Seperti biasanya, setiap pagi Rena dan Baskara berangkat bersama menaiki Rolls-Royce yang dikemudikan oleh Pak Hasan. Tapi kali ini Rena meminta Pak Hasan untuk menurunkannya beberapa meter dari gerbang sekolah. Pak Hasan pun langsung bertanya mengapa.
"Nggak apa-apa sih pak. Hanya terlalu mencolok aja, saya malas jadi bahan gosipan anak-anak di sekolah," jawab Rena sambil melirik spion, menatap ke arah Tuan Baskara yang rupanya sedang jadi pendengar antara obrolan Rena dan Pak Hasan. Rena pikir, tuan baik hati itu seperti biasanya sedang sibuk dengan tab-nya, rupanya ia sedang mendengarkan.
"Seandainya kamu sudah tujuh belas tahun dan punya izin mengemudi, bukan tidak mungkin saya kasih kamu salah satu kendaraan saya di rumah untuk kamu pakai pulang pergi sekolah," celetuk Baskara sebelum Rena turun dari mobilnya.
Rena terkekeh pelan, "nggak usah repot-repot tuan, kalaupun tujuh belas tahun dan punya SIM, saya nggak bisa bawa mobil,"
"Mungkin bisa bawa motor," celetuk Pak Hasan juga.
Rena menggeleng pelan, "saya juga nggak bisa bawa motor pak. Saya pamit ya pak, tuan," Rena tersenyum sebentar lalu turun, sambil menenteng sebuah tas kecil yang berisi hasil karya manik-maniknya yang akan dijualnya nanti sepulang sekolah bersama Valia.
Rena berjalan santai menuju sekolahnya. Tanpa dirinya sadari, beberapa pasang mata sedang menatapnya dari atas sebuah mobil Avanza berwarna hitam.
Saat melintasi gerbang sekolah, Rena melihat seorang siswa melintas di depannya dengan menaiki sebuah motor sport dan berhenti di parkiran. Semua pasang mata menatap ke arahnya termasuk Rena, yang tampak penasaran siapa gerangan siswa itu, kedatangannya langsung menarik perhatian orang-orang.
Ketika helmnya dibuka, ternyata itu adalah Revan. Rena menghembuskan nafasnya, seakan kecewa dengan ekspektasinya sendiri. Ia bergegas menuju kelasnya. Tak lama kemudian, Revan juga sampai di kelas. Keduanya tidak bertegur sapa, meski duduk sejurusan.
Revan tiba-tiba datang sambil membawa beberapa bingkisan kado di tangannya.
"Lo mau nggak? Nih gue kasih," Revan meletakkan semua kado-kado itu tepat di atas meja Rena.
Rena menatap kaget melihat sikap Revan yang tiba-tiba memperlakukannya seperti itu.
Tanpa menunggu respon dari Rena, cowok itu bergegas keluar kelas dengan gaya santai.
"Apa dia lagi pamer ya, punya banyak penggemar di sekolah ini," Rena bergumam sambil tak lepas menatap punggung Revan yang berjalan keluar kelas hingga hilang dari pandangannya. Rena kemudian membagi-bagikan kado-kado itu ke beberapa teman kelasnya.
...****************...
Dirga memarkir mobil Pajero Sport-nya di parkiran SMA Dharma Yaksa. Di sisinya duduk Baskara. Hari ini ia menyuruh Pak Hasan untuk pulang cepat. Karena dirinya yang akan mengunjungi langsung boot Kinara, salah satu brand skincare dan kosmetik dari perusahaannya. Kinara adalah gabungan nama dari Kinan dan Baskara.
Baskara dan Kinan adalah alumni dari SMA Dharma Yaksa. Dulu saat Kinan masih hidup, keduanya cukup aktif dalam kepengurusan ikatan alumni. Enam tahun belakangan setelah peristiwa kecelakaan yang menimpanya, Baskara sudah tidak aktif lagi, dirinya jarang terlibat kegiatan bersama ikatan alumni. Ia lebih banyak menyumbang dana untuk setiap kegiatan dari Ika Alumni Dharma Yaksa.
Kedua lelaki dewasa dan mapan itu berjalan bersama menuju boot Kinara. Di sana telah stand by beberapa Sales Promotion Girl yang sedang melayani siswi SMA Dharma Yaksa konsultasi seputar produk skincare dan kosmetik mereka.
Keduanya langsung disambut oleh salah satu karyawan perusahaan yang bekerja di bagian marketing. Kegiatan bazaar yang diadakan oleh OSIS SMA Dharma Yaksa itu adalah untuk menggalang dana bantuan kemanusiaan yang nantinya akan dikirimkan ke wilayah konflik di Gaza, Palestina.
Saat keduanya sedang fokus pada penjelasan sang karyawan marketing, seseorang tiba-tiba memanggil nama Baskara.
"Bas? Baskara?"
Baskara menoleh ke asal suara, dilihatnya seorang perempuan dengan rambut panjang bergelombang. Menatapnya senang.
