Yuna terbangun karena sedikit terusik oleh sapuan lembut di keningnya. Matanya menyipit untuk melihat siapa gerangan yang telah menganggunya. Seperti biasa matanya tidak bisa menangkap jelas tanpa kecamata yang selalu dia pakai. Tapi apalah daya kacamata itu sudah hancur berkeping-keping akibat insiden tadi malam.
Penglihatannya menangkap seorang wanita berumur tersenyum ke arahnya. Yuna membalas senyuman wanita itu.
"Kamu tidak papa? Apakah ada yang terluka?" Tanya wanita itu
"Saya baik-baik saja nyonya."
"Pakailah ini." Ucap wanita berumur itu menyerahkan kotak kacamata kepada Yuna.
Merasa tidak ada pergerakan dari Yuna wanita itu mengambil telapak tangan Yuna dan meletakkan kotak yang berisikan kacamata itu disana.
"Cucu ku yang meminta ku membelikankan ini untuk mu, terimakasih sebelumnya sudah menyelamatkan Alois Cucu ku." Ucap wanita berumur itu.
"Terimakasih Nyonya. Tapi sepertinya saya tidak bisa berlama-lama disini. Saya harus ke kantor polisi untuk mengajukan penangkapan pelaku atas pembunuhan ayah saya tadi malam." Ucap Yuna. Dengan mata yang berkaca-kaca
"Kamu tidak perlu mengurusnya, Aurick sudah menyelesaikan semuanya. Termasuk pemakaman ayahmu" Ucap wanita itu.
"Aurick?" Ucap Yuna mengulang nama yang disebutkan oleh wanita yang disampingnya ini.
"Dia anak ku yang membawa mu kesini. Daddy nya Alois."
"Sekali lagi Terima kasih nyonya. Tapi apakah saya boleh bertanya?." Tanya Yuna masih Ragu.
"Tanyakan apa saja. Yang masih membuat hati mu ragu. Dan Jangan terlalu formal berbicara dengan ku" Ucap
"Ba-baik nyonya." Ucap Yuna
"Apakah aku boleh tau siapa pelakunya? Aku ingin menemuinya." Ucap Yuna dia berharap sekali agar bisa melihat siapa pelaku yang membunuh ayahnya.
"Karena Aurick yang mengurus pelaku. Kamu bertanya lah sendiri kepadanya."
"Dimana aku bisa menemuinya?"
"Nanti malam kamu bisa menemuinya, datanglah malam ini. Aku ingin memperkenalkan kamu dengan suamiku. Kamu harus datang ya karena Alois ingin sekali bertemu dengan mu. Untuk urusan alamat aku sudah menulisnya di kertas atas nakas"
"Baiklah Nyonya. Aku usahakan datang." Ucap Yuna merasa tidak enak kalau menolak wanita yang disampingnya ini.
"Yuna kamu jangan terlalu bersedih. Tetaplah semangat menjalani hidup mu." Ucap wanita itu
"Bagaimana nyonya bisa tahu namaku?."
"Aku tahu semua tentang mu Yuna Akeno. Sepertinya aku harus pergi. Kalau begitu sampai jumpa nanti malam." Ucap wanita itu lalu pergi meninggalkan Yuna.
Kini tinggal Yuna sendiri diruangan serba putih ini. Sekarang dia benar-benar menjalani kehidupannya sendiri. Ibunya sudah lama meninggal waktu melahirkan dia. Sejak itu hanya ayah nya saja yang seorang diri mengurus dirinya. Ayahnya adalah seorang pahlawan bagi Yuna.
Yuna sangat menyayangi ayahnya itu. Seorang ayah yang hebat bisa berperan sebagai seorang ibu sewaktu-waktu. Tapi mungkin ini yang terbaik untuk ayahnya. Bukankah tuhan sayang sama orang baik. Ya tuhan tidak pernah tidur. Tuhan melihat semua yang dilakukan manusia dibumi. Yuna harap pelaku pembunuhan ayahnya dihukum setimpal dengan perbuatannya.
Ditempat lain terlihat seorang Pria sedang berdiri menatap keluar kaca gedungnya. Hiruk pikuk diluar tidak menganggunya.
Lucas Alexander. nama pria itu. Pria asal California Amerika serikat. Yang pindah ke jepang. Pria dewasa memiliki paras tampan yang memikat. Memiliki kekayaan yang berlimpah, seumur hidupnya dia hanya mencari uang dan uang tidak ada hal lain. Bahkan cinta pun dia tidak bisa merasakan lagi. apa itu cinta? bahkan dia tidak tahu arti cinta itu apa.
"Strategi yang sangat cantik. Bahkan aku tidak perlu membuang-buang tenaga untuk menghancurkan mu Aurick. Kita lihat saja kau salah bermain-main dengan ku." Ucap Lucas dengan senyum miringnya.
...***...
Yuna sudah kembali ke apartemen nya. Apartemen kecil dan sederhana memiliki dua kamar yaitu kamar Yuna sendiri dan Kamar Bekas ayahnya yang pastinya akan kosong untuk selamanya.
Untuk sekarang Yuna masih fokus untuk sekolahnya. Untuk biaya hidup mungkin dia tidak perlu bekerja part time. Karena ayah nya seorang polisi pemerintah daerah pasti akan memberi tunjangan untuk keluarga yang ditinggalkan. Tunjangannya cukup untuk membayar apartemen dan biaya sekolahnya.
"Semoga ayah bertemu ibu disana." Doa Yuna. Tidak habis-habisnya air matanya menetes. Setiap mengingat ayahnya pasti dia akan menangis dalam kesunyian.
"Sebaiknya aku bersiap-siap." Ucap Yuna kalau terus berlarut-larut dia akan terlambat.
Yuna memilih baju yang ingin dikenakannya. Matanya jatuh kesebuah gaun selutut berwarna putih dengan lengan sebatas siku. Gaun pemberian ayahnya ketika dia berulang tahun yang 17, dua bulan yang lalu.
Yuna sedikit merias rambut dan sedikit memoles wajahnya agar tidak terlihat pucat. Padahal ini bukan acara pesta. Tapi kenapa Dia menggunakan gaun. Yuna berpikir setidaknya dia berpakaian yang pantas dan nyaman untuk dipandang. Ini juga sebagai tanda hormat kepada keluarga anak kecil yang ditolongnya waktu itu. Karena sudah mengurus semua pemakaman dan pelaku pembunuhan ayahnya.
Tidak lupa Yuna memakai kacamatanya. Kacamata pemberian nenek nya Alois tadi sangat pas bahkan pengelihatannya bertambah terang.
"Pasti harga kacamata ini sangat mahal." Batin Yuna
Untuk turun ke lantai dasar Yuna harus menggunakan lift terlebih dahulu. Karena letak Apartemennya berada dilantai tiga. Ketika sudah sampai dilantai dasar Yuna menaiki taksi yang sudah dipesannya.
Terpaksa dia menaiki taksi yang pastinya akan memakan banyak biaya. Dia tidak mau menaiki kendaraan umum lainnya takutnya ketika dia turun pakaiannya menjadi lusuh karena berdesakan.
Taksi yang ditumpangi Yuna memasuki kawasan Elite di Minato, tokyo. Kota Minato adalah salah satu dari 23 distrik istimewa yang terletak ditokyo tenggara jepang.
"Sepertinya keluarga Wanita itu sangat terpandang." Batin Yuna. Ketika taksinya melintasi permukiman mewah yang terdapat Di azabu pinggiran kota Minato.
"Nona sudah sampai." Ucap supir taksi.
"Terima kasih atas tumpangannya." Ucap Yuna lalu membayar taksinya.
Yuna baru sadar uang nya tinggal beberapa lembar saja. Pasti uang yang didalam tasnya sekarang tidak cukup untuk biaya pulang nanti. Terpaksa dia naik kendaraan umum untuk pulang.
"Aku tidak menyangka nenek nya alois sangat kaya." Batin Yuna ketika melihat mansion yang sangat megah dan mewah. Dengan pagar kokoh yang mengurung mansion itu.
Yuna tidak bergeming ditempatnya dia masih didepan pagar mansion. Hingga seoarang penjaga gerbang membukakan gerbang untuk Yuna.
"Nona Yuna Akeno sudah ditunggu didalam. Saya akan mengantarkan nona menemui tuan dan Nyonya" Ucap penjaga itu tanpa berbasa-basi.
"Ba-baik." Ucap Yuna.
Setelah sampai didepan pintu utama Mansion penjaga yang mengantar Yuna tadi menekan bel yang berada disamping pintu. Lalu keluarlah anak kecil yang dikenali oleh Yuna. Anak kecil itu langsung memeluk kaki Yuna dan menatap Yuna dari bawah.
"Mommy kenapa sangat lama? Alois pikir Mommy tidak jadi datang." Ucap Alois
Yuna terlihat terkejut ketika dia mendengar anak kecil ini memanggilnya dengan sebutan Mommy. Sebenarnya dia ingin mengatakan kalau dia bukan Mommynya tapi dia tidak tega. Bukankah waktu terakhir kali anak kecil ini memanggilnya dengan sebutan 'kakak' tapi kenapa ini memanggilnya dengan Sebutan 'Mommy'
"Mommy Alois mau gendong." Ucap Alois dengan wajah gemasnya. Alois mengangkat kedua tangannya bersiap untuk digendong oleh Yuna.
"Ada apa dengan anak ini?" Batin Yuna bingung.
"Boleh." Ucap Yuna lalu menggendong Alois. Cukup berat bagi Yuna. Tapi dia tidak bisa menolak peemintaan anak ini.
"Mommy mau ketemu Daddy?" Tanya Alois.
"Mommy kenapa diam aja? Tidak suka dipanggil Mommy sama Alois ya? Tanya Alois dengan wajah sedihnya. Anak kecil itu menatap wajah Yuna sangat dekat.
Tiba-tiba Yuna merasa tidak enak. Jujur dia agak sedikit risih ketika Alois memanggilnya dengan sebutan 'Mommy'.
"Tidak. Mommy suka. Tadi katanya mau ketemu daddy dimana? Sergah Yuna.
"Semuanya sudah nunggu mommy dimeja makan. Nenek sama kakek juga ada." Ucap Alois dengan lancar nya. Gaya berbicara anak kecil ini sangat lancar dan terdidik.
Ternyata wanita tua yang ditemui Yuna dirumah sakit tadi mengundangnya untuk makan malam bersama.
"Alois umur berapa?" Tany Yuna
"Alois udah 3 tahun. Mommy nanti suapin alois makan ya?." Ucap alois.
"Boleh. Alois tempat meja makannya masih jauh?" Ucap Yuna dia merasa pegal terlalu lama menggendong Alois. Ditambah Alois sangat memeluk lehernya erat.
"Itu disana mom." Ucap Alois menunjuk meja makan yang diduduki oleh tiga orang.
Tidak sengaja mata Yuna bertemu dengan mata pria yang duduk tegak di kursi meja makan. Pria itu menatap Yuna sangat tajam dan mematikan. Yuna sendiri merasa terintimidasi dengan tatapan pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
F.A Saputra 🦁
na di sini udah mending
2021-03-14
1
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-12
2