Selisih 17 Tahun

Rena bergegas ke lapak dagangannya, begitu sampai ia sudah disambut oleh Valia dengan senyum sumringah.

"Ren, dagangan kita habis," ujar Valia senang. "Coba periksa rekening kamu, ada dana yang masukkan? Soalnya tadi bayarnya pakai Qris,"

"Siapa yang borong, Val? Tuan Baskara kan?" Rena begitu tidak sabaran ingin memastikan fakta sebenarnya. Ia bahkan abai dengan perintah Valia untuk memeriksa dana yang masuk ke rekeningnya lewat mobile banking. Tadi saat di jalan ia mendengar bunyi notifikasi pada ponselnya, namun ia abai karena tak mau jadi salah fokus saat di tengah keramaian.

"Kok nanyain Tuan Baskara sih, bukanlah," Valia merasa aneh dengan sikap Rena yang tampaknya begitu mengharapkan sosok itu.

"Lo yakin?"

"Iyalah. Tuan Baskara kan brewokan, yang datang ngeborong tadi orangnya mukanya bersih, wangi, plus rapih," ungkap Valia sambil membayangkan wajah Dirga yang tampan. "Gue juga jadi lupa tadi nanya namanya, ya soalnya lagi fokus menghitung semua harga, takutnya salah kasih jumlah harga,"

Rena hanya diam. Dirinya yakin, jika orang yang memborong dagangannya pastilah Tuan Baskara, si pemilik Kinara skincare dan kosmetik. Bisa saja, tadi adalah orang suruhannya. Rena menatap sekelilingnya berharap bisa menemukan sosok Tuan Baskara di tengah keramaian.

"Ren, lo kenapa sih? Lo nggak dengar tadi gue suruh periksa isi rekening lo, dananya beneran masuk nggak?" Valia begitu tidak sabaran sampai gemas sendiri.

Rena merogoh saku roknya dan mengeluarkan ponsel androidnya. Notifikasi SMS bankingnya sudah masuk, ada dana sejumlah 2.800.000 rupiah masuk ke rekeningnya belasan menit yang lalu. Valia segera mengambil alih ponsel itu, matanya membelalak kaget saat membaca nominal yang tertera.

"Loh, bagaimana bisa dua juta delapan ratus. Ini lebih karena sedekah atau karena salah nominal?"

"Emang tadi totalnya berapa?" Rena percaya pada Valia sebagai teman yang amanah.

"Satu juta delapan ratus Ren, aku ngomongnya pelan dengan artikulasi yang jelas. Masa iya sih bapaknya budek, nggak mungkinlah cakep-cakep tapi budek," Valia berasumsi sendiri.

"Kalau gitu kita cari yuk, buat balikin duitnya," ajak Rena antusias, ia berharap bisa bertemu dengan Tuan Baskara saat ini.

"Nggak bisa ditransfer balik aja Ren, ke rekeningnya?" Valia beranggapan akan susah mencari sosok lelaki yang telah memborong dagangan mereka. Ia sudah berlalu sejak belasan menit yang lalu.

"Nggak bisa Val. Tiga digit terakhir rekeningnya itu nggak kelihatan, disensor," jelas Rena, itu juga alasannya agar ia bisa segera menyisir setiap lokasi bazaar mencari sosok Tuan Baskara.

"Tapi bentar dong, gue minum dulu ya, baru kerasa nih haus banget," Valia melirik ke arah bungkusan minuman dan banana roll yang masih digenggamnya.

...****************...

Baskara dan Dirga mampir di sebuah cafe tak jauh dari lokasi SMA Dharma Yaksa, hanya berjarak beberapa ratus meter. Keduanya memesan minuman yang sama yaitu Americano.

"Kalau dipikir-pikir lagi, adiknya Alvin itu cukup berbakat membuat kerajinan tangan seperti itu. Kalau masa depannya bagus, dia bisa jadi desainer perhiasan nanti," ungkap Dirga saat Baskara sedang meneguk Americano-nya.

Baskara manggut-manggut setuju. Soalnya hari ini ia merasa senang bisa membantu gadis itu dengan melariskan dagangannya walau nyatanya, Dirga-lah yang ia suruh untuk melakukan itu. Dirga bahkan tak lupa menjalankan pesannya untuk melebihkan uang pembelian aksesoris itu sampai satu jutaan.

"Ya kalau senang bantuin anak itu, kenapa harus aku yang ke sana langsung? Kan bagus kalau mereka melihatmu langsung Bas, apalagi si anak yang namanya Valia itu sudah kenal kamu juga kan?"

"Dirga, kamu tahu sendiri aku lebih suka bermain di balik layar,"

Suasana berubah hening, kedua lelaki dewasa itu tampak menikmati Americano-nya masing-masing.

"Bas, mau makan malam di luar, atau aku langsung antar pulang?" tanya Dirga saat menyadari hari semakin petang.

"Kita balik ke Dharma Yaksa, aku harus pastikan kalau anak itu sudah pulang," jawab Baskara sambil melirik arloji mahal yang melingkari pergelangan kirinya.

"Pasti sudah pulang Bas, dagangannya kan sudah kamu borong sore tadi,"

"Aku harus ke sana langsung untuk memastikan Ga," Baskara kekeuh dengan ucapannya tadi.

"Kamu, peduli sama anak itu karena dia, mirip Kinan kan?" tanya Dirga ingin memastikan.

Baskara diam sejenak, itu memang benar. Tapi dia punya alasan lain.

"Saat mengajaknya tinggal di rumahku, aku sudah berjanji padanya untuk menjadi walinya, jadi ya secara tidak langsung, anak itu adalah tanggung jawabku selama kakaknya mendekam di penjara,"

"Sampai kapan Bas? Untuk saat ini kamu masih memandangnya sebagai seorang anak perempuan, seorang anak yang butuh perwalian dan perlindungan dari orang yang lebih tua. Tidak lama lagi, anak itu akan menjelma menjadi seorang gadis dewasa, apa kamu bisa menjamin kalau hatimu tidak akan goyah terlebih kalian sering bertemu muka karena tinggal satu atap?"

Baskara menatap Dirga tak percaya dengan kata-kata yang terlontar dari mulut sahabatnya itu. Baskara tidak pernah berpikir jauh sampai ke sana. Memang ada perasaan senang saat ia membawa gadis itu ke rumahnya, sebab seperti yang Dirga katakan kalau melihat Rena, seakan ia bisa melihat Kinan hidup kembali lewat kedua matanya yang bening.

"Aku tidak pernah berpikir sampai ke sana Dirga. Kamu tahu sendiri, tidak ada yang bisa menggantikan Kinan di hatiku. Dia mati, dan hatiku juga sudah ikut mati bersamanya," Baskara mengucap begitu emosional, sampai Dirga menatap bersalah karena telah melukai perasaan lelaki itu, yang selama sisa hidupnya dipastikan ia akan terus hidup dalam bayang-bayang perasaan bersalah dan penuh penyesalan atas kematian Kinan dan calon bayi mereka, karena keteledorannya saat mengemudi enam tahun yang lalu.

Sebenarnya Dirga akan merasa senang, jika Baskara bisa jatuh cinta lagi dengan perempuan lain selepas kepergian Kinan. Tapi jika itu harus dengan Rena, Dirga merasa keberatan dan tidak setuju, sebab jarak usia keduanya terlalu jauh, selisih usia mereka sampai tujuh belas tahun, ia takut dengan hadirnya Rena, Baskara malah akan mengidap paedofilia. Apalagi usia Rena yang masih di bawah umur, belum cukup 17 tahun.

...****************...

Meski dagangan mereka telah habis, dan keduanya sempat mendapat beberapa pembeli yang custom gelang, Valia menolak untuk segera pulang. Ia memaksa Rena untuk menemaninya menonton konser band indie. Setelah berlelah-lelah dengan urusan dagang, tidak ada salahnya rileks sedikit dengan menikmati hiburan musik yang masih on di atas panggung.

Rena sejujurnya sudah merasa lelah, dirinya yang introvert sebenarnya kurang nyaman di tengah keramaian begini. Tapi demi Valia, ia akan menyanggupi. Gadis itu juga sudah berjuang untuknya, membantunya berjualan.

Kedua gadis itu berdiri di depan panggung hanya di batasi oleh pembatas besi. Band selanjutnya pun tampil, para personilnya satu per satu naik ke atas panggung. Kedua gadis itu tampak kaget saat melihat siapa yang mengisi posisi gitaris. Tak lain dan tak bukan adalah Revan, siswa baru di kelas mereka.

"Gila, itu si Revan! Gue kira dia tahunya cuman basket, sekarang nyambi jadi gitaris juga," cerocos Valia yang tampak kagum memiliki teman yang keren dan berbakat seperti Revan.

Rena diam saja, meski ia sendiri juga tak lepas menatap ke arah sosok Revan yang tampak keren dalam balutan kemeja kotak-kotak hitam dengan celana jeans dan sepatu kets yang senada dengan warna kemejanya.

Band itu lalu memperkenalkan dirinya yang diwakili oleh sang vokalis.

"Selamat sore semuanya. Gue harap kalian akan menikmati hiburan penutup petang ini dari band kami. Kenalin kami dari Blue Band,"

Valia sontak tertawa keras, "ha ha ha lawak banget, personilnya pada keren-keren, cakep-cakep, masa iya band-nya diberi nama Blue Band. Margarin kali,"

Rena ikut tertawa namun, tawanya tak bersuara. Pemilihan nama Blue Band itu memang sangat lucu, benar-benar di luar ekspektasi mereka. Rena jadi merasa sepertinya nanti ia akan memberanikan dirinya bertanya langsung pada Revan mengapa band-nya itu menggunakan nama Blue Band, persis nama sebuah merek margarin yang beredar di tengah masyarakat.

"Mungkin maunya kayak Ungu Band kali, tapi cuman bisa jadi Blue Band," celetuk Rena.

"Ih, Renaku, udah jago ngelawak juga ya," Valia langsung terkekeh dengan jokes yang dilontarkan Rena tadi. "Bener deh, hari ini lelahnya gue sehabis mencari nafkah jadi buyar karena Blue Band-nya si Revan sama jokes dari lo," Valia kembali tertawa sambil memegangi perutnya.

"Oke, oke, terima kasih dari para penonton atas sambutan tawanya yang meriah sore ini," ucap sang vokalis lewat pengeras suara. Ia lalu mendengarkan pertanyaan dari salah satu penonton, yang bertanya apa filosofi sehingga band mereka dinamakan Blue Band.

"Yang nanya kenapa nama band kita adalah Blue Band. Pasti bukan anak dari Dharma Yaksa kan? Kalau anak Dharma Yaksa pasti pada tahu kalau kita menamain band ini dengan nama Blue Band simple aja sih, karena semua personil band ini adalah penyuka warna biru," jawab sang vokalis. "Dan kenalin gue Bryan sebagai vokalis, kemudian di belakang kiri gue ada Revan sebagai gitaris utama,"

Revan menangkupkan tangannya dan tersenyum ke arah lautan penonton.

"Revan! Revan!" teriak Valia sekencang mungkin sambil melambaikan kedua tangannya. Revan seolah mencari dengan kedua matanya di mana asal suara itu, ia cukup mengenali suara Valia. Dan akhirnya cowok itu melihat Valia tersenyum riang menatap ke arahnya. Revan balas melambaikan sebelah tangannya dan seketika kedua matanya juga mendapati Rena yang berdiri diam dan kalem di samping Valia. Keduanya saling berpandangan sejenak, tapi Rena kemudian mengalihkan pandangannya. Revan pun tersenyum samar.

"Lanjut Fajri sebagai gitaris kedua, dan di belakang kanan gue ada Aldo sebagai drummer," lanjut sang vokalis memperkenalkan anggotanya yang lain.

Aldo tersenyum sambil memukulkan stik drum-nya.

"Baiklah, sebagai penutup kegiatan bazaar sore ini, satu buah lagu ciptaan band kami yang berjudul Meraih Angan,"

Revan pun bersiap dengan Fajri dengan menggoreskan senar gitar listrik mereka.

