Meski merasa tidak nyaman dengan tatapan Bryan yang seolah sedang mengulitinya saat ini, Laura tetap mengerjakan pekerjaannya secara profesional. Gadis itu memilih untuk menghindar dari tatapan Bryan supaya tidak merasa semakin gugup.
Seumur hidup Laura, tidak pernah ada seorang pria pun yang menatapnya seperti itu. Bahkan pria-pria di masa lalu yang ingin menjadikan Laura sebagai pacar pun tidak ada yang menatap Laura dengan tatapan intens seperti Bryan. Hal tersebut tentu menjadi alasan kuat kenapa Laura sangat gugup dan salah tingkah.
‘Apakah dia selalu menatap orang-orang dengan tatapan seperti ini?’ tanya Laura dalam hati. Gadis itu tidak mau terlalu percaya diri untuk berpikir kalau Bryan hanya menatap seperti itu kepadanya. Mereka baru saja bertemu hari ini jadi mustahil kalau Bryan tertarik pada Laura. Setidaknya hal itulah yang ada di pikiran Laura saat ini.
Tiga puluh menit kemudian, Laura akhirnya selesai dengan pekerjaannya. Gadis itu kembali membereskan perlengkapannya dan memasukkannya ke dalam kardus kemudian membalik badannya.
Tepat saat Laura membalik badannya, lagi-lagi tatapan mereka bertemu. Bryan yang tertangkap basah sedang memerhatikan Laura dengan canggung mengalihkan pandangannya. Pria itu mencoba untuk bersikap tenang sembari menatap pada hasil pekerjaan Laura.
“Bagaimana dengan hasil pekerjaanku, Tuan? Apakah Anda menyukainya?” tanya Laura kepada Bryan.
Bryan memerhatikan hasil pekerjaan Laura. Seperti perintah Bryan tadi, Laura benar-benar menjadikan kamar Bryan tampak dua kali lebih romantis dari biasanya. Tempat tidur Bryan dibiarkan kosong dengan seprai putih supaya warna bunga tampak mencolok. Bunga yang dipilih oleh Laura juga merupakan bunga yang sangat romantis seperti mawar merah, putih, dan merah muda. Tak lupa Laura juga menambahkan lampu kelap-kelip di bagian atas ranjang dan kelambu untuk memberikan suasana yang lebih intim dan privat.
Melihat bagaimana suasana di kamarnya membuat Bryan kian berhasrat dan ingin menyerang Laura sekarang juga.
“Ya, hasilnya bagus. Jauh lebih bagus dari apa yang ada di bayanganku tadi saat kau datang,” jawab Bryan jujur.
Laura tersenyum lebar kemudian mengangguk. “Terima kasih, Tuan.” Begitu katanya. Saat gadis itu kembali menatap Bryan dia membuka suaranya, “Apakah aku sudah boleh pulang sekarang, Tuan?”
“Kau pasti lelah setelah melakukan pekerjaanmu, kita duduk dulu,” ucap Bryan kemudian mengajak Laura untuk duduk di sofa yang terdapat di dalam kamarnya.
Hal itu tentu membuat Laura terkejut bukan main. Laura yang tak sabar ingin segera pulang mau tak mau harus menuruti permintaan Bryan. Tadi, sebelum Laura berangkat ke rumah Bryan, Lola sempat mengatakan pada Laura untuk tidak menyinggung perasaan Bryan sebab Bryan adalah salah satu pelanggan tetap di Secret Garden. Ditambah lagi, pengaruh Bryan di dunia bisnis sangatlah besar. Lola takut jika ada karyawannya yang menyinggung perasaan Bryan, maka hal itu bisa mempengaruhi reputasi toko bunganya.
Laura mengangguk patuh lalu duduk di salah satu sofa sementara Bryan pergi ke salah satu sisi tempat tidur di mana sebuah lemari kaca berisi beberapa botol minuman berada.
“Apakah kau ingin minum sesuatu? Aku punya anggur, sampanye, rose dan yang lainnya kalau kau mau minum,” tawar Bryan sambil menatap penuh harap ke arah Laura.
“Tidak perlu, Tuan. Aku tidak terbiasa minum alkohol. Apalagi di jam kerja,” jawab Laura dengan sopan. “Tapi, terima kasih atas tawarannya.”
“Apakah kau yakin?” tanya Bryan sambil memiringkan kepalanya.
Laura mengangguk cepat. “Aku yakin, Tuan. Lagi pula tidak sopan rasanya jika aku minum di rumah customer toko bunga tempatku bekerja,” balas Laura.
“Air mineral saja kalau begitu,” gumam Bryan kemudian mengambil satu botol air mineral kemudian memberikannya kepada Laura.
Setelah menolak suguhan Bryan untuk minum bersama, Laura merasa tidak enak kalau harus menolak lagi sehingga kali ini dia menerima uluran botol mineral dari Bryan. Laura sungguh tak mengerti dengan orang kaya yang memberikan minuman seperti sampanye atau anggur kepada tamunya karena baginya itu sangat mahal. Tapi, melihat bagaimana mewahnya kehidupan Bryan, Laura berpikir kalau mungkin uang bukanlah hal yang perlu dipusingkan oleh Bryan.
“Terima kasih, Tuan,” ucap Laura lalu menegak minumannya.
Bryan terus menatap Laura dan memerhatikan bagaimana cara gadis itu minum. Setelah Laura selesai minum, Bryan lantas duduk di sofa berhadapan dengan Laura tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Laura.
“Apakah kau sudah lama bekerja di Secret Garden? Aku sudah lama berlangganan untuk memesan bunga dan meminta Secret Garden untuk mendekorasi kamarku namun aku tidak pernah melihat dirimu,” ucap Bryan.
Meski tak pernah bertemu langsung dengan karyawan yang biasanya bertugas untuk mendekorasi kamarnya, Bryan tahu siapa yang melakukannya dan bagaimana wajah orang itu. Lagi pula, selain memesan bunga melalui telepon, Bryan juga pernah beberapa kali menyempatkan diri untuk mampir ke Secret Garden dan dia tidak pernah melihat Laura sebelumnya.
“Aku memang baru mulai bekerja di Secret Garden dua hari ini, Tuan,” jawab Laura sambil menundukkan kepalanya. Tatapan Bryan yang terlalu intens membuat Laura tidak kuasa untuk menatap pria itu. Jadi, dia lebih memilih untuk menundukkan kepalanya saja.
“Oh, benarkah? Pantas saja aku tidak pernah melihatmu,” balas Bryan, mencoba untuk bersikap ramah kepada Laura.
Pria itu tersenyum miring tatkala menyadari kalau Laura merasa terintimidasi oleh tatapannya. Bagi Bryan, gadis yang berada di dekatnya harus merasa seperti itu karena hal itu akan semakin membangkitkan gairah Bryan untuk melakukan hal-hal menyenangkan di atas ranjangnya yang membara.
‘Aduh, kalau dia terus menatapku seperti ini sepertinya aku bisa mati kutu di sini,’ gerutu Laura dalam hati sambil melirik ke arah Bryan yang masih belum mengalihkan tatapan dari dirinya. ‘Tidak bisakah dia mengalihkan tatapannya sebentar saja?’
“Kalau boleh tahu, apa alasan kau bekerja di Secret Garden? Kalau dilihat-lihat kau sepertinya gadis dengan latar pendidikan yang bagus. Selain itu, kau juga cantik dan memiliki tubuh yang indah. Kau pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dari menjadi pegawai toko bunga,” tanya Bryan.
“Ceritanya panjang, Tuan. Maaf, tapi aku tidak bisa menceritakan kehidupan pribadiku kepada customer toko bunga,” jawab Laura.
“Aku punya waktu untuk mendengarkan cerita panjangmu itu,” ujar Bryan tak mau kalah.
Laura mengangkat kepalanya kemudian tersenyum tipis. “Tapi, sepertinya aku yang tidak punya banyak waktu, Tuan. Aku harus segera kembali ke toko bunga. Jadi, mana bonus yang sudah kau janjikan tadi, Tuan?” balas Laura.
Bryan mengambil dompetnya kemudian mengambil beberapa lembar uang dan memberikannya kepada Laura. Setelah mendapatkan bonusnya, Laura lantas berpamitan dan keluar dari rumah mewah itu.
Laura kini dapat bernapas lega setelah keluar dari kamar Bryan.
Namun tanpa Laura sadari, Bryan masih memerhatikannya melalui kaca jendela dan pria itu bergumam pada dirinya jika dia akan mendapatkan Laura
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Enisensi Klara
Wah ...Bryan masih penasaran sama Laura
2023-12-17
1
Enisensi Klara
Modus nih Bryan
2023-12-17
0
Enisensi Klara
Waduh gawat nih Bryan mau nyerang laura 🙈🙈🙈
2023-12-17
0