"Oh, hai Bella," sapa Baskara, ia langsung mengenali sosok itu. Bella Adelia, dulunya adalah teman sekelasnya di Dharma Yaksa, seorang gadis periang anggota tim pemandu sorak yang menjadi salah satu kecintaan kaum adam di angkatannya.
"Nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini. Biasanya kalau ada kegiatan begini, kamu nggak pernah datang,"
Baskara tersenyum sejenak.
"Kamu apa kabar?" tanya Bella lebih lanjut. Terakhir kali ia bertemu lelaki itu adalah saat ia datang menjenguknya dulu setelah kecelakaan yang menimpanya.
"Aku baik, kamu sendiri?" balas Baskara, sebenarnya hanya basa-basi saja.
"Aku juga baik," jawab Bella, tak lepas menatap sosok Baskara. Walau kini di wajahnya dipenuhi cambang, bagi Bella, Baskara masih tetap sosok yang menawan dan penuh pesona seperti saat ia bertemu dan mengenal Baskara di masa-masa SMA mereka dulu.
"Udah nambah anak?" tanya Baskara iseng. Ia cukup tahu dulu, sebelum dirinya menikahi Kinan, Bella lebih dulu menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya dan telah dikaruniai seorang anak perempuan, kalau dihitung-hitung usianya mungkin sudah sekitar delapan atau sembilan tahun.
Bella tersenyum masam sejenak, "anak masih satu Bas,"
"Ya, kita udah lama nggak ketemu, jadi aku pikir anakmu mungkin sudah nambah,"
"Aku sama seperti kamu Bas, aku janda dan kamu duda. Aku cerai empat tahun yang lalu," ungkap Bella yang terlihat santai tanpa beban, apalagi kesedihan karena gagalnya ia mempertahankan rumah tangganya.
"Aku sungguh tidak menyangka," Baskara menatap prihatin.
"Aku juga belum berpikir untuk menikah lagi, aku harus benar-benar selektif, soalnya aku punya anak dan aku juga ingin dia bisa tulus menyayangi dan mencintai anakku, meski statusnya hanya ayah sambung,"
"Aku doakan semoga kamu dimudahkan menemukan yang tepat untukmu dan juga anakmu," Baskara mendoakan dengan tulus.
"Terima kasih," ucap Bella, "kamu masih betah sendiri aja?" tanya Bella dengan basa-basi keponya. Sejak SMA ia cukup tahu bagaimana sayangnya Baskara terhadap Kinan.
"Sangat betah," jawab Baskara dengan mantap sambil nanar menatap sekeliling yang ramai dipenuhi oleh siswa siswi SMA Dharma Yaksa maupun dari sekolah-sekolah lain. Baskara sedang mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan.
Bella tak menyangka, sampai kapan Baskara betah menyendiri untuk tidak menikah lagi, sampai kapan ia akan terus menyandang status dudanya. Sejak Baskara dan Kinan ketahuan berpacaran dulu, Bella begitu iri sebab Kinan mendapatkan lelaki idaman seperti Baskara, yang baik dan juga setia. Seandainya saja Baskara memberinya kesempatan untuk mengisi kekosongan hatinya setelah meninggalnya Kinan. Tapi rasanya tidak mungkin, Baskara sudah cinta mati kepada Kinan.
Walau sudah berlalu enam tahun, Bella bisa melihat jelas dalam kedua mata hitam Baskara, yang berusaha untuk tetap kuat namun sebenarnya ia sangat rapuh di dalam. Dukanya tidak akan pernah hilang, karena sampai mati pun ia akan terus menyalahkan dirinya sebagai penyebab kematian sang istri dan juga sang calon anak.
"Oh iya Bell's, kenalkan ini Dirga sekretarisku," Baskara mengalihkan pembicaraan apalagi jika itu menyangkut dirinya dan juga Kinan. Dirga baru saja selesai mengobrol dengan karyawan marketing yang kini masuk kembali ke dalam boot.
Bella mengulurkan tangannya lebih dulu, namun saat itu tanpa sengaja ia menjatuhkan sesuatu dari genggamannya.
Baskara dengan sigap mengambil sebuah kantong plastik kecil berwarna putih, ia bisa melihat isinya adalah sebuah aksesoris manik-manik berupa kalung dan gelang.
"Itu pasti buat putrimu kan?" tanya Baskara saat menyerahkan kembali plastik berisi kalung dan gelang manik itu.
Bella menerimanya dan memasukkannya ke dalam tas jinjingnya.
"Iya, ada anak SMA tadi yang berjualan. Oh iya, menurutku anak itu mirip Kinan, mata mereka sama persis. Ngomong-ngomong, apa gadis itu keluarganya Kinan? Sepupunya mungkin. Kamu tahu, tadi aku ke sana bukan untuk membeli jualannya, tapi karena saat melihat wajahnya apalagi matanya, aku seperti melihat Kinan hidup kembali. Kalau dilihat-lihat, aksesoris manik buatannya sangat bagus, walau harganya agak mahal, tapi aku yakin anakku pasti suka saat aku membawakan untuknya," ungkap Bella dengan jujur.
Baskara tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Siapa lagi gadis yang dimaksud oleh Bella jika itu bukan Rena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments