Sore harinya, setelah beristirahat dan membersihkan diri, kini Laura dan Bryan sedang menghabiskan waktu dengan duduk bersantai di tepi kolam renang rumah Bryan. Mereka berdua tidak tahu kalau tadi orang tua Bryan sempat datang dan melihat mereka sedang tidur di ranjang yang sama.
"Kau harus mencoba teh ini. Teh ini benar-benar bagus untuk menambah stamina. Siapa tahu kita akan menghabiskan waktu untuk begadang lagi," goda Bryan sambil menyodorkan minumannya kepada Laura yang menatap sinis padanya.
Bryan kembali menyodorkan minumannya. "Coba dulu!"
"Tidak, ah. Aku tidak suka aromanya," tolak Laura.
"Baiklah. Lagi pula kau tidak butuh minuman apa pun untuk menambah stamina saat kita bercinta, 'bukan?" tanya Bryan sambil mengedipkan sebelah matanya.
Pertanyaan Bryan sukses membuat Laura bersemu merah. Gadis itu merasa salah tingkah mendengar hal tersebut. Tapi, sedetik kemudian dia teringat sesuatu dan kembali menatap Bryan dengan tatapan serius.
"Bryan, bolehkah aku bertanya tentang sesuatu?" tanya Laura.
"Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Aku ingin tahu wanita ke berapa aku untuk dirimu."
Bryan mengerutkan dahinya. Tidak menyangka Laura akan bertanya seperti ini.
Bryan bukan tipe yang akan berbohong pada Laura, tapi memikirkan jawabannya yang mungkin akan ditanggapi lain oleh Laura membuatnya bingung jika harus menjawab jujur.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah itu penting?" tanya Bryan balik, berharap Luara tak begitu menginginkan jawabannya.
"Jawab saja. Aku wanita ke berapa?" ulang Laura bertanya.
"Sayang, kita baru saja bersama. Aku tidak ingin pembahasan ini merusak suasana," ucap Bryan jujur.
"Aku justru akan merasa kesal jika kau tidak ingin menjawab. Itu hanya akan membuatku semakin penasaran," ujar Laura membuat Bryan menjadi serba salah.
Bryan hanya diam menatap Laura, melihat Laura yang juga diam menunggu jawabannya, Bryan akhrinya kembali membuka mulutnya. "Kau adalah wanita ketujuh untukku, Laura," jawab Bryan apa adanya.
"Wanita ketujuh?" tanyanya memastikan dan di anggukan oleh Bryan.
Mendengar hal tersebut, entah kenapa Laura merasakan seolah ada sebuah jarum yang menusuk di dadanya. Seharusnya Laura tidak terkejut saat mendengar jawaban Bryan karena pria itu memang dikenal sebagai seorang cassanova dan telah berkata jujur dari awal kalau dia mengencani wanita-wanita sebelum Laura untuk dia tiduri. Seharusnya juga Laura tidak merasa sakit hati saat menyadari kalau dia bukanlah yang pertama untuk Bryan. Tapi, menjadi yang ketujuh bukanlah sesuatu yang mudah diterima oleh gadis yang belum banyak pengalaman seperti Laura, bukan?
Bryan adalah pria pertama Laura, dan Laura wanita kesekian dalam hidup Bryan, hal yang membuat hati Laura nyeri dan kembali bimbang akan keputusannya memulai hubungan yang baru mereka jalani tersebut.
Bryan dan Laura kembali mengobrol setelah Bryan menjawab pertanyaan itu. Bedanya, kali ini Laura tidak banyak bicara. Gadis itu lebih banyak diam karena sedang memikirkan tentang rasa kecewa yang tiba-tiba saja menyelinap di hatinya.
"Sayang, kau tidak lelah bekerja di secret garden?" tanya Bryan.
"Bryan, jangan mencampuri pekerjaanku. Aku nyaman bekerja disana!" ucap Laura yang merasa Bryan berniat memintanya berhenti lalu mengatur hidupnya dengan sogokan kemewahan.
"Aku sama sekali tidak berniat ikut campur. Aku hanya tidak ingin wanitaku lelah bekerja karena aku mampu membiayai hidupmu," jawab Bryan tepat seperti yang Laura pikirkan.
"Bryan, aku ingin pulang," ucap Laura sambil tersenyum tipis. Senyuman itu tampak seperti dipaksakan.
"Kau marah padaku?" tanya Bryan panik.
Laura menggeleng. "Tidak, aku hanya ingin pulang."
"Baiklah, aku akan mengantarmu," ucap Bryan tak ingin semakin membuat Laura kesal.
Laura kembali menggeleng. "Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," balas Laura.
"Tapi ...."
"Bukankah kau sudah berjanji kalau kau tidak akan menjadi kekasih yang posesif?" balas Laura, memotong kalimat Bryan. "Aku lupa kalau aku ada janji untuk bertemu dengan temanku. Kau tidak apa-apa, 'kan, kalau aku pulang sendiri?"
Bryan menghela napasnya. "Baiklah. Tapi, kau harus mengabariku begitu kau sampai di rumah," jawab Bryan mengalah meski tak rela melepas Laura pulang terlebih sendiri.
Bryan memeluk Laura dan mencium sebentar bibirnya. "Hati-hati di jalan, kabari aku setelah tiba," ucapnya lembut mengusap pipi Laura.
Laura mengangguk. Setelah berpamitan, gadis itu lantas pulang.
Hari itu, Laura tidak pulang membawa kebahagiaan, melainkan kekecewaan. Hari yang awalnya bahagia berakhir kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments