"Apa kau mau menjadi pacar ku?" tanya Lee, ia saat ini menjadi sosok pangeran tampan yang sedang menyatakan cinta pada seorang putri.
Gadis yang ia tanya tersenyum kemudian mengangguk. "Ya,"
Bersamaan itu riuh tepuk tangan teman-teman sekolah.
"Hai, Hai Lee kau melamun." Sakura menggerakkan tangannya di depan wajah pria itu.
"Ha." Lee terkejut. Kurang fokus dengan apa yang Sakura bicarakan karena dirinya melamun.
"Hahah, sudahlah lupakan." Sakura mengibaskan tangannya.
Malam hari Lee mengantar Sakura sampai di depan rumah gadis itu.
"Apa kau tak mau mampir?" Sakura masih memegangi sabuk pengaman mau ia lepas, matanya menatap Lee.
"Ini sudah malam, aku harus segera pulang."
Raut wajah Sakura berubah kecewa. "Baiklah, em... selamat malam."
"Hm." balas Lee.
Sakura tersenyum manis ke arah Lee sebelum akhirnya membuka pintu mobil dan keluar.
"Hati-hati... " teriak Sakura sembari melambaikan tangan kearah mobil Lee yang sedang melaju.
Sementara itu di tempat lain.
Dua orang baru saja keluar dari dalam mobil, mereka masih berdiri di dekat pintu mobil dengan berdiri berdampingan.
"Ini adalah restoran saya, restoran untuk kalangan elit," jelas Wiliam.
Lovely melihat restoran mewah itu yang saat ini masih ramai pengunjung padahal sudah pukul sembilan malam. Bibir Gadis itu tiba-tiba tersenyum.
"Mari masuk ke dalam, kebetulan malam ini ayah dan ibu saya datang kemari. Sekalian saya kenalkan Anda dengannya."
Lovely menoleh menatap Wiliam seketika, gadis itu tampak terkejut mendengar mau dikenalkan dengan kedua orang tua pria itu.
"Ayo." Wiliam mempersilahkan. Mereka berdua berjalan bersama memasuki restoran milik Wiliam itu.
Begutu sampai di tempat meja orang tuanya berada, Wiliam langsung menyapa orang tuanya itu.
"Malam Ma, Pa."
"Baru sampai kamu anak nakal." Mamanya yang menjawab. Wiliam tertawa, malah senang melihat ibu negaranya kesal begitu.
Tatapan papanya Wiliam mengarah ke Lovely, kemudian mendengar putranya itu memperkenalkan gadis itu.
"Ma, Pa. kenalkan ini Lovely teman... aku." Wiliam menatap kedua orang tuanya kemudian berganti menatap Lovely.
"Hai, anak cantik duduklah, kamu pasti lelah berdiri lama." Mamanya wiliam menggeser kursi dan menarik Lovely untuk duduk. Kemudian mata mamanya menyipit tajam menatap Wiliam, teman atau pacar? begitu arti tatapannya.
Setelah bincang-bincang banyak hal, kemudian mamanya wiliam menawari Lovely untuk liburan bersama.
"Di Bali akan ada acara peresmian restoran suami saya, ikut ya."
Lovely menatap Wiliam meminta pendapat pria itu dari cara memandangnya.
"Ikut saja, mana tahu disana Anda menemukan ketenangan." Wiliam menjawab. Lovely mengangguk.
Teman? tapi mengapa habasa mereka formal.
Mamanya wiliam bingung tapi ya sudahlah tak mau memikirkan.
Lovely sampai rumah pukul sebelas malam. Setelah mandi gadis itu langsung tidur meringkuk di sebelah Lee.
Tak tahu saja kalau padahal Lee belum tidur saat ini, pria itu merasa kesal Lovely pulang kemalaman. Entahlah harusnya ia senang, tapi?
Esok pagi.
Lee berjalan menuju ruang makan sudah lengkap dengan pakaian kerjanya juga tas kerjanya.
"Bu, apa Ibu tahu Lovely pergi kemana?" tanyanya sembari menarik kursi dan duduk di sana.
"Tak tahu. " Menatap Lee dengan intens. "Apa dia tidak memberitahumu?"
Lee berhenti sejenak mengambil sarapannya dan menatap ibunya. "Aku bangun dia sudah tidak ada." Lee tampak sedang berpikir. "Dan aku rasakan kasur tempat dia tidur itu dingin... itu berati dia sudah lama pergi."
Bu Yun Hera tersenyum miring.
Baguslah jika mereka benar-benar bertengkar, aku tinggal bumbu sedikit masalah, aku yakin keduanya akan bercerai berai.
Ibu Yun Hera menghela nafas berat. "Aku sudah katakan kalau dia bukan wanita baik! Tapi kau masih saja mau menikahinya, itu salahmu!"
"Berisik!" suara anak kecil.
"Lisa mau sarapan dengan tenang! Mengapa Ibu dan Kakak malah berisik!" kesal Lisa, menatap bergantian Ibu dan Lee.
Ahirnya sarapan di lalui dengan tenang. Lee langsung berangkat ke kantor.
Di tempat lain.
Di sebuah rumah minimalis tampak dua orang sedang duduk di teras rumah.
"Kamu ke Bali sama siapa?"
"Sama Renata, Ayah." Lovely menatap bunga mawar yang baru mekar, yang di tanam di pot depan rumah.
"Ya sudah hati-hati kalau begitu. Em jam berapa kira berangkatnya?"
"Sebentar lagi, Ayah. Ini lagi menunggu Renata datang." Lovely menatap ayahnya saat ini tersenyum padanya.
Dan benar saja tiga puluh menit kemudian Renata datang, gadis itu bingung saat mau masuk mobil bersama lovely, tak melihat tas yang Lovely bawa.
"Kau tak bawa barang?" pertanyaan Renata, saat ini keduanya sudah berdada di dalam mobil setelah berpamitan dengan ayah Danu.
Lovely tersenyum kecil. "Tidak ... Aku bisa beli di sana nanti."
Renata merangkul pundak Lovely. "Percaya istrinya orang kaya." Renata terkekeh.
Gedung New Way.
Lee yang sedang berjalan bersama Yupiter mau ke ruang meeting tiba-tiba ada yang menelpon, pria itu berdecak kesal sebelum akhirnya menerima panggilan itu.
"Iya, aku akan berangkat sore nanti. Sekarang aku lagi sibuk," jawab Lee dari pertanyaan orang di sambungan telepon.
"Iya, ya sudah aku matikan ya," ucap Lee lagi kemudian mematikan sambungan telepon.
Pria itu kemudian memberikan ponselnya ke Yupiter dan masuk ke ruang meeting.
Sore harinya di kota Bali.
Lovely juga Renata baru saja beristirahat di hotel penginapan mereka. Dua wanita itu sekarang sedang tiduran di atas ranjang melepas lelah, tidak tidur hanya tiduran saja.
Tiba-tiba saja pintu kamar mereka ada yang mengetuk.
"Siapa itu? kok udah ada tamu aja." Renata bicara.
"Biar aku buka." Lovely bangun dan berjalan menuju pintu.
"Siapa?
Klek.
Bersamaan Lovely membuka pintu seseorang yang bertamu itu tersenyum hangat.
"Hai," sapanya.
"Oh, Tuan Wiliam kirain siapa?" Lovely tersenyum.
Oh, Pak Bos yang datang!
Renata bangun dan berjalan ke pintu.
"Kalian baru sampai ya? Maaf mengganggu, istirahat lah lagi nanti malam kita makan malam bersama." William menatap bergantian Lovely dan Renata.
Lovely dan Renata sama-sama mengangguk, William kemudian pergi dari sana.
Lovely menghela nafas kemudian menutup kembali pintu itu, gadis itu berjalan mengambil handuk ingin mandi.
"Setelah mandi kau mau pakai baju siapa?" pertanyaan Renata menyadarkan Lovely kalau tak bawa pakaian ganti.
"Oh, ya aku lupa." Lovely menepuk jidatnya. "Di bawah tadi aku melihat ada butik, aku akan kesena sebentar." Lovely berbalik kemudian berjalan keluar.
"Ada-ada saja." Renata geleng-geleng kepala. Akhirnya gadis itu yang mandi lebih dulu.
Sementara itu Lee saat ini sedang berada di dalam pesawat tujuan Bali juga, pria itu hanya sendiri tak bersama asistennya, Yupiter harus mengurus perusahaan selama ia pergi.
Lovely di Bali.
Pria itu membaca pesan dari orang kepercayaannya yang memberi info mengenai Lovely saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments