Seorang gadis remaja sedang menangis lirih di bawah sebuah pohon ketapang di belakang sekolah. Kemudian ia menyadari seseorang di sisinya sedang menyodorkan sebuah sapu tangan untuknya. Gadis itu mendongak seketika dan dilihatnya sosok Baskara remaja menatap penuh simpati kepadanya. Ia tak menyadari kedatangan remaja tampan itu.
Saat mendongak itulah, Baskara menyadari bahwa Kinan, nama gadis itu memiliki bola mata yang bening, meski ia melihat gadis itu sedang berlinang air mata.
Baskara mengambil posisi duduk di sisi gadis itu, masih tetap setia menyodorkan sapu tangan pemberiannya.
"Ambil aja. Lo butuh sekarang," ucap Baskara penuh harap.
Kinan menatapnya sejenak lalu mengambil sapu tangan itu, setidaknya ia menghargai niat baik Baskara, cowok yang baru beberapa bulan menjadi siswa baru di sekolahnya, tapi mereka tidak sekelas.
Kinan segera menghapus lelehan air matanya dengan sapu tangan itu.
"Lo lagi ada masalah apa sampai nangis sendirian di sini?" Tanya Baskara menatap Kinan sejenak, kemudian menatap lurus ke depan, memandangi tembok sekolah yang menjulang tinggi.
"Lo ada perlu apa sama gue?" Tanya Kinan yang enggan menjawab pertanyaan Baskara tadi. Ia pikir Baskara datang, pasti karena ada keperluan dengannya.
Baskara menghela nafas sejenak, ia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah coklat batang dan ia sodorkan lagi kepada Kinan.
"Katanya, makan coklat itu bisa bikin bahagia," Baskara menunggu dengan sabar, gadis itu menerima pemberian keduanya setelah sapu tangannya. "Nggak papa kalau lo nggak mau cerita ke gue,"
"Makasih ya Bas," Kinan tersenyum sejenak dan menerima coklat itu.
"Dimakan dong coklatnya," pinta Baskara, berharap coklat itu benar-benar akan membuat Kinan merasa tenang dan melupakan kesedihannya.
Kinan segera membuka bungkusan coklatnya dan mulai menggigitnya pelan dan mengunyahnya. Kinan tidak bohong, kalau ia merasa jauh lebih tenang dengan mengunyah coklat tersebut. Coklat itu sangat lezat karena merupakan merek coklat kenamaan.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, Bas,"
Baskara menatap Kinan yang tengah asyik mengunyah coklatnya.
"Gue khawatir aja nggak lihat lo di jam istirahat. Gue cari ke perpus, UKS juga nggak ada, tahunya di sini, untung aja kepikiran buat nyari lo ke sini," jawab Baskara.
Kinan menatap cowok itu dengan tatapan penuh arti. Baskara balas menatapnya dalam, Kinan menunduk malu sambil memandangi coklat dan sapu tangan pemberian cowok itu.
"Kinan," panggil Baskara kemudian.
Kinan menoleh dan berkata, "iya,"
"Gue mau ngasih lo sesuatu, kira-kira lo mau terima lagi nggak?" tanyanya.
"Apa?" tanya Kinan penasaran.
"Bilang ya atau tidak, Kinan. Kalau lo mau terima ya gue kasih, tapi kalau nggak mau terima, ya nggak bakal gue kasih,"
Kinan hanya tertawa pelan. "Nggak bisalah Bas, lo harus bilang dulu mau ngasih apa. Baru gue pikirin, terima atau nggak,"
Baskara menarik nafasnya sejenak lalu menatap dalam pada Kinan, gadis itu seketika menjadi deg-degan, "Kalau gue bilang, gue suka sama lo, lo mau nggak terima perasaan gue?" Tanya Baskara begitu gamblang.
Kinan hanya diam. Ia cukup kagum pada sosok Baskara yang begitu percaya diri.
"Santai aja Kinan, nggak diterima juga nggak apa-apa," sahut Baskara, setelah melihat tidak adanya respon dari gadis itu.
"Gue terima Bas," jawab Kinan cepat.
Seulas senyuman terbit di bibir tipis Baskara. "Makasih ya udah diterima, hari minggu nanti lo ada waktu nggak? Gue mau ajak lo jalan ke suatu tempat," Baskara menatap antusias.
