Terselamatkan.

Terlihat gadis dengan Mata sayunya, tubuh yang terlihat kurus, kulit yang sangat putih pucat Orang melihat pun pasti langsung menebak kalau gadis ini sering sakit-sakitan.

Mata itu mata yang selalu berkaca-kaca dan mulut yang Sesekali mengeluarkan Isakan kecil. Yuna sekarang benar-benar Rapuh. Ia sekuat tenaga agar tidak putus asa. Sekarang Ia berada diruangan serba Putih menatap langit-langit kamar yang terlihat kosong dan hampa.

"Bajuku!" Batin Yuna baru sadar. Ia memastikan kalau ia tidak memakai tank top seperti terakhir kali sebelum ia kesini. Tetapi ia mendapati Baju Pasien yang membalut badannya.

"Semoga aku tidak bertemu Pria itu lagi." Bibir itu kembali bergetar. Tangis yang ingin pecah saat itu juga.

'Ceklek'

Yuna dikejutkan Dengan kedatangan seorang dokter yang membuka Kamar Rawatnya dengan cepat ia mengusap matanya.

"Permisi. Saya ingin mengecek kondisi Anda."

"Nona, kondisi anda membaik. Anda mungkin diperbolehkan pulang Sore ini. Tapi luka yang dibelakang kepala jangan sampai terkena apa-apa lagi, dan juga berhati-hatilah jangan terlalu banyak bergerak. Tulang belakang anda sangat rentan. Jika tulang belakang anda kembali terkena benturan mungkin anda tidak bisa kembali lagi berjalan."

"Ah ya baiklah."

"Saran saya Sebaiknya anda melakukan Terapi untuk bisa berjalan Lagi nona."

"Saya sudah mengurusnya." Tiba-tiba datanglah seorang pria paruh baya Mengeluarkan suara beratnya.

"Anda wali dari nona Yuna bukan? Baiklah bagus jika anda sudah mengurus Terapi untuk nona Yuna. Lebih cepat lebih baik."

"Kalau begitu saya tinggal" Dokter itu membukkan kepalanya sebelum keluar.

"Anda siapa?"

"Saya yang membawa anda kerumah sakit 2 hari yang lalu, Syukurlah anda bangun setelah pingsan begitu lamanya."

"Saya Pingsan 2 hari?" Kaget Yuna

"Ya, Maaf sebelumnya bukannya saya lancang mengaku-ngaku Wali anda. Tetapi saya ingin menghubungi Keluarga Atau teman Anda, tapi tidak bisa Kerena saya tidak menemukan Ponsel atau semacamnya yang bisa dihubungi."

"Ti-tidak masalah. Saya juga berterimah kasih kepada anda karena telah membawa saya kerumah sakit."

"Nanti sore anda diperbolehkan pulang, saya akan mengantarkan anda."

"Baiklah, Sekali lagi saya berterima kasih atas kebaikan hati anda."

_____

Sore harinya Yuna diperbolehkan Pulang oleh Dokter yang merawatnya. Ia sekarang didalam mobil pria paruh baya untuk mengantarnya Pulang ke Apartemennya.

"Siapa nama anda?" Tanya Yuna.

"Panggil saja Paman Jie. Berbicaralah dengan santai Nak."

"Paman Jie, Perkenalkan Namaku Yuna Akeno. Dan terimakasih sudah memberikan Baju ini padaku" Yuna Tersenyum Ceria, Ia sangat berterima kasih karena Pria paruh baya disampingnya ini dengan sukarela memberikan Pakaian kepadanya.

"Ya Tidak masalah nak, memang seharusnya paman membantumu."

"Yuna, Tolong hindari Tuan Lucas dan jangan lagi berurusan dengannya Jika tidak Kamu bisa saja dibunuhnya. Sebenarnya Tuan Lucas waktu itu menyuruh Paman untuk Membuangmu, Tapi paman Merasa kasihan denganmu Jadi paman malah mengantarkan mu kerumah sakit. Dan melanggar perintah tuan. Jika Tuan tau kamu masih hidup. Perkerjaan paman dan nyawa paman ancamannya Yuna." Paman Jie berusaha meminta bantuan Kepada Yuna yang terlihat matanya sudah berkaca-kaca.

"Namanya Lucas?"

"Kamu tidak mengenalnya? setahu paman Kalian saling mengenal dulu" Paman Jie bertanya balik

"Sepertinya aku tidak mengingatnya Paman, Aku mengalami Amnesia setelah kecelakaan."

"Dan juga kaki Ini Lumpuh, ah sepertinya paman sudah tau." Yuna menepuk-nepuk kedua pahanya pelan.

"Ya dokter mengatakannya, Paman membelikanmu Tongkat untuk membantu kamu berjalan"

"Gadis ini benar-benar kesihan, Entah kenapa Tuan Lucas berulangkali menyiksanya, sebaiknya akan ku ceritakan semuanya." Batin paman Jie

"Benarkah? Terima kasih paman sudah membantuku sejauh ini"

"Berkunjunglah Ke Cafe Flower, disana ada istri Paman. Ah sebenarnya Paman sedikit mengetahui kejadian kecelakaan yang menimpa mu, Paman akan memberitahumu Jika kesehatan mu sudah membaik"

"Paman bisa menceritakannya sekarang?" Yuna menghadap Paman Jie dengan wajah rasa ingin tahunya

"Paman tidak bisa menceritakannya sekarang. Kamu baru saja keluar dari Rumah sakit, Takut nya kamu tidak bisa menanggungnya. Dan Ingat jangan sampai bertemu dengan Tuan Lucas."

"Sepertinya ceritanya sangat penting dan Paman Jie sepertinya Tau semuanya."

"Ah Iya Paman Aku Akan Berusaha tidak bertemu lagi dengan Pria itu. Dan Jika ada waktu Aku akan berkunjung Ke cafe Flower."

"Kamu tinggal Disini?" Paman Jie menatap Kawasan gedung Apartemen yang sangat luas dan mewah.

"Ah Iya Saya tinggal disini, Lebih tepatnya di Apartemen Yang dibelikan Kekasih saya."

"Biar Paman Antarkan."

Pria paruh baya itu membantu Yuna turun dari mobilnya, Dan memberikan Tongkat agar Gadis itu bisa berjalan. Paman Jie Terus disamping Yuna sampai keduanya Masuk Ke Loby, Yuna berhenti dan menatap Paman Jie tersenyum.

"Sampai disini Saja Paman, Terimakasih Sudah mengantarkanku."

"Paman tidak masalah mengantarkan Mu sampai ke kamar Apartemen mu berada."

"Ah tidak perlu paman, Sejauh Ini Aku sudah merepotkan Paman." Yuna menolak dengan Halus tawaran Paman Jie,

"Baiklah, nanti berkunjunglah Ke Cafe Flower. Tunggu sebentar." Paman Jie meraba Saku dikemejanya untuk mengeluarkan pulpen lalu. Ia mengambil uangnya untuk menuliskan Sesuatu.

"Paman tidak mempunyai kertas terpaksa Uang ini Yang Paman Gunakan"

Yuna tersenyum lalu mengambil uang yang bertuliskan Alamat Cafe Flower.

"Terimakasih Paman, Sampai berjumpa lagi."

"Paman pergi Dulu."

Yuna terus melambaikan Tangannya sampai Pria itu hilang Dari pengelihatannya.

"Ryuji aku Sangat merindukanmu." Yuna menuju Lift untuk sampai Kelantai Atas.

Dengan susah Payah ia menopang tubuhnya agar bisa berjalan dengan sedikit cepat menuju Pintu Apartemennya.

"Akhirnya" Yuna menghela Nafasnya Betapa lelahnya Ia berjalan Dengan kondisi Kaki seperti ini.

"Dimana ya Ryuji. Sepertinya Ia tidak ada disini, Apa ia sedang mencariku?" Gumam Yuna pelan.

"Sudahlah Aku ingin membersihkan Tubuhku dahulu." Yuna masuk kedalam kamar mandi yang ada didalam kamar dengan Hati-hati Takutnya ia terjatuh Karena licin.

Tetapi baru saja ia ingin Melepas pakaiannya, telinganya mendengar Suara pintu kamarnya terbuka.

"Itu pasti Ryuji" Gumam Yuna, lalu ingin menurunkan bajunya yang hendak dilepasnya tadi.

Tetapi pergerakannya berhenti ketika mendengar Ryuji Menyebut-nyebut namanya dengan nada ketus.

"Tuan, Nona Yuna sepertinya memang diculik oleh Lucas. Apakah perlu saya yang membawakan kembali Nona Yuna, Tuan?"

"Biarkan Saja gadis itu di culik oleh Lucas, Aku harap dia tidak kembali, Ayah juga sudah memberikan semuanya, sekarang Ayah tidak ada apa-apanya dibandingkan aku. "

"Ryuji Kamu? Kamu kenapa melakukannya padaku" Yuna yang mendengar itu tersenyum hambar. Berusaha menahan tangisnya

"Jangan bertindak tanpa perintahku. Aku mau istirahat 15 menit disini sebelum Perayaan yang diadakan oleh Keluarga Yamada dimulai. Persiapakan semua perlengkapanku"

"Baik Tuan."

Terlihat Ryuji merebahkan Badannya diatas kasur yang digunakan Yuna tidur dahulu. Tanpa disadari Pria itu. Yuna perlahan Luruh kelantai tidak bisa menahan tubuhnya lagi. Ia membekap mulutnya sendiri agar isakan dari mulutnya tidak keluar.

"Kamu berharap aku tidak kembali, baiklah Ryuji aku tidak akan bertemu denganmu lagi." Yuna tersenyum kecut.

Lima belas menit berlalu terdengar suara pintu terbuka lagi.

"Tuan silahkan pakai setelan yang sudah disiapkan"

"Kumohon jangan kesini, kumohon" Yuna memegang gagang Pintu itu, ia terus berdoa dalam hati agar Ryuji tidak mengganti pakaiannya di kamar mandi dimana ia berada sekarang. 1 Menit, 2 Menit, 3 Menit tidak ada tanda-tanda pintu dibuka.

"Siapkan Mobil, aku akan berangkat sendiri." Ucap Ryuji yang dapat didengar oleh Yuna.

"Sudah saya siapkan Tuan."

Lalu Terdengar Sepatu Pantofel meninggalkan kamar itu perlahan, Tidak lama diiringi suara mesin Mobil yang baru dinyalakan. Saat itu juga Yuna menghela nafasnya lega. Ia berdiri dengan susah payah. Memegang kuat dinding yang disampingnya.

'Ceklek' Yuna menjorokan kepalanya memastikan kalau Ryuji benar-benar pergi.

"Aku benar-benar akan meninggalkan mu Ryuji, kamu sendiri yang mengharapakan aku tidak kembali." Batin Yuna, ia menuju Lemari dimana ada Koper lumayan besar bekas Ryuji mengangkut barang-barang nya dahulu.

Dengan tangan yang bergetar Yuna memasukkan semua bajunya kedalam Koper itu. Semuanya tanpa terisisa sedikit pun. Lalu ia mengambil sebuah telpon kabel yang sudah disediakan oleh pihak gedung Apartemen. Disana ia menekan Tombol untuk memanggil Kurir pengangkut barang.

"Halo, Bisa tolong angkutkan barang saya, Saya sekarang Di gedung Apartemen pinggiran kota Azabu. Kamar saya No 202." Ucap Yuna ketika telepon itu tersambung.

"Kalau bisa secepatnya saya tunggu. Terimakasih" Percakapan Yuna mengakhiri permbicaraan keduanya.

"Terimakasih telah membuat ku bahagia walaupun hanya sementara. Semoga Kamu selalu bahagia." Yuna tersenyum menatap sekeliling Apartemen yang pernah ia tinggali walaupun hanya sesaat.

Terpopuler

Comments

Fatia

Fatia

duhh nyesek banget, sumpah saya menangis nga berhenti2 thor,, baru kali ini saya baca novel tentang mafia sesedih ini😭😭🤧.. tetap smangat thor lanjut ✊👉

2021-03-14

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!