"Mereka bukan kekasihku. Hanya teman tidurku," jawab Bryan dengan mudahnya.
"Bryan. Tolong jangan menyamakan aku seperti wanita-wanita yang sering kau kencani. Aku tahu aku tidak sebanding denganmu, tapi bukan bearti kau bisa mempermainkan perasaanku sesukamu. Aku tidak pernah ingin menjalin hubungan yang tak jelas seperti itu," ucap Laura lagi.
Bryan menghela napasnya. “Dengarkan aku. Kamar-kamar itu diperuntukkan untuk wanita yang pernah tidur denganku. Aku tidak pernah benar-benar memiliki kekasih selama ini. Percayalah itu tidak pernah. Mereka tidur bersamaku juga bukan karena aku memaksa, semua karena suka sama suka sama seperti banyak orang lainnya,” ujar Bryan dengan santai.
“Seranjang tapi bukan pasangan. Kenapa?” tanya Laura seraya menatap Bryan penuh selidik.
“Menjalin hubungan dengan seorang pria sepertiku bukanlah hal yang mudah, Laura. Selain karena aku belum siap untuk menjalin hubungan yang serius, setiap langkahku diikuti oleh banyak sekali media yang selalu siap untuk memberitakannya,” jelas Bryan. Tak ada kebohongan dari jawaban Bryan, tetapi semua jawabannya membuat Laura merasa tak nyaman dihatinya.
Laura bangkit berdiri. “Aku haus. Apakah kau juga ingin minum sesuatu?” tanyanya. Entah kenapa pembahasan tentang hal ini membuat Laura merasa tenggorokannya sangat kering. Ah, bahkan gadis itu juga merasa gugup tanpa sebab.
Bryan mengangguk. “Segelas camomile tea saja,” jawab Bryan. Pria itu ikut berdiri dan mengikuti Laura menuju ke dapur kecil yang tersedia di apartemen Laura.
Sambil menunggu Laura membuatkan teh untuknya, Bryan kembali melanjutkan penjelasannya mengenai hubungannya dengan wanita-wanita yang dia kencani. Entah kenapa, Bryan ingin bersikap transparan dan terbuka di depan Laura. Hal yang tak pernah Bryan lakukan sebelumnya tentu saja.
“Aku sangat menghindari terjadinya skandal, Laura. Orang-orang sepertiku memiliki banyak rival bisnis yang ingin sekali menjatuhkan setiap langkahku. Jadi, aku memang harus sangat berhati-hati. Aku tidak mau kehidupan asmaraku sampai harus mengganggu pekerjaanku,” sambung Bryan. Pria itu menghela napasnya. “Selain karena itu, aku juga merasa kalau aku belum mencintai wanita-wanita yang pernah kukencani untuk aku mengumumkan hubungan secara publik.”
“Lalu, kenapa kau mengajak mereka berpacaran kalau kau tidak mencintai mereka?” tanya Laura keheranan seraya menuangkan air panas ke dalam dua cangkir berisi serbuk teh.
“Aku tidak pernah mengajak mereka berpacaran, Laura. Harus berapa kali aku katakan, bagiku mereka hanya teman tidur. Kalau aku sudah bosan, pasti akan aku lepaskan,” jawab Bryan apa adanya.
Jawaban Bryan membuat Laura menghentikan aktivitasnya. Keraguan perlahan semakin menyusup ke dalam benak Laura. Laura yang awalnya masih bingung dengan jawaban yang akan dia berikan kepada Bryan kali ini justru merasa semakin ragu. Dia takut kalau Bryan hanya ingin mempermainkannya saja. Apalagi, dia tidak pernah berpacaran sebelumnya.
“Aku tidak mengerti kenapa kau melakukannya,” ucap Laura dengan jujur.
“Sama seperti pria pada umumnya. Aku juga memiliki kebutuhan biologis. Kebetulan wanita-wanita itu mau untuk memuaskan kebutuhan biologisku. Jadi, aku mengencani mereka sampai aku merasa bosan. Aku memang seorang casanova, aku akui itu. Tapi, jangan salah. Aku tidak mengencani setiap wanita yang aku temui.”
Laura memberikan secangkir teh hangat kepada Bryan, lalu menyesap teh miliknya. Gadis itu terdiam sejenak sambil mencerna tiap kalimat yang terucap dari bibir Bryan.
Akan tetapi, semakin Laura memikirkan tentang hal tersebut, semakin dia ragu untuk menerima Bryan sebagai kekasihnya.
Memang kata Bryan dia tidak mengajak mantan-mantan kekasihnya untuk berpacaran. Berbeda sekali dengan apa yang dilakukan pria itu kepada Laura. Tapi, bukan berarti hal itu membuat Laura langsung dibutakan oleh pesona Bryan begitu saja.
“Aku tidak bisa berbohong dan mengakui kalau aku mencintai mereka di saat aku bahkan tidak merasakan apa-apa terhadap mereka selain rasa tertarik, Laura. Aku bukanlah tipe pria yang suka berbohong,” ucap Bryan lagi.
Pria itu tidak peduli jika Laura akan berpikiran negatif tentang dirinya setelah dia menceritakan segalanya. Karena Bryan sendiri tidak mau menjalin hubungan dengan penuh kebohongan sehingga dia ingin jujur mengenai segalanya di awal. Dia tidak mau Laura merasa tertipu setelah mereka memiliki hubungan nantinya.
“Laura, aku memang tidak pernah meminta wanita-wanita itu untuk menjalin hubungan denganku. Tapi, aku ingin menjalin hubungan denganmu. Jadi, apakah kau mau menjadi kekasihku?” tanya Bryan.
Laura menghela napasnya. “Aku sangat menghargai kejujuranmu, Bryan. Aku benar-benar salut karena kau mau berkata jujur padaku. Aku berterima kasih atas kejujuranmu. Tapi, maaf sekali. Aku tidak bisa menjalin hubungan denganmu,” jawab Laura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments