Ini memang bukan pertama kalinya Laura menginjakkan kaki di rumah megah milik Bryan. Tapi, tadi malam adalah malam pertama dia menghabiskan waktu di ranjang seorang laki-laki. Ah, sepertinya hampir semua hal pertama tentang laki-laki Laura alami setelah dia bertemu dan mengenal Bryan.
Sesudah kejadian malam itu, Laura kini kembali melakukannya dengan Bryan. Bahkan mereka juga melakukannya di kediaman Bryan. Dan jujur saja, apa yang mereka lakukan benar-benar melebihi fantasi Laura selama ini. Karena Bryan benar-benar sangat berpengalaman di ranjang dan pandai untuk memuaskan wanitanya.
Laura mengusap-usap dada bidang Bryan sambil tersenyum geli. Di satu sisi Laura memang masih ragu apakah keputusannya sudah benar atau belum. Namun, di sisi lain dia juga tidak bisa menolak pesona Bryan. Pria itu terlalu menawan untuk dilewatkan begitu saja.
“Kalau kau terus-menerus mengusap-usap dadaku, kau bisa membangunkan sesuatu yang ada di bawah sana,” ucap Bryan yang masih memejamkan matanya.
Laura terkekeh pelan lalu berhenti mengusap-usap dada bidang Bryan.
“Memangnya kenapa kalau aku membangunkan adik kecilmu?” tanya Laura, menantang Bryan.
Bryan mendengus. “Tentu saja aku tidak akan membiarkanmu pergi dari kamarku sedetik pun,” gurau Bryan, membuat Laura mencubit pipinya dengan gemas. “Lalu, kita akan mengulang apa yang kita lakukan tadi malam kembali.”
Laura mencubit perut Bryan pelan. “Dasar cabul!” gerutu Laura. “Apakah hanya itu saja yang ada di otakmu?”
“Ah, tentu saja tidak. Di otakku juga penuh dengan senyumanmu,” balas Bryan yang membuat pipi Laura merona merah.
Untung saja posisi mereka saat ini sedang tidak saling menatap sebab Bryan masih memejamkan matanya. Jadi, Bryan tidak akan bisa melihat bagaimana pipi Laura berubah menjadi merah akibat ucapannya.
Memang benar Bryan memosisikan Laura layaknya dia memosisikan wanita-wanita lain yang pernah hadir di hidupnya. Yaitu hanya sebatas teman ranjang saja. Namun, bagi Bryan rasanya sangat berbeda saat dia bersama Laura. Hubungan intim yang dia lakukan dengan Laura seolah memberinya perasaan ingin lebih, lebih, dan lebih lagi. Dia seolah tak pernah puas jika hanya melakukannya satu kali saja karena tubuh Laura jauh lebih nikmat dari bayangannya selama ini.
“Apakah kau memang suka menjual kata-kata manis seperti itu kepada wanita-wanita yang pernah kau kencani?” tanya Laura sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bryan terkekeh kemudian membuka matanya. Posisi Laura yang saat ini menyandarkan kepala di dadanya membuat Bryan tak bisa melihat wajah Laura dengan jelas. Padahal, pria itu ingin tahu bagaimana ekspresi Laura saat menanyakan hal tersebut.
“Kau tahu bagaimana playboy bekerja, ‘kan, Laura?” balas Bryan. “Tapi, tidak. Biasanya teman kencanku yang lain akan pergi setelah kami tidur bersama. Tidak ada wanita yang menghabiskan malam di kamarku selain dirimu.”
Laura mendongakkan kepalanya. “Benarkah?” tanyanya penasaran.
Bryan mengangguk. “Aku tidak pernah sampai kelelahan setelah bercinta, Laura. Aku selalu melihat mereka keluar dari pintu kamarku setelah kami bercinta,” jawab Bryan tanpa ragu.
“Lalu, kenapa kau mengizinkanku untuk bermalam di sini?” tanya Laura lagi. Gadis itu memang suka penasaran. Rasa penasaran yang dia rasakan memang seperti ulat gigi yang terus menggerogotinya sampai dia berhasil mendapatkan jawaban dari rasa penasaran itu.
Bryan mengedikkan bahunya. “Entah. Mungkin karena aku juga suka menghabiskan waktu denganmu bukan hanya sebagai teman kencan tapi juga sebagai teman mengobrol,” balas Bryan.
Laura mendesah panjang. “Astaga, kau ini memang pandai membual,” gerutunya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Aku serius,” ucap Bryan.
Laura terkekeh kemudian bangkit duduk. Saat gadis itu hendak menurunkan kakinya, Bryan kembali membuka suara.
“Kau mau ke mana?” Begitu tanyanya.
“Aku ingin pulang. Aku tidak mau terlambat bekerja,” ucap Laura kepada Bryan.
“Aku sudah meminta izin kepada Lola kalau kau tidak berangkat hari ini,” ujar Bryan membuat Laura terkesiap dan menoleh ke arahnya.
“Kenapa kau berkata seperti itu?”
“Karena aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak denganmu.”
Laura bersumpah dalam hati kalau Bryan terus memborbardirnya dengan kata-kata manis seperti itu maka Laura akan semakin kesulitan untuk tidak memikirkan Bryan sepanjang hari.
“Aku lapar. Bolehkah aku memakai dapurmu untuk memasak?” tanya Laura untuk mengalihkan topik pembicaraan.
“Tentu.”
Laura turun dari ranjang dan mengambil kemeja Bryan kemudian memakainya tanpa memakai pakaian dalamnya. Dia lantas berjalan keluar kamar menuju ke dapur. Dari belakang, Bryan mengekori Laura. Pria itu hanya mengenakan celana pendek saat ini.
Laura merasa heran karena di rumah Bryan suasananya sangat sepi hari ini. Ia bahkan tidak melihat satu pelayan pun melintas. Laura tidak tahu saja kalau Bryan sengaja menyuruh para pelayan untuk mulai bekerja agak siang saja hari.
Laura mengambil bahan-bahan makanan dari dalam kulkas, lalu mulai memasaknya. Gadis itu tampak memasak sambil menggerak-gerakkan pinggulnya. Hal tersebut tentu sangat menggoda bagi Bryan mengingat saat ini Laura hanya mengenakan kemejanya yang menutupi tak sampai ke lutut gadis itu.
Ketika Laura sedang mengaduk masakannya, Bryan tiba-tiba saja memeluknya dari belakang dan bertanya, “Apakah kita sekarang sudah resmi berpacaran?”
Laura mengangguk.
Mendapati Laura yang setuju dengan hubungan mereka, Bryan lantas menyingkirkan rambut Laura dan mulai menciumi leher jenjang gadis itu. Tak hanya itu saja, Bryan bahkan menyingkap kemejanya dan mulai menggoda titik sensitif Laura dengan jemarinya.
“Bryan, aku sedang memasak,” ucap Laura sambil mendesah.
“Aku tidak bisa menahannya lagi, Laura. Tubuhmu sangat menggoda dan membuatku menginginkanmu terus-menerus,” jawab Bryan sambil perlahan melepas kancing kemeja yang dikenakan oleh Laura.
Setelah kemeja itu terlepas, Bryan mulai menggerayangi bulatan padat di dada Laura dan menggodanya. Laura memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan Bryan di tubuhnya. Setiap kali Bryan menggodanya, Laura rasanya seperti tidak bisa menolak sebab sentuhan Bryan sangat memabukkan. Membuatnya seolah melayang-layang di ambang kenikmatan.
Bryan yang sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh Laura pun mematikan kompor lalu mengarahkan Laura untuk membaringkan tubuhnya secara tengkurap di meja dapur dengan posisi kakinya masih berada di lantai.
Pria itu menarik rambut Laura ke belakang bersamaan dengan penyatuan mereka layaknya sedang berkuda. Dia ingin mendengar desahan Laura yang selalu bisa membangkitkan gairah bercintanya. Dia sangat menyukai bagaimana bibir gadis itu menyebut namanya saat mereka sedang bercinta.
Bercinta dengan Laura seolah bisa memberikan energi baru untuk Bryan. Pria itu menikmati setiap detik yang dia lewati dengan bertukar peluh bersama Laura. Dia selalu ingin merasakannya lagi, lagi, dan lagi. Apalagi, Laura bukanlah tipe gadis yang mudah kelelahan setelah satu kali bercinta. Hal itu tentu menjadi poin yang membuat Laura unggul dibandingkan wanita-wanita yang pernah bersamanya. Laura yang juga memiliki gairah tinggi sangat cocok bila menjadi teman ranjang Bryan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments