Pukul sebelas malam Lovely duduk di kursi meja kerjanya, sedari tadi gadis itu hanya mencoret-coret kertas, tak ada kegiatan yang ia lakukan.
Ekpresi wajahnya datar, auranya gelap, tatapannya tajam.
Gadis itu hanya marah, marah namun harus ia pendam, hingga membuatnya saat ini menjadi sosok yang dingin.
"Kau belum tidur?" Lee baru pulang setelah menghadiri pesta bersama Sakura.
Mendengar suara yang sangat ia kenal, Lovely menoleh, tatapan gadis itu semakin menusuk tajam. Helaan nafas berat gadis itu sampai Lee dengar. Pria itu masih berdiri di posisinya.
Lovely berdiri dan menggeser kursi dengan kasar hingga menimbulkan suara tak enak di dengar.
Gadis itu berjalan perlahan mendekati Lee, tatapannya yang tajam mengunci menatap pria di ujung sana, hingga akhirnya berdiri tepat di depan pria itu.
Lovely tersenyum miring. "Masih ingat pulang ternyata." Lovely membuang muka.
"Maksudmu? Ini kan rumahku."
"Hah!" Lovely menoleh menatap Lee. "Ya, ini benar rumah Anda."
"Ada apa dengan mu?"
Hah! ada apa ada apa katanya? Dasar pria tidak peka!
Lovely memutar bola mata malas dan semakin tajam menatap pria itu. "Siapa wanita tadi?"
Lee masih terdiam, memperhatikan Lovely yang sangat berbeda sikapnya malam ini. Kemana perginya gadis polos itu?
Mendengar Lovely membuang nafas kasar barulah Lee menjawab, "Dia kekasihku yang selama ini di Amerika."
Tatapan Lovely semakin tajam pada pria itu setelah Lee berkata jujur. Sakit tak berdarah itulah dirinya sekarang. Mungkin jika dirinya belum jatuh cinta pada pria itu, semua akan terasa berbeda.
Mungkin ia bisa tertawa dan berterimakasih pada wanita itu bisa juga akan menganggapnya sebagai dewi penolong, berkat dia kembali maka dirinya akan cepat bebas dari kontrak nikah yang Lee buat.
Tapi? tapi kenyataannya berbanding terbalik, dirinya telah jatuh cinta, merasa nyaman setiap di dekat suaminya. Kemudian wanita dimasa lalu kembali, jelas Lovely tak terima.
Gadis itu hanya mampu mengepal kuat, dadanya bergemuruh, tatapannya semakin tajam.
"Lalu bagaimana denganku?"
Dengan bodohnya Lovely malah bertanya hal itu, menunjukan harapan dirinya ingin diakui sebagai istri.
"Bagaimana gimana?" Lee bingung. Namun tak terduga respon Lovely sampai membuat Lee kaget.
"Anda punya kekasih. Ya, saya tahu itu sebelum Anda bersama saya. Jika sekarang dia kembali... Saya bagaimana?" Lovely sangat kesal, ia membuang muka.
Lee menghela nafas sebelum menjawab. "Kau terserah, jika mau punya pacar. Pernikahan kita hanya sementara." Lee berjalan sembari mengendurkan dasi kemudian masuk ke kamar mandi.
Ahrg! Lovely terduduk lemas di lantai, air mata yang sejak tadi gadis itu bendung kini tumpah ruah. Lovely meremat baju bagian dadanya seolah menujukan betapa remuknya hatinya saat ini.
Keesokan harinya Lovely tak ikut sarapan pagi. Gadis itu menuruni tangga dengan wajah di tekuk, pagi ini menggunakan dress warna hitam yang makin membuat auranya gelap.
Tap tap suara sepatu hak tingginya , semua orang yang duduk di meja makan menatapnya. Lee dan Lovely saling menatap.
"Hari ini saya tidak masuk ke kantor."
Setelah berkata seperti itu Lovely berjalan langkahnya terlihat tegas seperti seorang pemimpin.
Mengapa aku merasa dia cocok jadi pemeran film. kemarin lugu, sekarang?
Lee tersenyum masam, setelah sarapannya habis pria itu juga ikutan pergi. Ayah Sadam juga ikutan ke kantor.
"Hah, semua orang sudah berangkat kerja. Lisa sudah berangkat sekolah, aku sendirian terus di rumah sebesar ini, hah!" Ibu Yun Hera ngedumel.
Ibu Yun Hera kembali masuk ke dalam rumah setelah mengantar suaminya berangkat kerja di halaman rumah tadi. Namun baru saja melewati pintu, wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya. "Aku merasa Lovely dan Lee sedang bertengkar... Ya, itu bagus jadi aku punya peluang untuk memisahkan mereka." Bu Yun Hera tersenyum licik. "Aku tak sudi lama-lama punya menantu miskin seperti dia!" Bu Yun Hera kembali berjalan.
*
*
*
Restoran Enak Lezat.
Renata yang baru kembali ke dapur restoran sehabis mengantar pesanan ke meja pembeli, tiba-tiba mendapat notifikasi pesan masuk. Gadis itu segera merogoh ponselnya dan membaca pesan itu.
Aku ada di sini sekarang, datanglah.
"Gawat darurat!" teriak Renata tanpa sadar, sampai nampan yang dipegangnya jatuh ke lantai.
"Apa nya yang darurat?" Doni teman di restoran itu menyahut.
"Ah!" Renata menatap Doni tak suka. "Ini bukan urusan elu, sekarang tugas elu bilang ke pak bos kalau gue ijin dua jam di luar." Renata siap mau berjalan.
"Ta-tapi-,"
Renata menoleh dengan mata melotot. "Gue traktir elu kopi. Bay... " Renata langsung berjalan cepat keluar dari restoran itu.
"Dasar gila!" maki Doni. "Bukan masalah traktiran kopi, tapi masalahnya cara menyampaikan ke pak bos!" Doni menendang kaki meja yang ada di dapur karena kesal. "Aw aw, sakit kakiku."
Sementara di atas jembatan yang bawahnya sungai yang deras alirannya, tampak seorang gadis siap mau terjun, tangannya sudah membentang, kakinya kirinya mulai diangkat perlahan-lahan.
Dari jarak yang masih jauh Renata berlari cepat.
Aku tak boleh terlambat!
Renata semakin menambah kecepatan larinya, dan sampainya ia di jembatan itu matanya langsung terbelalak lebar, Renata berlari sangat cepat seperti miliki sihir yang kemudian dari arah belakang ia menarik gadis yang mau terjun itu hingga keduanya jatuh berguling di jembatan itu.
"Kau gila! apa yang kau lakukan, hah!" maki Renata pada Lovely. Gadis itu hanya diam dibentak sahabatnya, pipinya basah air mata, tatapannya kosong.
Sedetik kemidian Renata sadar kalau sahabatnya itu saat ini sedang terpuruk, melihat dari wajah sedihnya.
"Lovely maafkan aku sudah membetakmu." Renata memeluk Lovely, yang dipeluk hanya diam tapa membalas pelukan, hanya air mata yang terus mengalir.
Lama Renata memeluk Lovely supaya gadis itu tenang, sampi ahirnya ia mendengar gumanan Lovely.
"Aku tak pantas dicintai ... mereka selalu mengkhianati."
"Hai, kau bicara apa? aku tak mengerti. Bicaralah dengan jelas." Renata melerai pelukannya dan berganti menatap wajah Lovely.
Mata Lovely yang sayu itu perlahan menatap Renata. "Wanita di masa lalunya telah kembali."
"Lovely." Renata khawatir, memegangi bahu Lovely.
"Dia berkata pernikahan kami hanya sementara." Lovely berganti menatap ke arah lain dengan tatapan kosong. "Kenapa mencintai segini menyakitkan, ah...."
Renata kembali memeluk Lovely, gadis itu menangis tergugu dalam pelukannya.
"Arghh... huhuhu."
"Menangislah sampai kau puas." Renata menenangkan. Telapak tangan Renata membentuk kepalan, ia sangat marah melihat sahabatnya terpuruk seperti ini.
Jangan panggil aku Renata apa bila aku tak bisa membuat Tuan Lee Young me-nye-sal.
Tatapan mata Renata menusuk.
"Kau sudah mulai membaik? Ayok kita pergi, suasana hatimu sangat buruk tak baik lama-lama disini. Renata mengusap air mata Lovely dan mengajak gadis itu pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mira NR
semangat lovely/Determined//Determined//Determined/
2024-06-15
0