keluar dari villa itu.

"Satu lagi, Bi."

"Pengen apa lagi, Neng?"

"Tar kalau beli buah buat rujak, pilih nanasnya yang muda aja ya, yang masih ijo. Aku maunya yang asem, biar gak mual."

Bi Minah berpikir sejenak. Nenas muda kata orang dipakai untuk menggugurkan kandungan. Apa Renata sengaja ya, memesan nenas yang muda agar kandungannya gugur? Bi Minah tentu saja tak mau disalahkan kalau benar tujuannya seperti itu. Tapi untuk mencegah Renata ngambek, Bi Minah akan pura-pura menyanggupi, nanti tinggal bilang kalau gak ada, gampang.

"Oke deh, Neng. Mau pesan apalagi?"

"Udah, itu aja dulu, Bi. Nanti kalau ngidam lagi, kan tinggal minta tolong Bibi toh?"

"Iya, Neng."

"Ya sudah kalau gitu, Rena mau ke kamar dulu. Perut kenyang bikin ngantuk. Nanti pulang dari pasar, bangunin ya, Bi!"

"Siap, Neng."

Renata segera beranjak menuju kamar yang dia tempati kalau ke tempat ini. Dan Bik Minah mengacungkan dua jempol, ke arah kamera CCTV setelah Renata benar-benar pergi.

Terpopuler

Comments

Ekayadi

Ekayadi

ini sebenarnya siapa sih yg UD buat Renata hamidun?? Moses aj gk tau Renata kmna ??

2024-03-17

0

Dewi Nurlela

Dewi Nurlela

membingungkan

2024-03-14

0

Irene Puspitasari

Irene Puspitasari

wkwkwk, ini cerita misteri ya, jadi memang sedikit membingungkan. ikuti saja kisahnya 🤭

2024-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!