"Mommy tidak mengingatku?" Ulang Alois dengan Mata sembabnya.
"Apakah Aku sangat mirip dengan Mommy Mu, sehingga Kamu memanggilku Mommy?" Yuna Bertanya Sambil menatap Dalam Rentina Mata Anak kecil yang dihadapannya.
"Mommy Jangan Begini, Alois Minta Maaf kalau dulu sempat melupakan Mommy Hiks hiks hiks" anak Kecil itu Semakin menangis. Aurick Sebagai Ayahnya Tidak rela melihat Anaknya Menangis Dengan Sesegukan Yang Tak Kunjung Berhenti. Ia Mengahampiri Keduanya. Lalu menarik Alois Yang saat itu mengusap-usap wajahnya Sendiri layaknya Anak kecil. Aurick Membawa Alois Ke pelukannya.
"Maaf, Membuatnya Menangis. Aku benar-benar Tidak Mengerti Apa yang dikatakan Anak kecil ini."
Aurick mendengar Penuturan Yuna Kesal.
"Gadis sialan, Dia pura-pura Tidak mengingatku heh." Geram Aurick dalam Hati.
"Daddy, Hiks hiks kenapa Mommy tidak mengenal Kita." Tangis Alois semakin Pecah.
"Aku Tidak Tau apa yang harus aku lakukan, Tapi Bisakah Aku menggendongnya Sebentar untuk menenangkannya." Yuna Menatap Aurick yang menatap balik matanya.
"Daddy biarkan Aku Di gendong Mommy sebentar." Anak kecil Itu memohon dengan sangat kepada Aurick.
"Alois!" Geram Aurick, mendengar Peringatan Dari Ayahnya Alois Menutup Rapat Mulutnya. Tangisnya semakin kencang tapi tertahan Karena ia berusaha menutup mulut kecilnya.
"Jangan Terlihat Baik Dan pura-pura menjadi seperti orang hilang ingatan, untuk menarik perhatian Ku"
Setelah mengatakan itu Pria itu pergi menjauh dari Yuna. Sedangkan Yuna hanya menatap sendu Melihat Alois yang Juga Menatap dirinya dibalik punggung Polos Ayahnya.
Langit Sore Terlihat Berubah Mendung, Suara deru Ombak semakin terdengar. Angin Berhembus Kencang Menusuk Kulit. Yuna Duduk tidak Jauh dari laut Ia memeluk Tubuhnya Erat. Ia takut. Sangat takut Terdampar dipulau ini dengan Orang-orang Yang terlihat Tidak peduli dengannya.
Matanya beralih ketempat Dimana Lucas berdiri menatap Laut dengan wajah dinginnya. Walaupun angin berhembus Kencang Menerpa Tubuh bagian Atasnya yang tidak menggunakan Busana, ia terlihat Tidak kedinginan. Pria itu juga salah satu alasan yang membuatnya Takut Tidak Karuan. Yuna bersyukur Pria itu Tidak Mengganggunnya dan tidak memperdulikannya setelah masalah yang terjadi antara keduanya sebelum dibuang ke Pulau Ini.
"Kenapa Aku Terkena Imbas dari Pria itu, Padahal aku bukan Kekasihnya." Yuna mendesah pelan
Sedangkan Ryuji, Pria yang sempat Mengisi Relung Hatinya Berdiri menatap Laut sambil bersedekap. Yuna selalu sedih ketika mengingat Perkataan Pria itu berharap dirinya Tidak Pulang lagi ke Apartemen. Jika Ryuji Benar-benar mencintai Pasti Ia akan berusaha mencarinya Dua tahun terakhir, Tapi sepertinya Tidak. Pria itu sama Sekali Tidak peduli, Seperti sekarang Menyapa Pun tidak.
"Apa yang Harus aku lakukan sekarang?" Batin Yuna Bingung.
'Tik' Sebuah Air jatuh kepelupuk Kepala Yuna.
"Aku harap Ada tempat untuk berteduh" Harap Yuna. Setelah melihat langit sangat mendung.
Yuna Mempercepat Langkahnya, Ia tidak bisa berlari. Jika dipaksakaan Kakinya akan lemah. Ia terus berjalan Hingga ia menemukan Sebuah Tebing yang memiliki Ujung sedikit panjang, Dibawahnya Ada tempat yang bisa menampung sedikit orang untuk berteduh.
Disana ia melihat Lucas, Ryuji Berteduh berdampingan dan disebelah Ryuji, Aurick bersama Alois Yang Terlihat memeluk erat ayahnya. Dengan Pelan Yuna Ikut berteduh disebelah Aurick. Tebing yang menutupi bagian atas kepala mereka hanya berukuran sedang.
Tidak lama Hujan turun dengan derasnya. Untung saja Yuna lebih dahulu Mencari tempat Berteduh.
'Wuussh' Angin berhembus dengan kencang.
"Dingin" Gumam anak kecil disebelah Yuna. Anak kecil itu semakin mengeratkan Pelukannya pada Aurick.
Yuna yang mendengar gumaman yang keluar dari mulut anak kecil itu. Perlahan melepas cardigannya.
"Anakmu kedinginan." Singkat Yuna setelah meletakkan Cardigan itu untuk membalut tubuh Alois.
"Kau tidak..." Desis Aurick terpotong
"Pikirkan Anakmu, jangan egois." Ucap Yuna, lalu berjongkok mendekap tubuhnya Yang mulai kedinginan. Kini hanya Dress Floral singlet yang memperlihatkan kedua lengan Putih mulusnya.
Sejenak Aurick Mencium Aroma harum yang berasal dari Cardigan milik Yuna, Aroma yang memabukkan Dirinya.
"Kau melihat Pelaku yang membawa kau kesini?" Tanya lucas tiba-tiba, Yuna yang mendengar itu segera memiringkan kepalanya dimana suara itu berada. Dari bawah ia bisa melihat ketiga Orang yang berdiri disampingnya menatapnya Menunggu ia menjawab.
"Ku-kulihat Ia memiliki Luka dikeningnya."
"Bukankah Tangan kanan mu memiliki Luka dikening Tuan Alexander" Sinis Ryuji
Lucas tidak menggubris Perkataan Ryuji.
"Ada lagi?"
"Saat sebelum aku ingin pingsan, dalam kondisi setengah sadar. Kudegar ia berbicara lewat telpon menyebutkan nama seseorang."
"Siapa?" Sergah Lucas
"Ke-kento."
"Kento? Kau tidak salah dengar?" Tanya Aurick
"Maafkan aku, aku tidak begitu yakin saat itu aku juga setengah sadar."
"Kau jangan sebarangan Menyebutkan Nama orang." Desis Aurick, ia sedikit Marah ketika Gadis yang berjongkok dibawahnya Ini mengebutkan nama bawahannya yang sangat dipercayainya dan tidak mungkin mengkhianatinya.
"Dad jangan memarahi Mommy seperti itu." Alois bangun dan menatap Ayahnya. Dan tiba-tiba anak itu minta diturunkan dari gendongannya.
"Mommy, Jangan Benci Daddy ya." Setelah Turun Anak kecil itu berdiri dihadapan Yuna yang berjongkok mendekap Tubuhnya.
Yuna hanya tersenyum dan terkekeh lalu mengusap lembut rambut anak kecil itu.
"Alois ingin dipeluk Mommy" ucap Anak kecil itu penuh harap
"Boleh." Yuna membenarkan duduknya yang awalnya berjongkok sekarang menjadi bersila lalu mendudukan Anak kecil itu dipangkuannya dan memeluknya dari belakang.
"Mom, Mommy ingat Om itu pernah Memberikanku mainan." Tunjuk Alois ke arah Lucas.
"Benarkah?"
"Mommy tidak mengingatnya Lagi?"
"Aku tidak mengingatnya"
Aurick menegang ketika mendengar perkataan Yuna.
"Apakah Dia benar-benar Tidak bisa mengingat?"
Batin Aurick.
"Dan Om yang disebelahnya, sepertinya Alois pernah melihatnya. Om ini mirip dengan orang yang menculik Alois dulu, Tapi Sepertinya Bukan, entahlah tapi, Om itu sangat mirip. Waktu Itu Mommy yang menyelamatkan Alois dan Seorang Polisi Tapi Polisi Itu Tewas, Kata nenek Polisi Itu Ay...."
"Alois!" Potong Aurick Cepat dan menarik Anak kecil itu kegendongannya.
"Ayah, Alois ingin Mommy mengingat Semuanya"
"Biarkan Anakmu bercerita." Sergah Yuna ketika ia berdiri disamping Aurick
"Kau tidak tau itu hanya imajinasi anak kecil." Aurick Meninggalkan Yuna. Saat itu hujan memang sudah mereda.
"Memang seharusnya Kau lupa ingatan atau Akan lebih baik jika kau Mati saja. Banyak orang yang tidak menginginkan kehadiranmu didunia ini." Ryuji dengan tenangnya membisikkan kalimat itu di telinga yuna dan berjalan menjauh setelah mengatakan kalimat menyakitkan itu.
Kini hanya tertinggal Lucas dan Yuna. Pria itu mulai mendekati Yuna yang menatap Takut dirinya.
"Lihatlah, Siapa Yang Menginginkan Gadis Cacat Memiliki kaki yang lemah dan berpenyakitan Sepertimu. Kau kira kau gadis yang sempurna yang bisa menolakku? Yuna sadar Dirilah kau jauh dari kata sempurna." Lucas dengan santainya melenggang pergi.
'Cacat'
'Berpenyakitan'
Kata-kata itu terngiang-ngiang Di benak Yuna. Tubuhnya Luruh begitu saja diatas pasir putih. Ia sedih ketika mendengar Perkataan yang penuh hinaan itu dan dengan enteng nya Para pria itu pergi setelah menghinanya.
"Tidak Papa, Masih ada Bibi Nako dan Paman Jie yang Menyayangiku" Yuna Menatap Sendu kearah Kalung yang menggantung dilehernya. Kalung Berbandul Berlian Asli yang harga sangat mahal. Ia tau harga kalung itu sangat mahal karena Cafe Flower sempat tutup beberapa hari karena Uang untuk bahan dapur habis untuk membeli kalungnya saja. Maka dari itu Yuna Sangat Menjaga Kalung itu.
"Huh, kalau di ingat-ingat Makin membuatku kesal." Yuna Berusaha membuang pikirannya yang terus mengingat-ingat Hinaan yang dilontarkan kepadanya tadi
"Aku masih bingung kenapa anak kecil itu memanggilku Mommy, Aku tidak mungkin mempunyai Anak. Kata anak itu aku dan ayah pernah Menyelamatkannya ketika ia diculik. Aku benar-benar tidak bisa mengingatnya." Guman Yuna pelan.
...***...
Langit Terlihat sangat gelap malam ini, beruntung masih ada bulan yang menyinari pulau ini walaupun remang-remang. Yuna tersandar dibawah Tebing tempat yang sama seperti sore tadi. Ia terlalu takut untuk berjalan-jalan yang ia tau pulau ini tidak berpenghuni sama sekali.
Sunyi
Semuanya benar-benar sunyi, hanya terdengar suara deburan Ombak. Dan suara Burung Entah burung Apa itu. Hembusan Angin berhembus pelan membuat kadar ketakutan Yuna meningkat.
'Tuk Krieet' Seketika Yuna menahan Napasnya sejenak mendengar Suara yang tidak jauh dari tempatnya berada sekarang.
'Sreek sreek'
Perlahan Ia berdiri ketika suara itu semakin Jelas. Yuna memberanikan Diri mendekati Asal suara, ia berharap ada nelayan, Atau orang dipulau ini.
Matanya menyipit ketika melihat seorang pria Membawa Chochin Ditangannya. Pria itu sibuk memasukkan Ikan Laut kedalam sebuah Box untuk ikan. Hasil dari Jebakan Olahannnya.
"Sepertinya ia seorang nelayan" Yuna perlahan Mendekati Pria itu.
"Permisi" Ucap Yuna pelan.
"Aaa, Siapa Kau?" Pria tua itu terlihat ketakutan dan kaget.
"Maafkan Aku Kek, Aku tidak bermaksud Mengejutkan Kakek, Tenanglah Kek."
"Kau Manusia Bukan?" Kakek itu Masih terlihat takut melihat Yuna.
"Iya Kek, Aku Manusia bukan Hantu, Aku terdampar di Pulau ini kek." Ucap Yuna berusaha menyakinkan.
Mata Kakek itu jatuh melihat Kaki Yuna yang masih menginjak Tanah setelah memastikannya Ia bernafas Lega dan mengelus dadanya pelan.
"Kakek kira Kau seorang Arwah Tadi."
"Bagaimana bisa kau terdampar dipulau Ini nak?" Lanjut kakek itu
"Ceritanya Panjang Kek."
"Kau hanya sendiri Terdampar dipulau ini?" Tanya kakek itu prihatin.
"Masih ada Empat orang lainnya. Tapi aku tidak tau kemana Mereka pergi."
"Tunggulah di samping Perahu Nak, biar kakek yang mencari Empat orang itu. Kakek akan memberikan Tumpangan untuk meninggalkan Pulau ini."
"Terimakasih kek."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
MelKa
🅂🄴🄼🄰🄽🄶🄰🅃 🅃🄷🄾🅁
2021-02-07
2