Saat pelajaran selesai, Rena segera pulang ke rumah Tuan Baskara dengan menaiki ojek online. Dirinya disambut oleh Bu Lasmi yang sendirian di rumah besar itu. Kadang Rena berpikir, apa wanita tua itu tidak takut setiap hari sendirian menjaga rumah mewah nan megah itu, takutnya ada pencuri atau mungkin penampakan mahkluk gaib.
Rena dibuat terkejut ketika ia baru saja membuka pintu kamarnya. Gadis itu melangkah pelan memasuki kamarnya. Ia melihat kamarnya berubah, kini ia melihat adanya perabot baru yaitu meja belajar dengan kursi yang empuk, kemudian dirinya dapati juga satu set komputer, dan kini ia mendapati beberapa buah boneka di atas tempat tidurnya. Kamarnya yang semula polos, ya karena awalnya itu adalah kamar tamu, kini sudah mulai tampak seperti kamar seorang gadis.
Rena berlari keluar dari kamarnya, menuju ke dapur mencari Bu Lasmi yang tengah sibuk menyiapkan makan untuknya.
"Bu, ada apa dengan kamarku?" Tanya Rena menatap senang.
Bu Lasmi tersenyum, "tadi Pak Dirga datang dengan beberapa petugas dari toko furniture, disuruh langsung sama Tuan Baskara,"
Rena seakan tak percaya.
"Pak Dirga itu sekretarisnya Tuan Baskara di kantor," jelas Bu Lasmi yang berjalan ke meja makan membawa beberapa menu makanan yang sudah dimasaknya sejak siang tadi.
Rena jadi buat kagum lagi atas kebaikan dan juga perhatian Tuan Baskara padanya.
"Kamu suka kamarnya nduk?"
Rena mengangguk senang.
"Ya sudah, kamu ganti baju dulu. Lalu makan ya,"
Rena merasa terharu, bukan hanya Tuan Baskara, tapi semua orang di rumah ini memperlakukan dia begitu baik dan hangat. Rena merasa seperti menemukan keluarga baru.
Gadis itu mengangguk dan membawa kakinya kembali ke kamarnya. kejutan selanjutnya adalah saat Rena membuka lemari hendak mengganti bajunya. Ia melihat baju-bajunya jadi lebih banyak, ia menemukan baju-baju baru dalam lemari itu, saat ia lihat satu-satu baju-baju itu adalah baju-baju yang bisa dibilang cukup mahal.
"Ya Tuhan, Tuan Baskara baik banget," Rena sampai menitikkan air matanya.
...****************...
Rena terbangun di atas tumpukan manik-manik dan juga hasil karyanya. Ia melirik jam di ponselnya, sudah pukul 22.00 malam, ia ketiduran setelah tadi berhasil membuat beberapa buah gelang dan kalung manik. Gadis itu merasa haus, ia lalu beranjak keluar kamar dan berjalan menuju ke dapur. Baru beberapa teguk dirinya minum, ia mendengar suara mobil di luar. Rena bergegas ke ruang tamu untuk mengintip lewat jendela sambil membawa gelasnya.
Ia tersenyum saat melihat Tuan Baskara dan Pak Hasan telah tiba dengan Rolls-Royce. Rena segera membukakan pintu begitu Baskara telah sampai di teras, dan sontak saja Baskara cukup terkejut melihat gadis itu tersenyum menyambutnya di pintu.
"Selamat malam tuan," sapa Rena.
"Malam. Kamu belum tidur?" tanya Baskara. Ia bisa melihat jelas binar bahagia di kedua mata bening gadis itu.
"Tadi habis ketiduran, ini lagi haus jadi habis ambil minum," jelas Rena sambil mengangkat gelasnya.
Baskara tersenyum sejenak lalu melewati Rena. Meski mereka tinggal serumah, namun tidak jadi jaminan bagi Rena bisa mengobrol banyak dengan sang tuan rumah.
"Terima kasih tuan sudah memberi kejutan untuk kamar saya," ujar Rena tiba-tiba.
Baskara berhenti dan menoleh ke arah gadis itu.
"Syukurlah kalau kamu suka,"
"Saya tidak tahu bagaimana harus membalas semua ini, saya tidak punya apa-apa, apalagi jika mengingat perbuatan kakak saya yang sudah merugikan perusahaan," Rena begitu malu, dirinya tinggal menumpang dan diberi fasilitas tapi di satu sisi kakaknya telah bertindak pidana atas kasus korupsi dana perusahaan.
