Tak lama kemudian Renata juga masuk ke dalam kamar. Gadis itu langsung menghampiri teman baiknya yang saat ini berdiri di depan cermin.
"Lovely, tadi aku melihat suamimu!" Renata terkejut. "Oh ternyata dia menginap di kamar depan kamar kita!"
"Ya, aku tahu. aku juga baru saja melihatnya di depan sana," jawab Lovely santai sembari menghapus make-up di wajahnya.
Renata semakin mendekati Lovely dan bicara sedikit berbisik. "Kau melihatnya juga?"
"Mm."
"Ah! Lovely, dia sepertinya baru saja mandi, kau adalah wanita beruntung andai di cintai." Renata bicara menggebu. "Tubuh atletis nya seksi," imbuhnya dengan nada lebih rendah sembari menggigit bibir bawahnya.
"Ya... Andai dicintai." Lovely manggut-manggut, sedetik kemudian mata gadis itu melotot ke arah Renata. "Sudah-sudah! bahas apaain sih!" Lovely menabarak tubuh Renata, gadis itu masuk ke dalam kamar mandi.
Hahah! Tawa puas Renata karena sudah berhasil menggoda Lovely.
Sementara Lee saat ini juga sedang uring-uringan dengan perasaannya sendiri.
"Hah! Apa tadi? dia bahkan cuek padaku dan hanya menatapku sekilas lalu masuk ke dalam kamarnya!" Lee tersenyum miring, kepalanya menggeleng-geleng.
"Hah, Lee ...Memgapa kau mengingatnya! ini lebih baik... Ini lebih baik!" Lee mengusap wajahnya kasar.
Esok pagi.
Saat Renata bangun tidur, gadis itu melihat teman baiknya sudah rapih yang saat ini duduk di depan meja rias, sedng berdanda.
Renata melihat jam tangannya.
Pukul tujuh?
Renata menatap Lovely lagi. "Mau pergi kemana?" tanyanya dengan nada sedikit keras.
Lovely menoleh, ternyata temannya sudah bangun tidur, karena sudah selesai make-up, Lovely berdiri dan menghampiri Renata yang masih malas-malasan di atas ranjang.
"Bagaimana menurut kamu pakaian ini?"
Renata memperhatikan pakaian Lovely dari bawah sampai atas. "Cantik." Renata terdiam sejenak. "Sebenarnya mau pergi kemana? kau seperti mau dinas saja."
"Semalam sebelum aku dan tuan Wiliam berpisah, dia memberikan pakaian ini untukku. Katanya aku harus memakainya karena hari ini mau diajak bertemu dengan orang penting." Lovely manggut-manggut.
"Tapi... Aku sebenarnya kurang nyaman karena aku bukan gadis pengusaha." Lovely menatap pakaiannya. "Dan stelan jas ini, aku merasa tidak pantas untukku," imbuhnya.
Renata turun dari ranjang menghampiri Lovely.Kemudian memeluk temannya itu. "Kamu pantas karena kamu cantik, aku aja iri padamu."
Lovely melerai pelukannya dan mencubit hidung pesek Renata. "His, bisa aja kamu."
Hahaha. Tertawa bersama.
Lovely melihat jam tangannya. "Aku pergi ya, dia sudah menungguku. Em... Kita pulang hari ini sepertinya waktunya akan tertunda nanti sore."
"Sudah tidak masalah, pergilah, " sarkas cepat Renata sembari mendorong Lovely untuk segera pergi, dua gadis itu kembali tertawa bersama.
Klek!
Lovely keluar kamar, namun seketika matanya melihat dua orang yang tak ingin ia lihat, tangan Lovely tiba-tiba saja mengepal, senyum sumringah sewaktu di dalam kamar tadi langsung perlahan memudar, wajahnya berubah dingin.
Sakura dan Lee yang tadinya sedang berbincang begitu mendengar suara pintu di buka keduanya langsung menoleh.
Tatapan Lee dan Lovely saling bertemu sebelum akhirnya Lovely memutus pandangan itu lebih dulu dan berjalan pergi dengan langkah tegas.
Pagi-pagi sudah pamer pacaran, seperti gak ada waktu!
Lovely mempercepat langkahnya.
Stelan jas warna keemasan yang pas di tubuh Lovely, serta rambut panjangnya yang terayun seiring gadis itu melangkah. Pagi ini terlihat sangat cantik di mata Lee.
"Lee, siapa wanita tadi?" tanya Sakura, ia memang belum tahu seperti apa wajah istrinya Lee. Lebih tepatnya gak mau cari tahu karena mengklaim Lee masih miliknya seorang.
Lee dari tadi sempat terus menatap kepergian Lovely, kini berganti menatap Sakura. "Istriku."
"Istrimu!"
"Ya." Lee tampak sedang berpikir. "Hari ini aku tidak bisa menemanimu jalan-jalan."
"Tapi Lee."
"Maaf." Lee menahan tubuh Sakura yang ingin ikut masuk, kemudian Lee kunci pintu itu.
"Ah! kenapa seperti ini sih!" Sakura geram, kemudian menatap ke arah Lovely pergi tadi. "Aku harus mengikuti wanita itu!"
Sakura benar-benar mengikuti Lovely, sampai akhirnya melihat Lovely bertemu dengan seorang pria.
"Bukankah itu... Wiliam," gumam Sakura.
*
*
*
Dua minggu sudah setelah kejadian di bali waktu itu, Lee terus kepikiran Lovely, apa lagi gadis itu sepulang dari Bali sudah tak tinggal di rumahnya, karena ayah Danu sakit dan Lovely harus merawatnya tak tega tinggal pergi.
"Tuan, bagaimana menurut Anda mengenai proyek pembangunan di Bandung, yang sepertinya ada tikus-tikus yang sengaja membuat pembangunan terhambat?"
Merasa tidak ada jawaban dari tuanya, Yupiter perlahan menatap wajah Lee, dan langsung membuang nafas berat saat tahu tuannya saat ini tengah melamun.
Dengan sabar Yupiter kembali memanggil Lee. "Tuan... " Yupiter melambaikan telapak tangannya di depan wajah Lee.
"Ah! Sampai mana tadi penjelasannya?" Lee baru sadar dari lamunan, ekpresi wajahnya terlihat limbung.
"Ada seseorang yang menghalangi pyoyek-,"
"Hah!"
Yupiter tak melanjutkan ucapannya saat mendengar helaan nafas berat Lee. Tanpa perlu dijelaskan ia tahu Lee saat ini sedang marah.
Masalah pria itu sangat banyak, sebenarnya Yupiter tak mau menyampaikan masalah ini, tapi ya harus bagaimana lagi?
"Aku sedang tidak ingin memikirkan masalah, Yupiter. Aku serahkan ke kamu dan selesaikan semua kekacauan itu!" tegas Lee.
"Baik, Tuan."
"Dan jika kau tak puas memukul mereka, maka tembak saja sampai mereka mati!" lanjutnya.
"Baik, Tuan."
Setelah itu Yupiter keluar dari ruang kerja Lee, sedang mendapat tugas penting dari tuannya, maka Yupiter segera melaksanakannya.
Malam hari.
Di rumah minimalis.
"Ayah, coba lihat rembulan itu... Sangat terang." Lovely menunjuk langit.
Ayah Danu tersenyum. "Benar, Nak. Membuat Ayah jadi teringat ibumu." Mata Ayah Danu berkaca-kaca.
Lovely memeluk ayahnya, saat ini mereka sedang duduk di teras rumah.
"Ibu sudah bahagia, Ayah. Ayah harus iklas."
Namun ayahnya malah menangis.
"Ayah... " Lovely sedih.
Lovely memeluk ayahnya sampai bahu ayahnya yang kokoh itu sudah tak bergetar tanda sudah tak menangis lagi.
Lovely menatap wajah ayahnya yang tampak sedih, tangannya mengusap air mata yang membasahi pipi sang ayah. "Ayah... Ayo masuk ke dalam rumah, Ayah kan masih belum sehat."
Ayahnya menurut, kemudian mereka masuk ke dalam rumah.
Sementara Lee saat ini sedang menuju perjalanan pulang, ponsel pria itu berdering terus tanda ada telepon masuk, namun Lee abaikan karena malas mengangkat padahal baru membaca nama yang tertera di layar yaitu Sakura.
Di tempatnya sana, Sakura marah-marah. Kesal dengan sikap Lee yang udah dua minggu ini abaikan dirinya.
"Lee... ada apa dengan kamu! Aku gak bisa kehilangan kamu Lee, aku gak bisa...."
Gadis itu terus saja mengamuk tak terima.
Sedangkan, mobil Lee yang saat ini sudah sampai di halaman rumah pria itu. Di luar mobil sudah ada pengawal yang membukakan pintu mobil untuk Lee, namun tuannya belum mau keluar.
Yupiter jadi kasihan melihatnya, ia tahu kalau saat ini tuannya dalam kebimbangan.
"Tutup lagi pintunya," bicara tanpa melihat pengawal di luar mobil.
"Yupiter, putar balik mobilnya."
Yupiter pun ahirnya menyalakan kembali mesin mobil dan meninggalkan rumah utama. Di sepanjang jalan Lee hanya melamun sembari menatap jalanan.
Sampai ahirnya mobil tiba di depan rumah minimalis. Mobil itu berhenti, Lee menatap bangunan rumah itu dari dalam mobil.
Awalnya lampu dalam sebuah kamar masih menyala, namun tak lama kemudian dimatikan oleh pemiliknya.
Selamat tidur Lovely.
Lee tersenyum kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mira NR
nah kan🤣🤣
2024-06-23
0
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
kapookkkk 😏😅
2024-05-01
0