Part 6

Hari sudah berganti, matahari yang semula terlelap di balik awan hitam mulai menampakkan dirinya. Awalnya malu-malu tetapi makin lama makin berani. Kini sang sumber energi sudah memancarkan sinarnya yang mulai memanas.

Rumah bergaya Belanda itu penuh dikelilingi pohon, menjadi rumah bagi puluhan--- mungkin juga ratusan---burung liar. Mereka beranak-pinak di antara rimbunnya daun dan cabang pohon-pohon di halamannya.

Suara berisik aneka burung itu membangunkan sang empunya rumah yang terlelap karena kelelahan. Pemuda itu menggeliat dan mulai membuka mata kemudian melirik jam di dinding. Jam enam pagi. Masih terlalu dini untuk beranjak dari tempat tidur.

Tiba-tiba ponsel yang semalam diletakkan oleh Moses berdering dengan nyaring pertanda ada yang melakukan panggilan melalui benda pipih itu. Dengan malas Moses menjawab panggilan itu tanpa melihat siapa yang memanggil.

"Hallo."

"Lho? Ini bukan nomernya Renata ya?" tanya seorang cewek di seberang sana.

"Iya, ini memang hp-nya Rena, tapi tertinggal di tempatku. Ada apa?"

"Ini siapa? Pacarnya Rena?"

"Bisa dibilang begitu. Ada perlu ya dengan Rena?"

"Aku teman satu kos dan teman kuliahnya Renata. Namaku Naomi. Abang...?"

"Moses."

"Ah, Abang Moses bisa tolong kasih tau Rena, ada mamanya nyariin ke kos."

Moses langsung duduk mendengar ucapan Naomi. Mama Rena nyariin ke kos, dan temannya nelepon ke ponsel gadis itu berarti si Renata sedang tidak ada di kos dong? Kemana gadis itu?

"Aku gak bisa kasih tau karena aku juga gak tau dimana si Rena. Ini ponsel dia aja baru semalam kutemukan di sini di rumahku. Udah seminggu aku belum ketemu dia. Dompetnya juga tertinggal di sini juga nih," kata Moses.

"Lho? Terus Rena dimana dong, Bang? Di kos juga gak ada dari kemarin. Ku kira dia nginep di tempat Abang." Naomi juga merasa heran mendengar jawaban Moses.

"Gak ada dia kemari. Udah seminggu ini kami gak ketemu."

"Lalu ke mana tuh Bocah ya, Bang? Kan aneh kalau dia pergi tapi dompet dan ponselnya yang tertinggal di tempat Abang gak diambil."

"Aku juga gak tau, kukira dia di kos. Tadi aku berencana mampir ke sana buat balikin barang-barang dia ini sebelum kerja."

"Kalau begitu, Abang mampir ke sini aja! Mumpung ada mamanya si Renata nanti Abang serahkan aja ke Beliau."

"Oke, Nao, nanti aku mampir. Sekarang mau siap-siap kerja dulu."

"Oke, Bang."

Moses mematikan panggilan dan bergegas ke kamarnya sendiri. Tak lupa dia membawa serta ponsel dan dompet Renata. Meski sebagai owner di tempat itu, Moses tak pernah membiasakan diri untuk datang terlambat.

Mendapat warisan mendadak karena papa Moses juga meningal tak lama setelah sang Mama, tak lantas membuat Moses bersantai. Perusahaan itu ditinggalkan sang Papa dalam keadaan kolaps, hampir bangkrut. Moses berusaha membangun lagi bisnis sang Papa dari nol, eh yang benar sih minus karena perusahaan berhutang cukup banyak saat sang Papa meninggal.

Berbekal ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan tekad yang kuat untuk maju, Moses berusaha membenahi perusahaan warisan sang Papa. Kini berkat kerja keras Moses perusahaan sudah mulai stabil, bahkan mulai bergerak maju.

Renata gadis yang dikenal Moses di bangku kuliah. Tahun terakhir kuliah bagi Moses merupakan tahun pertama Renata berkuliah. Sekarang ini sudah hampir tiga tahun mereka menjalin hubungan, jadi sudah sangat saling mengenal, tak ada yang ditutupi lagi.