"Belajarlah yang baik dan fokus pada sekolahmu." pesan Baskara dengan lembut, "dan tidak perlu sungkan, saya tahu kamu anak yang baik, apa yang kamu dapatkan saat ini adalah hadiah atas kebaikanmu. Saya sudah anggap kamu seperti adik saya,"
Rena tertegun ketika mendengar kalimat terakhir Baskara yang menganggap dirinya seperti adik.
"Selamat malam, Renata," ucap Baskara kemudian saat melihat gadis itu tidak berkata-kata lagi, lelaki itu pamit pergi. Rena memandangi sang tuan rumah melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua hingga hilang dari pandangannya
Entah kenapa Rena merasa kecewa saat Baskara mengatakan bahwa dirinya dianggap adik. Gadis itu seolah mengharap lebih atas hubungannya dengan lelaki dewasa itu. Mungkinkah hal itu bisa terjadi?
Usai berganti pakaian dengan piyama, Baskara duduk berselonjor di sofa. Matanya lalu melirik ke arah nakas, ia mengambil sebuah pigura yang membingkai foto close up Kinan dengan senyum yang menawan.
"Hai sayang, aku rindu kamu. Akhir-akhir ini kamu jarang hadir di mimpiku. Apa mungkin aku terlalu lelah karena selalu pulang malam karena kerjaan, atau kamu marah aku mengajak gadis itu tinggal di rumah kita?" Baskara memulai monolognya.
"Iya, aku memutuskan untuk menampungnya di sini karena sedikit banyak dia mengingatkanku padamu. Aku tidak mengerti mengapa mata kalian begitu sama persis. Seandainya sejak awal aku tidak tahu dia adik dari salah satu bawahanku, mungkin aku akan mengira gadis itu mungkin saja sepupumu," Baskara tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Bukan karena itu sayang. Aku hanya sungguh kasihan padanya. Dan meskipun matanya mirip denganmu, bagiku kamu tidak terganti, aku hanya mencintaimu," Baskara menatap foto itu dengan penuh luka, air matanya tiba-tiba luruh. Seketika saja bayangan kecelakaan enam tahun yang lalu menyeruak di benaknya.
Siang itu ia mengemudi mobil, bersama Kinan yang duduk di sisinya. Baskara tidak akan pernah lupa saat kecelakaan itu terjadi, jeritan suara Kinan yang memanggil namanya dan benturan keras kendaraannya membuatnya merasakan sakit yang tak bisa ia jabarkan. Terakhir ia melihat Kinan dalam keadaan berlumur darah dan tidak sadarkan diri, Baskara yang berjuang untuk tetap sadar, berusaha menggapai sang istri yang tidak bergerak sama sekali, hingga saat dirinya mengangkat sebelah tangannya yang terasa sakit dan berat, ia menyadari tangannya itu penuh darah dan luka. Namun ia tak bisa melawan rasa sakitnya hingga Baskara tidak sadarkan diri, dan saat terbangun di rumah sakit, ia mendapati dirinya terbaring di ICU. Keesokan harinya ia baru tahu kenyataan yang sebenarnya kalau Kinan tidak bisa diselamatkan dari kecelakaan itu. Kinan tewas di tempat setelah kecelakaan itu terjadi.
Baskara masih bisa membayangkan bagaimana sakit dan sedihnya ia atas musibah itu. Berkali-kali ia menyalahkan dirinya, berkali-kali ia merutuki dirinya sebagai pembawa sial. Berkali-kali ia protes dan marah kepada Tuhan mengapa bukan dirinya saja yang mati dalam kecelakaan itu, mengapa harus Kinan, karena saat kecelakaan itu terjadi, Kinan sedang hamil enam bulan. Jadi Baskara saat itu kehilangan dua orang yang begitu ia cintai, istrinya dan juga calon anaknya. Bukan tidak pernah Baskara berpikir untuk mengakhiri hidupnya, tapi selalu ada keluarga dan juga Dirga yang mendampinginya, mengingatkannya bahwa tindakan bunuh diri bukanlah suatu pelarian dari kesedihan dan kemarahannya atas takdir yang telah digariskan.
Selama dua tahun setelah kecelakaan itu, Baskara jatuh bangun menghidupkan kembali dirinya. Baskara jatuh bangun menyehatkan mentalnya lewat konsultasi psikolog dan juga nasihat dari pemuka agama tentang bagaimana sebagai manusia kita harus ikhlas atas takdir yang telah Allah tetapkan. Meski kini jiwanya sudah jauh lebih tenang, tetap saja Baskara masih menyimpan kesedihan yang sewaktu-waktu membuatnya kembali merasa menyesal mengapa hingga detik ini dirinya masih hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments