Pagi hari.
"Cantik."
Satu kata dari Renata, gadis itu memuji Lovely sembari mengedipkan mata.
Lovely menatap tampilannya di depan kaca, bibir gadis itu tersenyum.
Renata memeluk lengan Lovely. "Ayo turun sekarang semua pasti sudah menunggu."
Lovely menoleh dan Renata langsung menarik Lovely keluar kamar.
Setibanya di tempat acara memang benar kalau keluarga wiliam sudah menunggu.
"Anak manis mengapa lama sekali?" Ayo masuk sini." Mamanya Wiliam langsung heboh melihat Lovely.
Lovely berjalan masuk mengikuti mamanya Wiliam yang saat ini menggandeng tangannya. Renata mengikuti di belakang mereka.
Mereka semua sekarang berdiri di depan pinta yang membentang.
"Sebelum pemotongan pita tanda peresmian restoran ini... Saya mau bicara sedikit hal, " ucap papanya Wiliam.
Semua orang yang hadir tampak mengangguk dan siap mendengarkan.
Papanya Wiliam menatap semua orang yang hadir. "Di tempat wisata ini tentunya banyak restoran cepat saji... Tapi menu yang berbeda restoran saya sajikan mudah-mudahan bisa membuat para pengunjung nyaman dan happy dalam liburannya."
Di akhir kata papanya Wiliam bicara semua orang yang hadir bertepuk tangan. Pria yang sudah tak lagi muda itu tersenyum bahagia.
Kemudian papanya Wiliam bediri mengarah ke pita yang membentang. Semua orang tampak tersenyum.
"Kita hitung sama-sama, ya... " teriak mamanya Wiliam.
"3 ... 2 ... 1 .... "
Tali pita di potong dan bersamaan itu riuh tepuk tangan. Semua orang mengucapkan selamat pada papanya Wiliam.
"Lovely apa kamu senang liburan di Bali?" tanya Renata, gadis itu menatap Lovely yang saat ini sedang makan.
"Lumayan," jawabnya sambil tersenyum kemudian menyuap makanan.
Renata melihat sekelilingnya yang juga banyak orang yang makan. "Menurut aku papanya bos Wiliam itu hebat ya, punya banyak restoran dan selalu punya chef handal."
"Ya, itu sudah menjadi kehebatannya." Lovely menyahut.
"Hai, kalian ternyata ada di sini? Aku cariin sedari tadi."
Renata dan Lovely seketika menoleh begitu mendengar suara seseorang.
"Eh, Pak Bos."
"Tuan Wiliam."
Lovely dan Renata tersenyum ke arah pria itu.
Lovely awalnya menatap wajah Wiliam namun perhatiannya berganti dengan piring yang pria itu pegang. Lovely mengerutkan dahi.
"Em, saya datang kemari... Mencarimu mau memberikan makanan ini... cobalah Anda cicipi, Nona ... Lovely." Tatapan Wiliam hangat.
Lovely menatap Reanta, yang ditatap malah senyum-senyum menggoda kearahnya.
Pak Bos mengapa romantis banget.
Renata jadi iri, pengen juga ada pria yang perhatian padanya juga.
Lovely berdeham sebelum akhirnya bicara, "Terimakasih, Tuan. Anda jadi repot-repot."
"Ah, tidak-tidak. Ayo cicipilah," sela Wiliam cepat kemudian duduk di sebelah Lovely.
Lovely tersenyum-senyum tak enak, mau tak mau gadis itu akhirnya mencicipi makanan di piring yang Wiliam bawa.
Sore harinya mereka kembali di kamar hotel.
Lovely sedang tiduran, sedangkan Renata menyiapkan pakaian untuk pesta nanti malam.
Sepertinya gaun ini cocok untuk Lovely.
Renata tersenyum miring, ia sedang memikirkan sesuatu yang Lovely tak tahu.
"Saya mau membeli dua gaun ini." Renata memberikan kartunya untuk transaksi.
Setelah transaksi selesai, Renata kembali ke kamar hotel.
Malam harinya.
"Wah... Kamu cantik banget, Lovely... " teriak Renata, gadis itu puas melihat penampilan Lovely malam ini.
Tapi Lovely tak suka. "Aku mau ganti gaun, apa kau mau menjadikan aku seperti wanita malam? Lihatlah ini!" Lovely menatap tajam Renata sembari menunjuk gaun bagian dadanya yang bermodel dada rendah.
Renata tersenyum, mengusap lengan Lovely. "Jangan marah, jangan marah. Ada kejutan untuk kamu malam ini."
Lovely membuang nafas berat, ia tampak kesal, tapi ya sudahlah karena Renata memaksa jadi ia menuruti saja.
Mereka berdua berjalan keluar hotel, malam ini akan ada acara pesta ulang tahun yang diselenggarakan di pinggir pantai.
Begitu melihat Lovely dan Renata sudah datang, Wiliam menyambut Lovely.
"Hai, Anda sudah datang?" sapaan ramah Wiliam.
"Mm." Lovely tersenyum kecil, wajah gadis itu tampak tak nyaman karena gaun yang dirinya pakai.
Malam ini Lovely terlihat sangat cantik di mata Wiliam, pria itu menatap wajah gadis itu tanpa berkedip. Bagaimana tidak? gaun warna merah yang pas ditubuh seksinya serta belahan dada rendah sangat cocok di kulit putih Lovely.
"Ayo kita duduk di sana," ajak Wiliam sembari mempersilahkan mereka berdua untuk berjalan lebih dulu.
"Renata, aku sangat malu!" Lovely berbisik di telinga Renata, gadis itu menekan kata-katanya.
Saat ini mereka sedang berjalan beriringan. Renata hanya tersenyum simpul, benar-benar menjengkelkan.
Gadis itu kemudian duduk dengan kasar, wajahnya ditekuk, kesal sekali.
"Sudah... jangan cemberut, nikmati malam ini," goda Renata tanpa bersalah sudah membuat temannya kesal.
Lovely hanya melirik Renata malas, dan Renata malah tertawa terbahak-bahak.
Apanya yang lucu coba.
Di saat hatinya sedang kesal karena ulah Renata, tanpa sengaja mata Lovely melihat seseorang yang tak asing wajahnya.
Dia ada di sini!
Lovely tak percaya dengan apa yang dilihatnya, gadis itu mengucek matanya dan saat melihat lagi ke arah yang sama, ternyata ia tak salah lihat orang.
"Nona Lovely, mau kah Anda berdansa dengan saya?" Wiliam mengulurkan tangannya.
Lovely yang sehabis melamun langsung tergagap. "Hah, apa?"
"Mau, Lovely mau berdansa." Renata yang menjawab sembari menarik Lovely untuk berdiri.
"Ren aku-,"
"Sudah-sudah, berdansalah malam ini dengan Pak Bos, " sela Renata cepat memotong ucapan Lovely.
"Jika kamu ingin membuat suami kamu cemburu, dan membuktikan kalau kamu juga bisa melupakannya, berdansalah," bisik Renata sebelum akhirnya mendorong Lovely berjalan pergi bersama Wiliam.
Semua orang berdansa di pinggir pantai itu. Hanya beberapa saja yang milih duduk, termasuk Renata. Gadis itu juga ingin berdansa hanya saja tidak miliki pasangan.
Lovely berdansa dengan Wiliam, setiap gerak-gerik gadis itu tak lepas dari pandangan Lee. Meski saat ini pria itu juga sedang berdansa dengan Sakura, tapi mata dan pikirannya tertuju pada Lovely.
"Lee... Tatap aku," suara lembut Sakura, tangannya meraih dagu Lee supaya menatapnya.
"Apa yang kamu perhatikan sedari tadi? ini adalah pesta ulah tahunku," lanjut Sakura, menatap dalam mata pria itu.
Lee memaksakan bibirnya tersenyum. Namun hal yang tak terduga Sakura mencium bibir pria itu, dan bertepatan itu Lovely menoleh dan melihatnya.
Pukul sembilan malam Lee kembali ke kamar hotel, pria itu tak hiraukan Sakura yang tadi sempat mencegahnya.
Arghh!
"Kenapa aku harus tak terima melihat dia dengan pria lain?" Lee terkekeh. "Hah, tidak-tidak." Menggelengkan kepalanya. "Aku tak mungkin cemburu. " Mengangguk yakin. "Ini karena belum terbiasa... Ya, karena belum terbiasa."
Lee kemudian mandi kerena merasa gerah. Tak perlu lama kemudian keluar. Namun baru saja menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba mendengar pintu kamar hotelnya diketuk.
"Siapa sih?" gumam pria itu kemudian berjalan menuju pintu.
"Tuan, apakah Anda benar Tuan Lee?" tanya seorang pria pelayan hotel.
"Ya," jawab Lee singkat, namun tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan saat melihat seseorang yang mau membuka pintu kamar hotel orang itu.
Mengapa dia hanya menggunakan handuk kecil yang melilit di pinggangnya? Memamerkan perutnya yang kotak-kotak. Hah, mau menggodaku?
Lovely menoleh menatap Lee dengan ekpresi datar sebelum akhirnya membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mira NR
lovely yg dansa, aku yang mesem mesem.😁
2024-06-23
0