Kinan mengangguk mengiyakan. "Bas, kok secepat ini sih?" Kinan tak menyangka, si cowok incaran para cewek di sekolahannya baru saja menyatakan perasaan suka terhadapnya.
"Apanya yang cepat, Kinan? Dari pertama gue masuk ke sekolah ini, gue udah suka sama lo. Tiga bulan gue selalu cari kesempatan biar bisa ketemu atau berpapasan sama lo, tapi lo cuek banget, atau cuman pura-pura cuek?"
Kinan tertunduk malu. Sebenarnya ia juga menyukai sosok Baskara, meski di awal bertemu ia tidak merasakan suka ataupun jatuh cinta, melainkan hanya rasa kagum saja, karena cowok itu tak hentinya dipuji si tampan yang jenius oleh orang-orang di sekolah baik oleh siswa maupun guru.
"Jadi Kinan, mulai sekarang kalau ada masalah, lo bisa berbagi cerita ke gue. Gue akan jadi pendengar yang baik,"
Kinan mengangguk, lalu akhirnya gadis itu mulai terbuka dengan masalahnya.
"Sebenarnya tadi gue nangis karena, bokap habis nikah lagi, sementara nyokap sedang berjuang melawan sakit setelah melahirkan adik gue," ungkap Kinan yang tampak sedih.
"Bokap nggak cerita apa-apa sebelumnya?"
Kinan menggeleng pelan, "bokap nggak pernah bilang kalau mau nikah lagi. Tiba-tiba aja dapat kabar dia udah nikah lagi, dan keluarga jadi pada heboh,"
...****************...
Baskara yang sedang terlelap, kemudian membuka kedua matanya. Ia melirik ke arah jam digital di atas nakas, menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Malam ini ia memimpikan Kinan dan juga terus terbayang wajah gadis yang diketahuinya sebagai adik dari Alvin, salah satu staf kantornya yang ketahuan melakukan tindakan korupsi dana di perusahaannya.
...****************...
Setiap pagi, Baskara berangkat menuju ke kantor di antar oleh sopir pribadinya yaitu Pak Hasan. Lelaki 34 tahun itu baru saja mendapat kiriman foto dari sekretarisnya kalau tim dari perusahaan dan juga kepolisian sekarang ini baru saja sampai di kediaman Alvin, hari ini mereka akan melakukan penyitaan terhadap barang-barang di rumah sang tersangka korupsi untuk menutupi kerugian karena korupsi. Bukan hanya menyita barang-barang saja, tapi rumah Alvin pun akan di sita juga, sebab barang-barang ataupun rumah itu tidak akan mampu menutupi total kerugian yang mencapai nilai 2 milyar rupiah.
Baskara menghela nafasnya sejenak sambil menatap foto suasana rumah Alvin yang sudah dipenuhi oleh tim dari kepolisian. Sontak saja Baskara teringat akan sosok adiknya Alvin, gadis remaja SMA yang matanya mirip seperti matanya Kinan.
"Pak Hasan, kita ke rumahnya Alvin dulu sebelum ke kantor," sahut Baskara di jok belakang setelah menyimpan ponselnya ke dalam saku jasnya.
Pak Hasan mengangguk paham lewat kaca spion.
Rolls-Royce yang dikemudikan oleh Pak Hasan akhirnya tiba di depan rumah Alvin yang tampak ramai oleh pihak kepolisian dan juga tim dari perusahaan PT. Mahendra Jaya Abadi. Dari luar pagar juga tampak beberapa orang tetangga dekat rumah yang berdiri menonton dengan raut penasaran sambil berghibah.
Baskara yang duduk di jok belakang, segera menurunkan kaca mobilnya. Dilihatnya beberapa orang dari Dinas Sosial tampak membawa paksa Rena keluar dari rumahnya beserta koper miliknya. Gadis itu masih mengenakan piyama, dan lagi-lagi Baskara melihat mata bening gadis itu basah oleh air mata. Ia merasa begitu bersimpati dengan nasib gadis itu yang kini sebatang kara dan rumah serta harta bendanya mau tak mau harus disitu sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
"Pak, saya nggak mau ikut!" rintih Rena yang berusaha melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh dua orang petugas dari Dinas Sosial.
"Dek, rumahnya bakal disita. Ikut kami saja, biar kamu ada tempat berlindung," ucap salah satu petugas Dinas Sosial.
"Saya nggak mau pak! Lebih baik saya tidur di jalanan daripada ikut sama kalian," tangis Rena semakin pecah. Namun orang-orang, tetangga sekitar rumahnya tak ada yang berani mendekat, mereka hanya terus berghibah akan keburukan Alvin yang berdampak pada nasib Rena yang mungkin saja besok lusa akan jadi gelandangan karena sudah tidak punya rumah dan harta benda lagi. Para tetangga itu tak ada yang ingin menolongnya walaupun mereka cukup merasa bersimpati akan nasib gadis itu, sebab mereka malu memiliki tetangga seperti Alvin yang menjadi tersangka kasus korupsi sampai bernilai milyaran rupiah.
"Adek jangan ngomong gitu. Kamu pikir hidup di jalanan itu enak apa? Sudahlah dek, kita ini tidak mau bersikap kasar, tapi kalau seperti ini kami akan memaksa kamu ikut, ini juga demi kebaikan kamu!"
"Pak, saya beneran nggak mau! Tolong lepasin saya, saya bisa kok urus diri sendiri," Rena masih gigih dengan keinginannya untuk tidak ikut ke Dinas Sosial.
"Adek ini masih di bawah umur, adalah kewajiban kami untuk menampung adek yang sudah tidak punya keluarga, rumah dan juga harta benda,"
Rena seketika bergeming. Kedua tangannya yang sejak tadi berusaha ia lepaskan dari cengkraman kuat petugas dari Dinas Sosial, kini terkulai pasrah saat gadis itu mendengar kalimat 'tidak punya keluarga' dan mendalaminya baik-baik dalam pikirannya yang diliputi kesedihan.
Kedua petugas Dinas Sosial itu teralihkan perhatiannya oleh kedatangan Baskara yang baru saja turun dari Rolls Royce-nya. Saat ia berjalan, auranya begitu kuat, orang-orang seketika menatap kepadanya. Begitu juga Rena yang bahkan tak berkedip menatap sosok tinggi dan berkharisma itu.
"Selamat pagi pak," sapa Baskara pada kedua petugas dari Dinas Sosial yang masih memegangi Rena.
Keduanya hanya menunduk pelan dengan tatapan canggung dan juga penuh kekaguman.
"Apa anak ini harus kalian bawah?" Baskara sampai menunjuk langsung ke arah Rena.
"Iya pak, soalnya dia ini masih di bawah umur. Dia jadi tanggung jawab kami dari Dinas Sosial,"
"Pak, saya beneran nggak mau ikut kalian," Rena kembali memohon sambil menangis.
"Kalau bisa, tolong dilepaskan saja anak ini," ujar Baskara, tak sampai hati melihat Rena menangis lagi, ia semakin teringat Kinan saat melihat gadis itu, apalagi kedua matanya.
"Tidak bisa pak," kekeh petugas Dinas Sosial yang sebenarnya sedang melaksanakan aturan dari instansi mereka.
Baskara menghela nafasnya sejenak kemudian berkata, "kalau saya bersedia menjadi walinya, apa kalian akan melepaskan dia?"
Rena menatap kaget. Kedua petugas Dinsos itu saling berpandangan.
"Gimana dek, kamu mau ikut kami atau ikut sama tuan ini?"
Rena segera berlari ke arah belakang Baskara. Ia seolah takut pada petugas Dinsos itu. Meski tak menjawab, petugas Dinsos itu sudah tahu jika Rena sejak awal hendak dibawa pergi takkan pernah mau dibawa oleh mereka.
Baskara menoleh ke arah Rena yang seperti sedang bersembunyi di balik tubuh tingginya, setelah kedua petugas Dinsos itu pergi menaiki mobilnya.
Baskara dan Rena saling bertatapan dengan raut penuh rasa penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Evi Sugianto
Rena, sesuatu yang amat ingin di ketahui oleh Baskara😉🍰☕🍜🍔🧋
2024-02-05
0