"Val, pulang yuk, udah maghrib nih," bujuk Rena tepat di telinga Valia, sementara gadis itu masih terbawa suasana dengan lagu Meraih Angan yang sebenarnya adalah lagu yang penuh dengan lirik motivasi dan perjuangan.
Valia mendongak menatap langit rembang petang yang semakin memerah. Ia segera merogoh isi tasnya hendak mengeluarkan ponselnya. Benar dugaannya kalau ia mendapati notifikasi missed call sebanyak enam kali dari dari orang tuanya. Tiga kali dari sang ayah dan tiga kali dari sang ibu.
Valia bergegas mengajak Rena keluar dari barisan penonton dan berjalan ke belakang panggung. Begitu suara bass band tidak terlalu riuh di telinganya, Valia segera menelpon sang ayah. Tak lama kemudian telponnya diangkat. Rena mengamati kawannya itu yang tertunduk diam, sayup-sayup Rena bisa mendengar suara bariton sang ayah yang sedang memarahi sang anak karena sampai waktu maghrib belum pulang ke rumah.
"Maaf beh, Val tadi keasyikan nonton konser bareng Rena. Untung aja Rena ingetin, ini udah mau pulang kok. Habis ini Val langsung pesen ojol," Valia mematikan sambungan teleponnya dan menunduk membuka aplikasi hijau untuk memesan ojol.
"Udah Val, gue udah pesan ojol buat lo," Rena menyodorkan ponselnya dan menunjukkan maps di mana sang ojol dalam perjalanan menuju ke Dharma Yaksa untuk menjemput.
"Lah, gue baru aja mau pesen,"
"Biar cepat sampai rumah, bestie. Gue khawatir babeh semakin marah karena lo pulang telat gara-gara gue ajakin buat jualan,"
"Santai aja Ren. Lo tahu sendiri babeh gue, marahnya gitu-gitu aja, mulutnya aja yang nyablak, tapi dia baek kok, kagak pernah mukul gue apapun kesalahan gue,"
Rena tersenyum, "keluar deh Betawinya,"
Valia terkekeh pelan, "ya udah gue pesenin lo ojol ya di aplikasi gue,"
Rena mengangguk setuju. Valia tertunduk sembari sibuk menggulir layar ponselnya.
Rena merasa iri melihat Valia yang hidup dengan kehadiran kedua orang tuanya yang masih lengkap dan dalam keadaan sehat wal Afiat. Seandainya ia juga bisa merasakan ditelpon dan dimarahi orang tua karena terlambat pulang, tentu ia tidak mengharap kebahagiaan yang lebih lagi selain dari cinta, kasih sayang dan perhatian orang tua. Dulu saat sang ayah masih hidup, ia jarang pulang terlambat, karena sang ayah sering drop dan keluar masuk rumah sakit, jadi Rena selalu berusaha untuk pulang tepat waktu, malah ia lebih sering izin untuk pulang lebih awal atau malah izin tidak masuk sekolah demi merawat dan menemani ayahnya di rumah sakit, sementara Alvin sibuk mencari uang dengan bekerja di perusahaan untuk membayar tagihan rumah sakit dan untuk membeli obat-obatan. Karena hal itu juga membuat nilai-nilai Rena di semester lalu agak menurun, padahal Rena sebenarnya cukup pintar tapi dirinya selama ini tidak terlalu bisa fokus belajar karena keadaannya yang kurang beruntung. Tapi ia bersyukur memiliki teman yang baik seperti Valia, yang selalu mampu membuatnya tertawa di saat sedih maupun susah, dan juga ia bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik Tuan Baskara yang begitu perhatian dengan kondisinya saat ini sebagai seorang gadis sebatang kara. Hatinya merasa hangat tiap kali berinteraksi dengan sosok Tuan Baskara.
Kedua gadis itu kini sedang menunggu di depan gerbang SMA Dharma Yaksa. Hari semakin gelap, dan orang-orang baru saja melaksanakan shalat maghrib.
Ojek online yang dipesan Rena untuk Valia, akhirnya tiba.
"Ren, nggak apa-apa gue pulang duluan?" Valia sedikit khawatir menatap kepada kawannya sebelum dirinya naik ke atas motor. Soalnya hari semakin gelap dan malam, gara-gara ia mengajak nonton konser, jadinya mereka harus pulang kemalaman.
"Nggak apa-apa,"
Sejujurnya Valia begitu khawatir meninggalkan Rena sendirian menjelang malam begini, seandainya babehnya tidak menelpon mencarinya mungkin lebih baik mereka pulang naik taksi online saja. Tapi Valia harus segera sampai di rumahnya setidaknya sebelum masuk waktu isya.
"Ya udah Ren, gue duluan ya. Lo baik-baik ya di sini," pesan Valia kemudian naik dan memakai helmnya.
"Iya neng, bilang ke ojolnya ya gue nungguin di bangku itu," tunjuk Rena pada sebuah bangku berjarak beberapa meter tak jauh darinya . Ia melambaikan tangannya ketika ojol yang dinaiki Valia berangkat pergi membawa gadis itu segera pulang.
Rena berjalan pelan di atas trotoar. Seandainya Valia tidak memesan ojol untuknya juga, Rena masih bisa singgah di masjid sekolah untuk shalat Maghrib dulu. Kalaupun shalat sekarang, pasti juga tidak akan khusyuk karena kepikiran ojolnya mungkin akan tiba pas dia sedang shalat. Rena pun mendudukkan dirinya di atas sebuah bangku panjang tak jauh dari papan nama SMA Dharma Yaksa. Tanpa dirinya sadari, sebuah mobil Avanza Hitam parkir tak jauh darinya, beberapa orang laki-laki dari atas mobil itu menatap tak lepas kepadanya.
Dengan gerakan cepat, dua pria asing turun dari mobil itu dan berlari cepat ke arah Rena yang duduk lesu dan capek karena aktifitasnya seharian, dari sekolah sampai jualan dan nonton konser. Begitu ia menoleh, dilihatnya laki-laki asing itu sudah semakin dekat, ia tak bisa bergerak cepat untuk menghindar. Kedua laki-laki asing itu kini mengerumuninya, satu dari mereka kini memegangi kedua tangannya di belakang badannya. Dan satunya lagi membekap mulutnya dengan sapu tangan, agar dirinya tak bisa mengeluarkan suara untuk berteriak.
Suasana saat itu cukup lengang, karena sedang shalat maghrib. Suasana ramai hanya di dalam area sekolah.
Rena syok dan tak berdaya, tubuhnya yang kecil dan ringkih, diseret paksa untuk segera naik ke dalam mobil Avanza Hitam. Rena sampai menitikkan air mata dengan apa yang sedang dialaminya saat ini, ia sangat kaget, kenapa tiba-tiba ia hendak dibawa pergi, siapa orang-orang yang hendak menculiknya ini, dia tidak kenal sama sekali.
Sebelum mereka sampai di mobil, sebuah Pajero Sport melakukan manuver nyaris berbahaya karena hampir saja menabrak ketiganya. Baskara segera melompat turun dari mobil, kedua lelaki asing itu hendak membawa Rena pergi, namun Rena bertahan sekuat tenaga. Hingga kedua lelaki itu terpaksa melepaskannya. Rena melihat Baskara beradu fisik dengan mereka berdua, ia sungguh khawatir.
Dirga pun muncul di dekat gadis itu,
"Ayo naik ke mobil!" titahnya dan segera berlari menarik Rena menaiki mobilnya di jok belakang. Rena menurut dengan jantung yang berdebar-debar, ia khawatir akan kondisi Tuan Baskara yang melawan mereka sendirian.
Di dalam mobil, Rena segera mengunci pintunya dari dalam. Ia tak lepas menatap bagaimana Baskara dan Dirga sedang bertarung imbang dua lawan dua dengan lelaki asing yang hendak menculiknya tadi. Rena segera membuka tasnya dan mengeluarkan ponselnya menelpon kontak kepolisian.
Setelah ia selesai menelpon, Rena melihat kedua lelaki asing itu kewalahan menghadapi kekuatan Baskara dan Dirga. Mereka berhasil membekuk salah satu dari keduanya dan satunya lagi berhasil kabur menaiki Avanza Hitam, dan segera tancap gas secara ugal-ugalan.
Dirga menahan kedua tangan lelaki asing itu yang kini terbaring di atas aspal dengan tubuh yang tengkurap. Wajahnya agak babak belur terkena hantaman bergantian dari Baskara maupun Dirga.
Baskara lalu berjongkok menatap wajah babak belur lelaki itu, ia menarik keras rambutnya ke belakang, "Siapa yang memerintahkanmu, hah!!" bentak Baskara dengan emosi meletup-letup.
Namun lelaki asing itu bungkam, tak peduli dengan luka dan rasa sakit di wajah dan sekujur tubuhnya.
Orang-orang dari sekolah dan sekitaran sekolah, berdatangan untuk melihat, saat warga sekitar ingin membantu perkelahian itu, Baskara dan Dirga terhitung lebih cepat bisa mengatasinya berdua.
Rena bergegas turun dari mobil, ia berlari menghampiri menembus kerumunan orang-orang.
"Tuan Bas, nggak apa-apa kan?" Rena menatap dengan raut khawatir.
"Saya tidak apa-apa Rena, selama ada Dirga semua bisa teratasi," jawab Baskara sambil menatap wajah Rena yang meninggalkan jejak air mata di kedua pipinya yang putih.
Rena melirik ke arah Dirga yang baru saja bangkit setelah para warga mengambil alih untuk mengamankan salah satu pelaku penculikan yang berhasil dibekuknya bersama Baskara.
Akhirnya ia tahu seperti apa sosok Dirga, sekretaris Tuan Baskara. Pasti Dirga tadi yang datang membeli habis dagangannya atas perintah Tuan Baskara, pikir gadis itu. Kini ia merasa tidak takut dan khawatir lagi, karena ada Tuan Baskara, dan Rena selalu merasa aman dan nyaman berada di dekat Tuan Baskara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments