Satu minggu kemudian sudah, Lovely menjadi istri Lee, dan setiap harinya setelah Lee berangkat kerja, pasti Ibu Yun Hera akan menyuruhnya ini itu menyelesaikan pekerjaan rumah. Tugas pelayan dikasihkan ke Lovely.
Seperti hari ini Lovely di suruh beresin semua kamar tamu yang jumlahnya ada lima.
"Ini semua barang-barangnya di elapin semua biar bersih."
"Itu juga dan itu juga." Ibu Yun Hera menujuk lemari dan meja yang ada barang-barang patung kecil-kecil. "Semua harus bersih, kamu paham?" Menatap Lovely.
"Paham, Ibu." Lovely menjawab cepat.
"Ela, awasin dia!" perintahnya pada pelayan pribadinya.
"Baiklah, Nyonya." Ela patuh.
Ibu Yun Hera kemudian keluar dari kamar itu dengan gayanya yang sombong.
Dan Lovely segera menjalankan perintah ibu mertuanya itu, lovely pertama beresin tempat tidur, yang sebenarnya masih rapih, karena jarang dipakai juga.
Setelah kamar tidur selesai, Lovely berganti mengelap debu di lemari juga meja, debu lumayan ada karena mau tempat itu sebersih apa pun pasti tetap berdebu.
Setelah meja dan lemari selesai, giliran Lovely mengelap patung kecil-kecil yang imut dan lucu, melihatnya saja sudah membuat Lovely gemas.
Untuk tiga patung sebelumnya yang Lovely bersihkan debunya itu aman, tapi entah kenapa untuk patung yang ke empat kesialan menimpa Lovely.
Patung itu terasa licin saat Lovely pegang dan berakhir jatuh hingga patah, kepala dan badannya kini terpisah.
Lovely menutup mulutnya yang menggangga melihat patung itu.
"Nona," ucap Ela saat melihat wajah ketakutan Lovely melihat patung itu jatuh.
Ela berjalan mendekat. "Biar saya ambil saja patungnya itu."
Lovely menggelengkan Kepalnya melihat Ela yang kini sedang mengambil patung yang patah itu.
Lovely segera menahan tangan Ela hingga menbuat Ela urung untuk memegang patung itu padahal tinggal sejengkal lagi jarak tangannya tadi dengan patung yang di lantai itu. "Bagaimana jika ibu tahu? Mampus aku." Lovely menepuk jidatnya.
"Non-, " ucapan Ela terhenti saat suara tak asing kembali ia dengar.
"Sedang apa kalian? kenapa malah mengobrol?" suara tegas mengintimidasi Ibu Yun Hera, yang berjalan mendekat.
Lovely jadi deg-deg-an. Menatap Ibu mertuanya yang berjalan mendekat.
Hah! Siap-siap diomelin nenek lampir
Dan benar saja, Ibu Yun Hera langsung memaki begitu melihat patung itu.
"Lovely ... Apa yang kau lakukan, hah!" menatap tajam Lovely.
"Patung ini harganya mahal ... Kau tak akan sanggup menggantinya!" teriaknya menggema keras di ruangan itu.
"Maaf, Ibu." Lovely menundukkan kepalanya.
"Dasar miskin ... " teriaknya sambil mendorong Lovely hingga gadis itu jatuh ke lantai.
Bruk!
"Nona!" Ela terkejut.
Ibu Yun Hera membuang nafas berat sembari menatap tajam Lovely, kemudian pergi dari kamar itu.
"Nona, mari saya bantu." Ela membantu Lovely untuk bangun.
"Terimakasih, Ela." Lovely mengusap lengannya yang terasa sakit, karena tadi tertindih tubuhnya dan terkena hantaman lantai yang keras.
"Nona lengan ada yang sakit terlihat memerah." Ela memperhatikan lengan Lovely. Karena saat ini Lovely memakai baju ber-lengan pendek, hingga memar itu dapat terlihat.
Lovely ikut melihatnya. "Biarkan saja nanti juga hilang," ucapnya sembari menghela nafas tak semangat.
Ela tak mau memaksa lovely yang tak mau diobati, dan sangat merasa kasihan melihat Lovely yang tetap terus menyelesaikan pekerjaannya meski lengannya dalam keadaan sakit.
Sering Ela melihat Lovely meringis kesakitan saat menyelesaikan pekerjaannya, namun tak bisa berbuat apa-apa.
Dan ahirnya tepat siang hari kelima kamar tamu itu telah rapih, Lovely baru bisa istirahat.
"Nona, makanlah. Tadi pagi Anda belum makan, kan? " Ela mengantar makanan ke kamar Lovely.
"Ela, aku memang belum makan nasi. Tapi aku makan roti," jelas Lovely.
"Tapi Anda harus makan nasi, Nona. Karena kalau Anda sakit, tuan Lee akan memarahi semua pelayan di rumah ini."
"Baiklah aku akan makan." Lovely meraih piring yang berada di tangan Ela. "Nih aku makan." Memasukan sesuap sendok ke dalam mulut.
Ela tersenyum.
"Lovely! "
Lovely langsung menghentikan mengunyah makananya.
"Enak sekali kamu sedang makan di dalam kamar!" hardik Ibu Yun Hera yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Lovely.
Ibu Yun Hera menatap sinis. "Selesai makan langsung masak sup untuk saya makan siang!" ucap tegasnya tak terbantahkan.
Kemudian pergi dari kamar Lovely.
Lovely seketika menghela nafas panjang, dan setelah selesai makan, Lovely langsung turun ke dapur dan mulai menyiapkan bahan untuk menu sup.
Hari ini Lovely hanya masak sup aja dan hanya masak untuk mertuanya, tidak seperti kemarin-marin yang memasak untuk seluruh penghuni rumah.
Jadi saat ini Lovely tak sendirian di dapur, ada koki dapur yang juga sedang memasak di sana.
"Bibi, untuk sup biasanya ibu suka yang seperti apa?" Lovely bertanya pada koki itu.
"Sedikit asin, nyonya suka asin." Jawab Koki itu.
"Baiklah, terimakasih Bibi." Lovely tersenyum.
Tiga puluh menit ahirnya sup yang Ibu Yun Hera minta kini telah matang dan telah disajikan di meja makan.
Ibu Yun Hera kini sudah duduk di kursi meja makan, Lovely menuangkan kuah sup ke dalam mangkuk, kemudian ia berikan ke mertuanya.
"Silahkan, Ibu."
Ibu Yun Hera meraih mangkuk itu dan kini mulai mencicipi sup hasil masakan Lovely.
Ibu Yun Hera menyemburkan keluar kuah sup yang sudah masuk ke mulutnya. "Apa-apa an ini rasanya!" bentaknya sampai membuat Lovely kaget juga beberapa pelayan yang berada di dapur.
"Kenapa rasanya asin sekali ... Apa kau ingin meracuni aku, hah! " Ibu Yun Hera membanting sendok ke meja.
"Maaf, Bu. Maaf," ucap Lovely hanya kata-kata itu yang bisa ia ucapkan untuk menyelamatkan diri.
"Maaf-maaf! Buatkan saya sup lagi!" bentaknya sembari beranjak pergi dari ruang makan.
Lovely langsung elus dada mengucap sabar, entah apa yang salah, padahal saat ia cicipi sendiri saat ini rasanya tidak asin.
Lovely ahirnya membuatkan sup yang baru untuk ibu mertuanya, dan seperti tadi setelah tiga puluh menit memasak, supnya pun sudah jadi.
Ibu Yun Hera langsung mencicipinya lagi setelah Lovely memberikan semangkuk sup.
Tapi kali ini yang Ibu Yun Hera komplain bukan asin lagi tapi rasa hambar. Bahkan kemarahannya sampai membuang mangkuk itu ke lantai hingga pecah.
"Dasar menantu tidak berguna! Mending Lee ceraikan kamu!" ucap pedas Ibu Yun Hera sebelum pergi meninggalkan Lovely yang menangis.
Aku memang miskin, kami memang miskin. Tapi tak perlu dihina miskin dan miskin juga, kan? batin Lovely bersedih.
Lovely kemudian berlari naik ke lantai tiga tempat kamarnya berada, meninggalkan ruang makan, tak peduli dengan kacaunya tempat itu sekarang.
*
*
*
Malam hari.
Lovely yang belum bisa tidur tiba-tiba mendengar nada pesan masuk di ponselnya.
Lovely kemudian duduk sembari sandaran di sandar ranjang. Membaca pesan masuk yang ternyata pesan dari ayahnya.
Wajah Lovely mendadak berubah sedih bahkan meneteskan air mata setelah membaca pesan dari ayahnya.
Lovely menoleh menatap Lee yang sudah tidur di sebelahnya dengan wajah sedihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mira NR
lovely/Cry//Cry//Cry/
2024-06-03
0
Anita Jenius
Salam kenal thor.
ceritanya keren banget.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
2024-04-30
1