Pesona Tuan Baskara
Pagi-pagi sekali Rena sudah bangun untuk menyiapkan sarapan. Ia hanya membuat nasi goreng menggunakan sisa nasi semalam, selain itu ia juga membuat roti sandwich yang hendak dibawanya ke sekolah sebagai bekal makan siangnya nanti.
Rena si gadis remaja 16 tahun itu begitu telaten memasak di dapur. Tiga bulan yang lalu sang ayah meninggal dunia karena penyakit stroke, dan kini gadis itu hanya tinggal berdua saja dengan abangnya, Alvin. Alvin berusia 27 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan kosmetik dan skincare sebagai salah satu staf di bagian keuangan sejak dua tahun lalu. Lalu ibu mereka juga sudah lama meninggal karena sakit saat Alvin masih berusia 17 tahun dan Rena yang berusia 7 tahun.
Setelah menyiapkan sarapan dan bekal, Rena segera kembali ke kamarnya untuk siap-siap mandi. Sebelumnya ia melirik ke arah pintu kamar Alvin, abangnya.
"Bang Al, sudah bangunkah?" tanya Rena yang setengah berteriak sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Alvin.
"Hmm, iya!" sahut Alvin di dalam sana dengan suara yang terdengar berat, sepertinya baru bangun tidur.
"Sarapan sudah siap ya bang, aku tunggu di meja makan," ujar Rena lalu bergegas masuk ke kamarnya.
***
Rena pun keluar dari kamarnya sudah dalam keadaan wangi dan rapih dengan mengenakan seragam putih abu-abunya. Begitu sampai di meja makan, ia melihat Alvin juga sudah tampak rapih dengan kemeja kantornya. Alvin sedang menikmati nasi goreng buatan sang adik tercinta. Kedua kakak-beradik itu kini saling menguatkan setelah kepergian orang tua mereka kepada Sang Pencipta.
"Gimana sekolah kamu Ren?" Tanya Alvin sekedar basa-basi saat melihat sang adik juga turut sarapan bersamanya.
"Awal semester masih aman-aman aja kok,"
"Kamu kalau butuh les tambahan bilang saja ya, abang masih bisa kok biayai satu atau dua les yang kamu mau,"
Rena hanya mengangguk pelan. Sejujurnya ia sangat berat jika harus terus menerus merepotkan sang kakak yang kini menjadi tulang punggung baginya. Dulu, sebelum sang ayah meninggal, Alvin bukanlah sosok abang maupun kakak yang baik bagi Rena. Ia terkesan acuh dan kadang juga bersikap jahat pada gadis itu. Dulu ia merasa cemburu saat orang tuanya mencurahkan kasih sayang dan begitu memanjakan Rena karena dia adalah anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dalam keluarganya.
Apalagi saat Alvin bekerja sebagai staf keuangan di PT. Mahendra Jaya Abadi, ia sangat sibuk dan jarang ikut berkumpul dengan adik dan ayahnya. Ditambah lagi ia memiliki seorang kekasih yang telah resmi bertunangan dengannya beberapa minggu sebelum kematian sang ayah.
"Abang duluan ya," Alvin tak menghabiskan sarapannya, ia segera meneguk segelas air putih hingga habis setengah. "Kamu masih ada uang untuk pesan ojol kan?" Tanya Alvin memastikan sebelum ia benar-benar pergi sambil membawa tasnya.
"Ada bang," jawab Rena, dan seketika Alvin melenggang pergi meninggalkannya sendirian. Saat menatap kepergian Alvin, Rena mendapati dengan kedua matanya kalau name tag sang kakak tidak sengaja terjatuh di lantai. Rena segera bangkit dan melangkah mengambil name tag itu.
"Bang Alvin!" panggilnya dan segera menyusul sang kakak yang sudah sampai di ambang pintu rumah mereka.
"Name tag-nya tadi jatuh," jelas Rena yang melangkah menghampiri saat Alvin menoleh kepadanya.
Alvin menerima name tag-nya sambil tersenyum sekilas. Saat itu juga beberapa mobil memasuki pekarangan rumahnya. Alvin menatap terkejut, dan Rena menatap dengan raut bingung mobil-mobil tersebut.
Alvin seketika menjatuhkan tas dan name tag-nya di lantai saat melihat orang-orang yang turun dari mobil adalah para polisi dengan seragam yang lengkap juga polisi yang berpenampilan seperti intel.
"Saudara Ahmad Alvin, kami membawa membawa surat perintah penangkapan untuk anda atas tindakan korupsi dan pencucian uang," sahut salah satu polisi Intel yang baru tiba bersama rekan-rekan lainnya dan segera mengelilingi Alvin selaku tersangka yang akan ditangkap dan dibawa.
Alvin tampak pasrah saat dibekuk dan kedua tangannya pun diborgol oleh anggota kepolisian.
"Ini ada apa pak? Kok kakak saya diborgol?" sahut Rena dengan gusar dan hendak memegangi kakaknya namun dihalangi oleh polisi.
"Adek tidak dengar tadi ya, kalau kakakmu ini tersangka kasus korupsi dan pencucian uang di perusahaan tempatnya bekerja," jawab si polisi intel yang membawa surat perintah penangkapan.
"Bang Al, kenapa bisa begini?" Rena tampak syok dan panik, kedua matanya pun berkaca-kaca.
Alvin tak menjawab, ia hanya tertunduk dan pasrah saat dibawa pergi oleh polisi.
"Bang Alvin!" teriak Rena yang mengejarnya di belakang saat sang kakak dibawa pergi oleh para polisi.
Alvin menoleh dan meminta pengertian para polisi agar memberinya waktu untuk bicara dengan adiknya.
"Rena, kamu tunggu di sini. Abang harus tetap ikut mereka ke kantor polisi. Kamu bisa kan telpon Tamara dan memberitahunya soal apa yang terjadi kepadaku, dan kalau semisalnya abang harus di penjara, abang akan minta Tamara untuk jagain kamu ya," pesan Alvin yang kemudian dibawa pergi oleh para polisi.
"Bang Alvin! Jangan tinggalin aku," Rena menangis sejadinya. Para polisi itu menatap iba, begitupun Alvin, tapi mau bagaimana pun hukum dan peraturan harus ditegakkan. Alvin bisa menjelaskan semuanya saat di kantor polisi nanti.
Seorang supir segera turun dari sebuah mobil Rolls Royce yang tadi datang bersamaan dengan mobil para polisi, ia segera membuka pintu belakang dan sesosok pria dengan setelan rapih turun dari mobil mewah itu. Pria itu tinggi tegap, sorot mata hitamnya bagai mata elang, wajahnya pun ditumbuhi rambut-rambut halus yang disebut brewok. Ekspresinya menatap kesal dan penuh marah kepada Alvin sebelum ia dibawa naik mobil oleh polisi.
"Pak Bas, maafkan saya," Alvin tertunduk malu dan seketika air mata penyesalannya pun luruh.
Lelaki yang dipanggil Pak Bas itu tidak menyahut. Tapi ia merasa puas hari ini karena bisa menangkap salah satu orang yang telah membuat rugi keuangan perusahaannya.
"Walaupun kamu pantas menerima hukuman penjara, saya tidak akan pernah memaafkan kesalahan fatal yang telah kamu buat," sahutnya dengan tatapan yang tajam kepada Alvin. "Korupsi dan pencucian uang itu jauh lebih biadab dari sekedar menghilangkan nyawa orang lain,"
"Kakak saya tidak mungkin korupsi!" erang Rena kepada pria yang dipanggil Pak Bas itu.
Pria itu menoleh kepada si gadis remaja yang berlinang air mata. Saat menatap netranya yang bening dan basah, pria itu terdiam dan terpaku, memorinya kembali membawanya ke masa silam, di mana ia pernah jatuh cinta pada pemilik netra bening dan indah seperti gadis di hadapannya ini.
Sorot matanya kenapa begitu mirip? Bathin pria itu. Rena sendiri pun jadi bingung dengan respon pria dewasa yang sangat berkharisma itu. Hanya diam menatapnya.
Pria itu meminta kepada sopirnya untuk mengambil sesuatu di dalam mobilnya. Sang sopir mengangguk paham dan tidak lama kemudian ia memberinya sebuah map. Pria itu mengambil map itu dan melemparkannya langsung ke bawah kaki Rena.
"Kamu baca itu! Itu adalah laporan transaksi mencurigakan dari bagian keuangan perusahaan dengan beberapa rekening mencurigakan yang setelah ditelusuri dibuat atas nama kakakmu ini," jelas pria itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Alvin yang tertunduk malu dan menyesali perbuatannya.
Rena mengambil map itu dan membukanya untuk membacanya sesuai perintah pria itu. Ia semakin kaget saat melihat data transaksi mencurigakan itu sampai bernilai milyaran rupiah.
"Bang Alvin," Rena menatap sedih dan kecewa pada kakaknya.
"Maafin kakak ya dek, kakak menyesal," ucap Alvin turut sedih, kemudian ia pun dibawa pasrah masuk ke dalam mobil.
Tangis Rena semakin menjadi-jadi ketika Alvin dibawa pergi oleh polisi dan tetangga-tetangga sekitar rumahnya berkumpul di depan pagar untuk melihat dan menggunjing perbuatan tidak bermoral Alvin yang telah terbukti melakukan tindakan korupsi di perusahaan tempatnya bekerja.
Pria yang dipanggil Pak Bas itu segera masuk kembali ke dalam mobilnya. Sementara sopirnya meminta kembali map tersebut kepada Rena.
"Yang sabar ya dek, Tuan Baskara itu orang yang sangat menjunjung tinggi kejujuran dan kakakmu benar-benar terbukti melakukan tindakan korupsi," sopir itu tampak iba pada sang gadis remaja yang kini dirundung kesedihan seorang diri. Melihat Rena, ia jadi teringat dengan putrinya sendiri yang ia duga pasti seumuran Rena karena sama-sama murid SMA.
Saat masuk di dalam mobil, Pak Bas yang bernama lengkap Baskara Aditya Mahendra itu tak lepas menatap ke arah Rena yang sedang berhadapan dengan sopirnya. Ia kembali teringat dengan gadis bermata bening di masa lalunya dulu dengan perasaan senang namun di satu sisi ia juga merasa terluka dan begitu rapuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments