BAB 10. TUBUH ATLETIS

Huh dasar ibu mertua aneh! ini salah itu salah, mau nya apa sih?

Lovely ngedumel dalam hati sembari memasuki kamarnya. Gadis itu menutup pintu dengan kasar dan berjalan menuju ranjang kemudian melepar tasnya sembarangan.

Tubuhnya langsung ambruk di kasur empuknya, Lovely membuang nafas kasar. "Sabar Lovely, sabar...."

"Kau kenapa?"

Suara Lee, tiba-tiba pria itu muncul. Lovely menoleh dan melihat pria itu yang ternyata habis selesai mandi.

Glek!

Lovely menelan ludah kasar.

Ada apa denganku?

Lovely kagum melihat tubuh atletis milik Lee sampai membuatnya membeku dan tak menyadari kalau saat ini Lee sudah berdiri tepat di depannya.

Pria itu menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Lovely. "Helo... Lovely!"

"Ah, iya!" Lovely reflek berdiri. "Ada apa? bagaimana? ada yang mau saya bantu?"

Ah lovely kau kenapa sih? gara-gara tubuh atletis kau jadi tak waras seperti ini?

"Aku bertanya kamu kenapa tadi berteriak?" tegas Lee dengan mengulang pertanyaan yang membuatnya penasaran sejak tadi.

"Ah, itu." Lovely tersenyum. "Saya harus lebih sabar menghadapi ibu, " jawabnya jujur, tanpa ada yang Lovely tutupi.

Baginya tak masalah Lee tahu hubungannya dengan mertua sangat buruk. Karena Lovely gak mau pura-pura baik-baik saja.

"Oh, sudahlah tidak usah kau pikirkan. Sekarang kamu mandilah."

Setelah berkata seperti itu Lee berjalan ke ruang ganti. Meski tadi respon Lee hanya biasa saja tapi pria itu juga memikirkan cara supaya kedua wanita itu bisa akur.

Sementara itu Lovely saat ini hanya bisa menelan ludah kasar, hatinya sedikit kecewa. Sebagai istri ia ingin lebih di bela tapi ya sudahlah.

*

*

*

Keesokan harinya.

Sekarang Lee bersam Yupiter juga Lovely sedang berada di proyek pembangunan Mall.

"Woah ini besar sekali," gumam Lovely sembari menatap pembangunan yang sudah 89℅, yang sebentar lagi sudah mau selesai.

"Kira-kira mencapai berapa uang ya untuk pembangunan ini." Lovely tergelak tawa, menertawakan dirinya sendiri yang tak miliki uang sebanyak itu.

Saat ini Lee sedang bicara dengan orang kepercayaannya yang ditugaskan mengawasi jalannya proyek ini sampai selesai nanti.

"Seperti yang Tuan Lee mau satu bulan lagi kami yakin akan selesai dan akan kami usahakan selesai," kata Pria itu.

Lee memandagi gedung proyek itu. "Aku sudah tidak sabar ingin melihat hasilnya."

"Kami akan berusaha untuk tidak mengecewakan Anda Tuan." Pria itu menjawab cepat sembari ikut melihat gedung proyek itu.

"Mm." Lee bergumam. Kemudian melihat jam tangannya. "Sepertinya kunjungan saya saat ini cukup. Masih banyak pekerjaan di kantor."

"Baiklah Tuan, tidak apa-apa." Pria itu menunduk hormat.

Lee kemudian berjalan pergi dari sana, Lovely melangkah cepat ingin menjajarkan langkahnya dengan Lee.

"Tuan, di hari peresmian Mall nanti bolehkah saya yang memotong pita."

Suara pelan Lovely, Yupiter yang berjalan di sebelah kiri Lee tak begitu mendengar.

Ngomong apa sih mereka?

Namun siapa sangka Lee menanggapi dengan tersenyum. Lovely melebarkan matanya kalau saat ini bukan mimpi melihat Lee tersenyum.

Ah ini pertama kali ku melihat dia tersenyum manis.

"Boleh." jawab Lee.

Mereka sudah sampai di dekat mobil dan segera masuk ke dalam, mobil pun melaju pergi meninggalkan area itu.

Di rumah Ayah Danu.

Seorang gadis cantik berpakaian tomboy sedang mengetuk pintu rumah Ayah Danu.

"Siapa ya, Ayah," ucap Sasa sedikit heran siang-siang ada tamu.

"Coba kamu lihat siapa?" pinta Ayah Danu.

"Ok Ayah." Sasa bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama.

Suara ketukan kembali terdengar.

"Iya sebentar!" suara lantang Sasa. Menjawab dari dalam supaya orang di luar sana mendengar.

Pintu Sasa buka Dan bersamaan itu ia menyapa.

"Siapa ya?"

"Kak Renata..." Sasa seketika berteriak melihat seseorang yang datang adalah sahabat kakaknya Lovely.

"Hai cantik, apa kau sudah sembuh?" Renata memeluk Sasa.

"Aku sekarang sudah sehat, Kak." Sasa balas memeluk Renata.

"Syukurlah kalau begitu." Renata melerai pelukannya. "Di rumah dengan siapa?" Menatap Sasa.

"Di rumah sama Ayah, Kak."

"Pas banget dong kalau ada Paman." Renata girang, "Aku kangen masakan nasi goreng Paman," bisiknya di telinga Sasa dan seketika mereka tertawa bersama.

Sasa memukul pelan lengan Renata. "Ah, Kakak bisa saja." Sambil tertawa.

"Sakit." Renata mengusap lengannya dengan wajah memelas.

Sasa tertawa melihat tingkah Kak Renata. "Sorry-sorry, ayo masuk Kak." Menggandeng tangan Renata.

"Siapa Sa yang datang!"

Suara lantang ayah Danu dari dalam.

"Kak Renata, Ayah..." balas Sasa juga berteriak.

Di dalam sana ayahnya mengangguk mengerti.

"Suttt, jagan teriak-teriak, " ucap Renata mengingatkan seraya meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.

Sasa mengangguk disertai senyum.

"Hai, Paman. Apa kabarnya, sudah lama aku gak ketemu, Paman."

Ayah Danu langsung berdiri saat disapa Renata, gadis itu mencium punggung tangan Ayah Danu, menghormati yang lebih tua.

"Paman sehat," jawabnya.

"Aku datang kemari mau menjenguk Sasa, Paman." Renata menatap Sasa. "Memastikan kalau adik sahabat aku ini sudah benar-benar sehat..." Renata gemas mencubit pipi Sasa.

"Kak..." Sasa kaget. Yang disusul gelak tawa semua orang.

*

*

*

Malam hari.

Saat ini Lee baru saja keluar dari restoran bintang lima, pria itu tampak berjalan terus berjalan yang diikuti seorang gadis di belakangnya. Langkahnya berhenti setelah sampai di pagar pembatas pinggiran sungai.

Angin malam yang bertiup sedikit kencang menggerakkan rambut Lee, tatapan mata pria itu begitu dalam dan tajam melihat lurus ke depan dimana hanya ada gelap gulita.

Sungai ini sangat panjang, Lovely mengingat di sepanjang jalanan tadi ada sungai.

"Hem... anginnya sangat terasa segar." Lovely memejamkan matanya dengan bibir tersenyum. "Terimakasih ya, Tuan. Sudah mengajak saya kemari. Pikiran saya menjadi fresh, tenang dan nyaman."

Lee tak menjawab, pria itu hanya menoleh menatap Lovely yang ternyata gadis itu sedang memejamkan matanya. Rambut gadis itu bergerak mengikuti terpaan angin malam.

Tiba-tiba mendengar suara deru mobil yang terdengar seperti berhenti di belakang mereka. Keduanya reflek menoleh ke belakang bersamaan, ternyata Yupiter yang datang, pria itu saat ini membuka jendela kaca mobil.

"Tuan, mau pulang sekarang? " teriaknya dari dalam mobil.

Lee mengibaskan tangannya tanda belum mau pulang. Yupiter pasrah dan menunggu di dalam mobil.

Pandangan Lee beralih ke Lovely. "Apa kau tahu hadiah yang bagus untuk anak ulang tahun?"

"Anak ulang tahun?" ulang Lovely dengan mata melebar menatap Lee.

Lee mengangguk kecil.

"Siapa yang akan ulang tahun?" Lovely penasaran.

"Lisa."

Oh Lisa.

Lovely berpikir. "Boneka, iya anak perempuan suka boneka," ucap Lovely antusias.

Lee membuang nafas berat tampak malas dengan jawaban Lovely. Menoleh ke arah lain. "Dia sudah banyak boneka."

"Kalau begitu diajak jalan-jalan saja, dia pasti suka. Masih ingat waktu itu dia minta diajak jalan-jalan, kan?" sahut Lovely dengan cepat.

Kali ini Lee tampak setuju, itu terlihat saat bibir pria itu menyungging senyum.

"Kalian kan saudara kandung, saya rasa Lisa pasti akan menyukai," tambah ucap lovely.

"Kami bukan saudara kandung," jawab Lee tiba-tiba.

Deg!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!