Episodes
1 Gadis Bermata Bening
2 Sendirian
3 Uang dan Kekuasaan
4 Simpati
5 Baskara Aditya Mahendra
6 Menumpang
7 Bukan Sugar Daddy
8 Kembali Ke Sekolah
9 Kinanti
10 Revandra
11 Bestie Valia
12 Adik
13 Bazaar SMA Dharma Yaksa
14 Renata Accesories
15 Selisih 17 Tahun
16 Upaya Penculikan
17 Berdua
18 Baik dan Bijak
19 Pesona Revan
20 Cinta dan Kagum
21 Menjenguk Alvin
22 Cerita Sedih Tuan Baskara
23 Tidak Masuk Logika
24 Fitnah Keji
25 Rena vs Thalia
26 Hati Yang Mati
27 Pesona Tuan Baskara
28 Langit dan Bumi
29 Tak Terganti
30 Reinkarnasi
31 Self Improvement
32 Stilletto
33 Dijenguk Revan dan Valia
34 Adu Basket
35 Nikah Muda?
36 Percobaan Pembunuhan Alvin
37 Seluas Samudra
38 Renata Amelia
39 Kesempatan Kedua
40 Kara
41 Mulai Berubah
42 Makam Kinan
43 Pillow Talk
44 Nostalgia
45 Misi
46 Rere Fans Club
47 Tuan & Nyonya Mahendra
48 Kata-kata Ibu
49 Lipstik Merah
50 Aku Mencintaimu, Tuan Baskara
51 Ditolak
52 Mulai Goyah
53 Patah Hati
54 Paramitha
55 Penasaran
56 Lidya
57 Gadis Penebus Hutang
58 Berbagi Suami
59 Istri Kedua
60 Jawaban Do'a
61 Zalina Paramitha
62 Teori
63 Harta Yang Tak Ternilai
64 Aku Bukan Kinan!
65 Firasat
66 Bayangan Kecelakaan
67 Trauma Psikologis
68 Psikoterapi
69 Permintaan Revan
70 Asal Usul
71 Album Foto
72 Diusir
73 Surat Lidya
74 Kenyataan Baru
75 Tak Mau Berharap Lebih
76 Dunia Yang Sempit
77 Belum Yakin
78 Debaran
79 Mati Lampu
80 Hati Yang Hidup Kembali
81 Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi?
82 Sunset
83 Memulai Segalanya
84 Kenyataan
85 Sandwich
86 Selamat Datang di Rumah
87 Buku Harian Kinan
88 Tujuh Tahun
89 Me-nikah?
90 Keraguan
91 Mengakui Hubungan
92 Rahasia Kinan
93 Filosofi Kemacetan
94 Vonis Alvin
95 Sarah Safirah
96 Kau adalah Rumah
97 Ulang Tahun Baskara
98 Ujian Cinta
99 Pernyataan Cinta Revan
100 Celaka
101 Ulang Tahun 18
102 Hari Pertunangan
103 Menyerah
104 Segera Menikah
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Gadis Bermata Bening
2
Sendirian
3
Uang dan Kekuasaan
4
Simpati
5
Baskara Aditya Mahendra
6
Menumpang
7
Bukan Sugar Daddy
8
Kembali Ke Sekolah
9
Kinanti
10
Revandra
11
Bestie Valia
12
Adik
13
Bazaar SMA Dharma Yaksa
14
Renata Accesories
15
Selisih 17 Tahun
16
Upaya Penculikan
17
Berdua
18
Baik dan Bijak
19
Pesona Revan
20
Cinta dan Kagum
21
Menjenguk Alvin
22
Cerita Sedih Tuan Baskara
23
Tidak Masuk Logika
24
Fitnah Keji
25
Rena vs Thalia
26
Hati Yang Mati
27
Pesona Tuan Baskara
28
Langit dan Bumi
29
Tak Terganti
30
Reinkarnasi
31
Self Improvement
32
Stilletto
33
Dijenguk Revan dan Valia
34
Adu Basket
35
Nikah Muda?
36
Percobaan Pembunuhan Alvin
37
Seluas Samudra
38
Renata Amelia
39
Kesempatan Kedua
40
Kara
41
Mulai Berubah
42
Makam Kinan
43
Pillow Talk
44
Nostalgia
45
Misi
46
Rere Fans Club
47
Tuan & Nyonya Mahendra
48
Kata-kata Ibu
49
Lipstik Merah
50
Aku Mencintaimu, Tuan Baskara
51
Ditolak
52
Mulai Goyah
53
Patah Hati
54
Paramitha
55
Penasaran
56
Lidya
57
Gadis Penebus Hutang
58
Berbagi Suami
59
Istri Kedua
60
Jawaban Do'a
61
Zalina Paramitha
62
Teori
63
Harta Yang Tak Ternilai
64
Aku Bukan Kinan!
65
Firasat
66
Bayangan Kecelakaan
67
Trauma Psikologis
68
Psikoterapi
69
Permintaan Revan
70
Asal Usul
71
Album Foto
72
Diusir
73
Surat Lidya
74
Kenyataan Baru
75
Tak Mau Berharap Lebih
76
Dunia Yang Sempit
77
Belum Yakin
78
Debaran
79
Mati Lampu
80
Hati Yang Hidup Kembali
81
Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi?
82
Sunset
83
Memulai Segalanya
84
Kenyataan
85
Sandwich
86
Selamat Datang di Rumah
87
Buku Harian Kinan
88
Tujuh Tahun
89
Me-nikah?
90
Keraguan
91
Mengakui Hubungan
92
Rahasia Kinan
93
Filosofi Kemacetan
94
Vonis Alvin
95
Sarah Safirah
96
Kau adalah Rumah
97
Ulang Tahun Baskara
98
Ujian Cinta
99
Pernyataan Cinta Revan
100
Celaka
101
Ulang Tahun 18
102
Hari Pertunangan
103
Menyerah
104
Segera Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!