Moses juga sudah mengenal keluarga pacarnya itu. Menemui mama Renata bukan hal baru lagi bagi Moses. Sudah beberapa kali cowok itu berkunjung ke rumah orang tua Renata, meski tak pernah sekalipun menginap. Moses sangat menjaga etika. Bahkan bisa dibilang sangat kolot. Tak pernah terlintas dalam benak Moses untuk melakukan hal yang tidak sepatutnya pada Renata. Jadi Moses tak pernah merasa terbeban saat bertemu keluarga pacarnya itu.

Tak sampai tiga puluh menit mobil Moses sudah keluar dari rumahnya yang bergaya Belanda. Pemuda itu keluar dari mobil, berlari-lari kecil untuk mengunci gerbang dan kembali lagi ke mobil untuk segera meluncur pergi. Ke tempat kos Renata terlebih dulu baru kemudian ke kantor, itu rencana Moses.

Suasana tempat kos Renata sepi, maklum jam memang menunjuk ke angka sembilan untuk jarum pendek dan angka sebelas untuk jarum panjang. Penghuni kos yang rata-rata mahasiswi dan karyawan kantor sepertinya sudah pergi ke tempat mereka menimba ilmu dan mengais rejeki. Moses mengetuk pintu paling ujung, tak lama wanita setengah baya muncul membuka pintu.

"Eh, Moses. Renata mana? Kok gak ada di kos? Untung tadi Tante dikasih pinjam kunci serep sama yang punya kos." Wanita yang ternyata mama Renata mempersilahkan Moses masuk.

"Moses gak tau, Tante. Sudah seminggu ini kami gak ketemu. Semalam, Moses gak sengaja menemukan ponsel dan dompetnya di kamar tamu tempat Rena biasa istirahat."

"Lho? Kalo gak di rumahmu kemana perginya anak itu? Tante kira dia di sana. Mau Tante omeli kalau sampai berani nginap di tempat cowok." Mama Renata mendengkus kesal sambil menerima ponsel dan dompet yang diulurkan Moses.

"Dia tak pernah menginap kok, Te. Cuma kalau capek atau ngantuk setelah ngerjain tugas dia istirahat di kamar tamu rumah saya. Renata suka datang ke rumah karena saya punya perpustakaan yang cukup lengkap."

"Baguslah kalau kayak gitu, Ses. Kamu tau kan, punya anak cewek itu kayak telur di ujung tanduk, selalu bikin khawatir. Tante percaya sama kamu dan Tante harap kamu bisa menjaga kepercayaan itu."

"Siap, Tante. Moses pamit dulu ya, mau ke kantor."

"Iya, Hati-hati di jalan! Jangan ngebut! Terus, kalau nanti ada kabar si Rena, kamu kasih tau Tante," pesan mama Renata.

"Iya, nanti saya kabari. Jalan dulu, Tante."

Setelah berpamitan dan mencium tangan mama Renata, Moses bergegas menuju mobilnya. Langkah cowok itu sangat tergesa karena matahari yang semakin tinggi menunjukkan hari sudah semakin siang. Moses harus segera sampai di kantor.

Sementara itu, anak gadis yang tadi dicari tampak tertidur nyenyak di kamar villa milik Moses. Gadis itu sendirian karena Bi Minah sedang pergi ke pasar diantar oleh suaminya.

Suara benda pecah membuat tidur Renata jadi terusik. Gadis itu perlahan membuka matanya. Sepi, tak ada suara sedikitpun. Perlahan Renata turun dari tempat tidur dan mulai melangkah pelan untuk memeriksa barang apa yang tadi terdengar pecah.

Perlahan dan nyaris tanpa suara Renata membuka pintu kamar yang dia tempati. Begitu pintu terbuka, bau asap rokok segera membuat gadis itu mual.

Terpopuler

Comments

Irene Puspitasari

Irene Puspitasari

nanti akan tau kalo baca sampai ending 🤭

2024-01-18

0

FiaNasa

FiaNasa

apa jangan² Moses kembaran ya

2024-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!