Hari menjelang pagi tidak seperti biasanya pagi ini Matahari tidak menampakan dirinya. Melainkan langit terlihat menghitam pertanda Hujan akan turun.
Yuna Sudah siap dengan seragam sekolahnya. Seperti biasa Yuna menguncir kuda rambutnya yang tidak terlalu panjang itu dengan rapi. Padahal Badannya masih sedikit Hangat Tapi dia tidak menghiraukan Itu, karena kemaren dia sudah tidak masuk dia takut tertinggal materi jika terus-menerus melakukannya.
Yuna membersihkan Tempat tidur milik Ayahnya sebelum berangkat. Cuaca semakin mendung diluar Melihat itu dari arah jendelanya Yuna bergegas mengambil tasnya. Dan sedikit berlari meninggalkan kamar bekas Ayahnya itu.
'Bruk' Tubuh Yuna tanpa sengaja menabrak tubuh Ryuji Ketika pria itu ingin masuk.
"Maafkan Aku."
"Tidak masalah, Kau sudah sembuh." Pria itu menundukkan kepalanya memperhatikan wajah Yuna yang masih terlihat sedikit pucat
"Sedikit. Hari ini aku harus ke sekolah."
"Seharusnya Kau beristirahat."
"Tidak tidak Aku harus sekolah"
"Baiklah terserah mu" Pria itu melanjutkan langkahnya untuk masuk ke kamar.
"Em Ryuji kamu punya Uang?" Tanya Yuna hati-hati dia berniat meminjam Uang kepada pria didepannya ini untuk biaya bus yang ditumpanginya nanti.
"Uang? Kau tau aku bahkan belum mendapatkan Pekerjaan." Ryuji tetap dalam pendiriannya dia kesini bukan untuk membantu Gadis didepannya tapi untuk melakukan Rencana yang sudah dia susun. Ayolah Ryuji sama sekali tidak memiliki rasa kesihan dan rasa empati yang berlaku untuk semua Orang. Tidak terkecuali gadis didepannya ini. Tidak ada yang bisa membuat sikap nya itu melunak untuk saat ini.
"Ah maafkan Aku, aku pikir kamu mempunyai Uang. Kalau begitu aku berangkat dulu." Yuna bergegas meninggalkan Ryuji yang terlihat Marah. Entah mengapa Yuna merasa takut ketika Pria itu menatap Dirinya Tajam.
_____
Yuna termenung Di loby Gedung Apartemennya menatap Lurus guyuran Hujan yang turun sangat deras. Helaan Nafas terdengar dari Mulut gadis itu. Dia melepas kacamata yang membuat matanya lelah. Dimasukkannya kacamatanya itu kedalam Tas pemberian Aurick yang tengah dikenakannya sekarang. Akhir-akhir ini dia berusaha untuk mengurangi pemakaian kacamata matanya sering lelah karena terlalu sering mengenakan Kacamata.
Jika Ayahnya Masih ada pasti pagi ini dia akan Dibuatkan Jus Wortel untuk kesehatan Matanya. Tapi untuk saat ini dan selamanya dia akan membuatnya sendiri dan mengurusnya sendiri.
"Kau tidak berangkat?" Suara seorang Pria mengehentikan Lamunan Yuna. Gadis itu menengok pria yang bertanya Kepadanya dirinya tadi.
"Lu-lucas!" Yuna menatap Bingung pria yang tengah menatap dirinya intens.
"Kamu menemui Teman mu lagi?" Tebak Yuna
"Ah benar sekali. Aku menginap di apartemennya."
"Kau tidak berangkat sekolah?" Ulang Lucas
"Hujannya sangat deras. Aku menunggu sampai hujannya sedikit Reda baru aku berangkat."
"Biar ku antar." Lucas tersenyum Lebar bahkan sangat lebar. Yuna yang melihat itu merasa takut ada yang Aneh dengan Senyuman itu. Senyuman Yang menyebunyikan sesuatu di baliknya.
Pikiran Yuna memberikan alarm untuk pergi dari tempat itu sekarang Juga. Lucas masih tersenyum Aneh kepada Yuna. Semakin membuat ketakutan Yuna bertambah.
"Sepertinya Aku akan berangkat sekarang. Terimakasih sudah menawariku tumpangan tapi aku akan berangkat sendiri." Yuna berlari menorobos Hujan yang masih turun dengan derasnya.
'Greb' sebuah Tangan besar mencengkram Pergelangan Tangan Yuna membuat pemiliknya membeku seketika.
"Kau mengatakan akan pergi ketika hujannya Sedikit Reda. Tapi sekarang Hujannya masih sangat deras." Lucas berbicara dengan nada tenang dan Rendah membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa Takut.
"A-aku akan terlambat jika menunggu terlalu lama." Yuna menarik tangannya tapi cengkraman Lucas semakin kuat. Gadis itu panik ketika Lucas menatapnya diam tanpa pergerakan seolah-olah menikmati Yuna yang ketakutan.
Kini keduanya Benar-benar Basah kuyup bagaimana tidak keduanya berdiri di tengah tanah lapang tanpa ada yang memayungi, hujan Juga semakin turun dengan derasnya. Diiringi Suara petir yang muncul sesekali.
"Bi-bisa lepaskan Aku. Aku akan terlambat jika kamu terus memegang Tanganku." Yuna memberanikan Diri menatap Lucas.
"Setahuku Sekolah kau lumayan jauh dari sini. Aku bisa mengantarkanmu? Tapi kenapa Kau menolaknya?"
"A-aku bisa berangkat sendiri. Tolong lepaskan Aku." Yuna menghentakan Cengkraman Lucas kasar akibatnya Cengkraman itu terlepas. Secepat mungkin Yuna meninggalkan Pria itu.
Tanpa Yuna sadari Perlakuan Dia tadi menyulut Emosi Lucas. Pria itu meraba saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda Ramping berujung jarum yang berisi cairan entah apa itu.
Sedikit berlari Lucas mengejar Yuna. Semakin dekat dan... belum sempat Yuna menghindar Jarum suntik itu sudah menacap di lehernya. Lucas menangkap Tubuh Yuna yang ingin ambruk ke tanah.
"Aku akan mempercepat Tanggal Mainnya." Batin Lucas dia membopong Tubuh Yuna kedalam Mobilnya.
Ryuji yang melihat dari jendela Apartemen bergegas turun ketika Yuna dibawa Oleh Lucas.
"Sialan pria itu lebih cepat dari perkiraanku. Aku tidak akan membiarkannya." Batin Ryuji
...***...
Yuna perlahan terbangun ketika ada sebuah sapuan benda dingin dipipinya.
"Kau gadis yang sangat Dicintai oleh Aurick bukan?" Lucas menatap Yuna yang tidak berdaya.
Yuna berusaha memperkuat dirinya. Matanya menyipit ketika dia mendapati dirinya berada di Gedung Tua bertingkat yang tidak berpenghuni. Dia duduk disebuah Kursi dengan Kaki dan Tangannya terbelenggu Rantai. Kursinya disengaja diletakkan hampir di ujung gedung. Ia tidak Bisa Membayangkan Kalau Ia jatuh dari gedung yang sangat tinggi Ini. Yuna menatap Lucas takut. Pria itu hanya diam dan tersenyum senang.
"Le-lepaskan aku. Ku mohon" Isak Yuna
"Tunggu sebentar aku ingin melihat Apakah tunanganmu akan datang."
Tidak lama kemudian datanglah Aurick dengan wajah tenang dan dinginnya.
"Sudah ku tebak Kau akan datang menyelamatkan Tunangan tercintamu ini." Lucas tersenyum Miring ketika melihat Aurick.
"Aurick to-tolong Aku, Tolong Aku." Isak Yuna memohon dengan sangatnya. Aurick menatap Gadis itu dingin seolah-olah tidak terjadi Apa-apa.
"Apa yang kau mau?"
"Tidak sulit kau cukup menutup Bar milikmu dan aku akan menyerahkan Gadismu."
"Jika aku tidak mau?"
"Jika tidak Aku akan melukai dan membunuh gadismu ini." Lucas mendekati Yuna dengan sebuah Pemukul bisbol ditangannya.
"Kau masih tidak Mau?"
"Buat apa Aku menyetujuinya." Aurick bersedekap tenang. Dengan senyum miring menghiasi wajahnya.
"Baiklah terpaksa aku akan melakukannya." Lucas mengambil ancang-ancang mengayunkan Pemukul bisbol itu ke arah Kaki Yuna.
"Ti-tidak Jangan lakukan Itu ku mohon. Aurick tolong Aku. Hiks hiks" Yuna sangat ketakutan.
Lucas berhenti dan menatap Aurick yang yang terlihat tenang dan biasa saja.
'Bug' Lucas Memukul keras kaki Yuna.
"Akhh I-ini sangat sakit tolong jangan melakukannya lagi." Jerit Yuna pilu.
Tidak jauh dari sana ada seorang pria yang terlihat diam. Bersembunyi dibalik Tiang yang cukup menyembunyikan Tubuhnya. Pria itu sepertinya juga menikmati jeritan Gadis itu. Tanpa berniat untuk membantu. Ryuji tersenyum seakan-akan itu tontonan yang menyenangkan.
"Aurick Tolong aku ini sangat menyakitkan." Mohon Yuna lagi dia terus memohon walaupun Permohonan itu tidak di gubris oleh Aurick
"Lihatlah aku tidak main-main." Ucap Lucas setelah menghantam kaki Yuna dengan pemukul Bisbol.
"Lakukan sesukamu." Aurick dengan santai mengatakannya.
"Baiklah. Jangan menyesal dengan perkataan mu sendiri."
'Dug' Lucas menendang Kursi yang diduduki Oleh Yuna pelan mencoba menggertak Aurick.
"Tidak, tidak jangan melakukannya aku bisa jatuh. Aku mohon kenapa Kamu melakukannya padaku hiks hiks?" Air mata Yuna semakin deras.
"Ah gadis yang malang, teruslah memohon belas kasihan pada tunanganmu."
"Sepertinya Kau salah menyimpulkan, kau itu hanya seoarang pria Pengecut. Yang Tidak pernah bisa melawanku kali ini ku anggap kau kalah Lucas Alexander" Sinis Aurick
"Kau!!" Geram Lucas ingin memukul Aurick tapi tanpa sengaja dia menyenggol kursi yang diduduki Yuna. Terjadilah Hal yang tidak inginkan Oleh Yuna. Dirinya Terjun bebas dari ketinggian tidak ada yang berniat membantunya.
"Tidaaak" Yuna berteriak Pilu.
Lucas melihat Yuna terjun bebas tersenyum Puas ke arah Aurick yang terlihat biasa saja.
"Oh Aku tidak sengaja menyenggol Kursinya." Ejek Lucas
"Ck berpikirlah sebelum bertindak. Bagaimana bisa aku mencintai gadis yang sangat tidak berkelas sepertinya, kau tau aku bahkan muak melihat sikapnya kepadaku. Sebelumnya aku berterima kasih karena sudah menyingkirkannya tanpa mengotori tanganku sendiri." Aurick tersenyum menang.
"Kento Bawa mayatnya kesini." Teriak Aurick. Lalu datanglah Seorang pria yang menjabat sebagai pengawal Aurick dengan Sebuah tas besar yang mengeluarkan Bau yang sangat busuk.
"Buang mayat ini tepat disebelah gadis yang baru saja jatuh tadi." Pria yang bernama Kento itu menyeret tas besar berisi mayat itu ke ujung gedung.
"Kau lihat jika aku mencintai gadis itu pasti aku akan menguburkan ayahnya ditempat Yang layak. Tapi aku sama sekali tidak berminat dengan gadis itu buat apa aku membuang tenaga menguburkan Jasad ayahnya."
"Kau kira aku akan menyesal setelah kau mengatakan itu. Membunuh adalah hal biasa bagi kalangan Mafia aku tidak akan pernah menyesal melakukannya." Lucas tersenyum miring menaggapi Perkataan Aurick.
"Percakapan kita sudahi sampai disini." Aurick meninggalkan Lucas dengan tangan yang dia masukkan ke kantong celananya.
Di bawah sana Yuna tidak bergerak dengan darah yang keluar semakin banyak. Kondisi pinggangnya yang paling parah karena dia terjatuh dengang Kursi masih dibelakangnya.
Yuna masih setengah sadar dia menatap sedih mayat Ayahnya yang tidak jauh darinya. Perlahan Mata itu menutup.
"Sebentar lagi aku akan menemui ayah." Perkataan terakhir Yuna sebelum menutup matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
mommy Fakhira
thorrr ko bisa .. kejam
2021-03-14
1
Sari Nanda Pratiwi
kasihan 😢😢😢
aku mewek 😭😭😭
2021-03-12
3
Bagus Sekar
jahat sekali mereka. 😠
2021-03-12
6