Sementara itu, di sisi lain Lola pun menghampiri Laura setelah panggilan dari Bryan terputus. Hari ini Laura tampak lebih banyak senyum dari pada kemarin dan sudah tidak pendiam lagi.
“Laura, apakah kau tidak mendengar ada telepon masuk ke ponselmu?” tanya Lola yang sudah berdiri di depan Laura.
Laura mengerutkan dahinya, lalu mengambil ponsel dari kantung celananya. Gadis itu sengaja mematikan nada dering ponsel supaya tidak ada yang mengganggunya saat sedang bekerja, terutama Bryan.
“Aku biasa mematikan nada dering ponselku saat sedang bekerja, Lola,” jawab Laura tak sepenuhnya berbohong.
Saat Laura memeriksa ponselnya, mata gadis itu membelalak lebar saat mendapati betapa banyaknya panggilan tak terjawab dari Bryan. Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Lola.
Dia masih saja menghubungiku, pergilah Bryan. Jangan membuatku takut pada diriku sendiri. Ingat Laura, berhenti jika tidak ingin tersakiti. Batin Laura terus mengingatkan dirinya meski itu semua percuma.
“Apakah kau bertanya tadi karena Bryan menghubungimu?” tanya Laura saat Lola masih saja berdiri di depannya.
Lola mengangguk. “Dia berkata lima belas menit lagi dia akan datang ke sini,” ucap Lola.
“Apa? Untuk apa?” tanya Laura.
Selain karena terkejut dengan pernyataan Lola, Laura juga sebetulnya merasa tidak enak hati sebab dia dan Bryan harus melibatkan Lola di dalam masalah mereka berdua hanya karena Laura menolak untuk berkomunikasi dengan Laura dua hari belakangan.
“Maaf, Bu Lola. Ada pesanan yang harus diantar sekarang juga tapi pegawai yang biasa mengantar bunga masih belum pulang,” ucap salah satu pegawai Secret Garden, membuat Laura dan Lola teralihkan perhatiannya sejenak.
Laura yang belum siap untuk menemui Bryan pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kabur dari Bryan.
“Lola, biarkan aku yang mengantarnya.” Gadis itu mengambil buket bunga dari salah satu pegawai. “Apakah ini bunga pesanannya?”
“Iya, Laura.”
“Oke. Aku akan mengantarnya,” ucap Laura.
“Laura, tapi Bryan berkata kalau dia akan menemuimu lima belas menit lagi,” tegur Lola.
“Tidak masalah, aku pasti sudah sampai di sini kembali sebelum Bryan datang. Aku pergi dulu," pamit Laura bergegas pergi.
Lola yang tidak tahu kalau saat ini Laura sedang menjalani misi untuk menjauhi Bryan pun akhirnya mengizinkan Laur untuk pergi. Lagi pula, jarak tempuh yang harus Laura ambil tidak akan begitu jauh jadi Laura percaya dengan ucapan gadis itu.
“Ya sudah. Cepatlah kembali. Aku tidak enak kalau harus membiarkan Bryan menunggumu,” ucap Lola sedikit berteriak agar Laura yang sudah menjauh mendengarnya.
Laura menganggukkan kepala lalu mempercepat langkahnya pergi membawa pesanan bunga untuk diantar. Gadis itu berpikir untuk sengaja berlama-lama pergi supaya bisa menghindari Bryan.
Laura belum bisa menemui Bryan. Tidak saat dirinya bahkan belum bisa memutuskan apakah dia harus mengakhiri segalanya atau harus tetap melangkah ke depan. Hubungannya dengan Bryan tentu tidak seharusnya serunyam ini kalau mereka berdua sama-sama mengalah untuk mengimbangi pendapat satu sama lain.
Maaf aku harus berbohong padamu, Lola.
Setelah satu jam pergi dan berpikir kalau Bryan sudah pergi, barulah saat itu Laura kembali ke Secret Garden. Gadis itu berjalan santai masuk ke Secret Garden sebab dia pikir dia sudah bisa berhasil untuk menghindari Bryan.
“Laura, kenapa kau baru kembali?” tanya Lola. “Bukannya tadi kau berkata akan cepat kembali? Dan jarak alamat itu tidak begitu jauh, bukan?”
Laura meringis. Pura-pura bersikap polos di depan Lola. “Maaf, Lola. Tadi, di jalan tiba-tiba saja ban mobilnya kempes jadi aku harus pergi ke bengkel terlebih dahulu,” kilahnya.
“Tapi, semuanya sudah baik-baik saja sekarang, ‘kan?” tanya Lola. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sulitnya Laura membawa mobilnya ke bengkel.
“Ya sudah. Kembalilah bekerja sekarang,” ucap Lola yang dijawab Laura dengan anggukan kepala.
Di sisi lain, Bryan yang tadi tidak sempat bertemu Laura rupanya menunggu Laura dari dalam mobil. Dia sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh supaya Laura tidak tahu kalau ada dia di sana.
Pria itu lantas berjalan menyusul Laura ke dalam toko bunga dan menghampiri Laura yang tengah sibuk dengan buket bunga pesanan.
“Hai, Laura. Kau apa kabar?” sapa Bryan, membuat Laura terkejut saat melihatnya.
Ya Tuhan. Kenapa aku tetap saja bertemu dengannya. Kenapa semua usahaku untuk menjaga jarak darinya selalu percuma?
“Kenapa kau ada di sini?”
“Untuk menemuimu.”
“Maaf, aku sedang sibuk bekerja.”
“Apakah kau tidak bisa menyempatkan waktu untukku sedetik pun?” tanya Bryan dengan frustrasi sebab dari tadi Laura tampak menghindarinya.
"Aku sibuk, Bryan. Lihatlah!" ucap Laura lagi.
"Kau mencoba menghindar dariku. Aku sadar itu. Apa salahku?" tanya Bryan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments