Selama ini Baskara memilih acuh tiap kali orang-orang melihatnya bersama Dirga, pasti akan menduga jika usianya jauh lebih tua, padahal kedua lelaki matang itu sama-sama berusia 34 tahun. Penampilan Baskara dengan brewok di wajahnya membuat usianya tiga tahun lebih tua dari usianya yang asli.
Baskara menepis semua pikirannya, ia sungguh tidak ingin peduli tentang bagaimana orang menilai penampilan apalagi usianya. Sejak ia kehilangan istri, Baskara hanya ingin fokus terus bekerja dan mengembangkan perusahaan yang dipimpinnya menjadi lebih baik dan semakin sukses. Baginya, pekerjaannya saat ini sebagai pimpinan perusahaan adalah satu-satunya alasan yang membuatnya masih tetap hidup sampai hari ini, meski hatinya mungkin telah mati dan tak ingin hidup kembali untuk menerima cinta yang baru. Baskara tak pernah memikirkan hal itu, ia tidak akan menyesal jika harus menduda sampai akhir hayatnya. Ia masih hidup hari ini juga karena ia masih memiliki keluarga yang lengkap, ayah, ibu dan juga seorang kakak yang senantiasa menyambut kehadirannya dalam suka maupun duka.
Baskara segera mengambil berkasnya yang ketinggalan, lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya dan berlari-lari kecil menuruni anak tangga.
"Tuan, mau makan siang di sini?" Tanya Bu Lasmi tiba-tiba saat melihat sang majikan baru saja selesai menuruni anak tangga.
"Saya akan makan siang di luar dengan klien hari ini Bu Lasmi," jawab Baskara kemudian mempercepat langkahnya.
Begitu sampai di ruang tamu, ia tak lagi melihat kehadiran Rena dan Valia. Baskara berjalan melewati pintu rumah, Pak Hasan yang sedang duduk-duduk di teras rumah, segera bangkit menyambutnya. Namun ia menyadari kalau sang majikan sedang menatap ke arah Rena yang berdiri di depan pagar rumah, sedang mengantar Valia menaiki ojek online yang sudah dipesannya. Rena melambaikan tangan saat Valia telah pergi dengan ojek online-nya. Begitu berbalik badan, gadis itu melihat sosok Baskara berdiri mematung di teras rumahnya.
Rena berlari-lari kecil ke teras rumah, ia tersenyum sejenak di hadapan lelaki itu.
"Tuan sudah mau berangkat? Apa sudah makan siang?" tanya Rena dengan sopan.
"Saya ada janji makan siang dengan klien hari ini," jawab Baskara.
Rena mengangguk samar, ia masih tampak canggung dengan sang tuan rumah.
"Jadi besok, kamu masuk sekolah?" Tanya Baskara sebelum ia akan pergi.
"Iya. Valia tadi datang karena wali kelas mencari saya, sudah dua hari saya tidak masuk dengan alasan sakit,"
"Mulai besok saya bisa beri kamu tumpangan untuk ke sekolah, untuk pulangnya mungkin kamu bisa sendiri,"
"Terima kasih tuan, itu sudah lebih dari cukup,"
Baskara mengangguk kecil kemudian menatap sejenak pada Pak Hasan, memanggilnya untuk segera bergegas membawanya kembali ke perusahaan.
Rena terpaku menatap kepergian Baskara menaiki Rolls-Royce yang dikemudikan oleh Pak Hasan.
"Sibuk banget, padahal aku ingin bicara tentang Kak Alvin," Rena menghela nafasnya dan masuk ke dalam rumah setelah Rolls Royce itu menghilang dari pandangannya.
...****************...
Keesokannya, Rena bangun sepagi mungkin, bahkan sebelum adzan subuh berkumandang. Sehabis sholat dan beres-beres kamar, gadis itu segera mandi dan berpakaian seragam SMA. Lalu segera terjun ke dapur untuk membantu Bu Lasmi menyiapkan sarapan.
"Wah nduk, cepat sekali kamu siap-siap," Bu Lasmi menatap terkejut sekaligus kagum.
"Biar bisa bantuin Bu Lasmi siapin sarapan, saya nggak mau sekedar tinggal gratis di sini Bu, setidaknya saya bermanfaat buat Bu Lasmi,"
"Bu Lasmi juga jadi senang ada yang bantuin sekaligus menemani di dapur, enak ada teman ngobrol."
Saat Rena tengah menyiapkan menu sarapan pagi di meja makan, kehadiran Baskara yang sudah tampak rapih dan wangi mengalihkan perhatian gadis itu.
"Selamat pagi Tuan Baskara," sapa Rena dengan senyuman.
Baskara pun balas tersenyum sejenak lalu segera duduk di meja makan.
Rena berbalik badan hendak kembali ke dapur, namun Bu Lasmi keburu datang dengan membawakan sepiring omelette.
"Sudah sana kamu duduk nduk, sarapan bareng Tuan Bas," Bu Lasmi lalu mendorong gadis remaja itu duduk di kursi meja makan tak jauh dari Baskara.
Kemudian Pak Hasan dan Bu Lasmi ikut bergabung sarapan di meja makan. Seperti itulah setiap hari antara Baskara dan juga pasangan suami istri yang ia pekerjakan di rumahnya sebagai sopir dan pembantu. Mereka sarapan bertiga tiap hari di meja yang sama, kini jadi berempat sejak hadirnya Rena sebagai tamu yang menumpang. Baskara sudah menganggap Bu Lasmi dan Pak Hasan seperti keluarganya, seperti orang tuanya sendiri. Sebab keluarga aslinya, orang tua dan saudaranya saat ini tinggal di luar negeri.
Seperti biasa, di dalam mobil, Rena duduk di jok depan bersama Pak Hasan. Sementara Baskara duduk di jok belakang sendirian. Rena curi-curi pandang ke arah lelaki dewasa itu yang tampak sibuk memainkan tab di tangannya.
"Nak Rena ini kelas berapa?" Pak Hasan memulai obrolan, biar Rena tidak merasa canggung, apalagi jika berinteraksi dengannya. Sementara Baskara yang tengah sibuk membaca berita online terbaru, mengawasi obrolan keduanya di depan lewat telinganya.
"Sudah kelas dua belas pak," jawab Rena dengan sopan.
"Oh, saya pikir seusia anak saya di kampung. Dia masih kelas sepuluh,"
"Oh ya pak? Namanya siapa?" Tanya Rena antusias.
"Namanya Citra. Nanti bapak kenalin ya, kapan-kapan kamu mau ikut pulang ke rumah bapak nggak di kampung? Nanti bisa ketemu dan kenalan sama Citra,"
"Iya pak, mau, mau," Rena mengangguk senang. Bagaimana pun juga, sedikit banyaknya, Pak Hasan mengingatkan ia dengan sosok almarhum ayahnya.
Baskara mendongak menatap ke arah spion ketika mendengar suara ceria Rena saat menanggapi tawaran Pak Hasan untuk berkunjung ke kampung halamannya. Ia mengamati wajah ceria Rena dari kaca spion. Saat itu juga, Rena menatap ke arah spion, untuk melihat ke arah Tuan Baskara. Dan pandangan mereka saling bertemu, beberapa detik kemudian Baskara kembali menatap layar tab-nya dan Rena mengalihkan pandangannya ke jalan raya.
Rolls-Royce itu pun sampai tak jauh dari gerbang sekolah. Seketika saja mobil mewah itu menjadi pusat perhatian, khususnya para siswa yang baru tiba. Beberapa dari mereka bahkan ada yang sengaja berhenti dan menunggu, ingin melihat langsung siapa sosok yang hendak turun dari mobil mewah itu.
Rena tampak kaget, tapi ia bisa apa. Gadis itu lalu pamit pada Pak Hasan dan tak lupa mencium tangannya. Ia menatap sejenak ke arah Tuan Baskara melalui spion lalu kemudian segera turun.
Teman-teman satu sekolahnya menatapnya kaget dan tak menyangka jika Renata yang sudah dua hari tidak masuk sekolah, saat masuk lagi justru datang menaiki Rolls-Royce. Sangat mencolok.
Rena mempercepat langkahnya melewati gerbang sekolah saat ia mendengar beberapa orang memanggil-manggil namanya.
Dari dalam mobil, Baskara tak lepas menatap ke arah Rena yang berlari-lari kecil melewati gerbang sekolah lalu hilang dari pandangannya. Seketika ia terkenang masa-masa SMAnya juga dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments